Soo Yeon menunggui kepulangan Jung Woo di tangga sambil
menebalkan tulisan Bogoshipeo di dinding. Saat mendengar suara mobil Jung Woo,
Soo Yeon segera berlari mengagetkan Jung Woo dengan berkata, “Chajatta!”
Jung Woo heran mengapa Soo Yeon menunggu di luar di hawa
sedingin ini. Sambil melepas satu syalnya dan melingkarkan di leher Jung Woo,
Soo Yeon menjawab kalau sekarang ia sangat merindukan Jung Woo dan mengajaknya
pergi karena ayam panggangnya keburu dingin.
Bukannya pulang ke rumah, tapi Soo Yeon mengajak Jung Woo
pergi ke taman. Dan ia langsung naik ke atas jungkat-jungkit, mengagetkan Jung
Woo yang khawatir kalau Soo Yeon jatuh. Tapi Soo Yeon berkata kalau ia ingin
mencobanya saat ia melihat Jung Woo melakukan ini.
Jung Woo tersenyum dan berkata kalau saat itu ia pun juga
melihat Soo Yeon. Bahkan larinya Soo Yeon lebih cepat dari lari si kelinci
gila. Soo Yeon tertawa dan kemudian mengayunkan ayunan dan naik ke atas menara
luncuran. Jung Woo tersenyum melihat betapa gembiranya Soo Yeon.
Sama seperti Jung Woo yang menyanyikan Magic Castle di atas,
ia pun menyanyikan lagu itu di depan Jung Woo. Melihat kalau sekarang
kemurungan Jung Woo sudah mulai luntur, Soo Yeon bertanya apa yang dikatakan
ayah Jung Woo?
Jung Woo berkata tak tahu, karena saat itu ia kehilangan
akal sehat dan memaki-maki ayahnya. Soo Yeon bertanya apakah hati Jung Woo
sekarang lega? Jung Woo tertawa miris dan berkata kalau ia sekarang malah makin
frustasi. Karena semua yang dikatakan Soo Yeon benar. Ayahnyalah yang
pelakunya.
Dan saat Jung Woo ingin menceritakan tentang Hyung Joon, ia
ragu dan malah membuka tangannya, meminta Soo Yeon memeluknya.
Soo Yeon melihat Jung Woo yang sangat sedih, turun dari
luncuran dan malah ikut membuka tangannya. Ia meminta Jung Woo untuk menangis
sesukanya, karena kali ini adalah gilirannya (untuk menghibur Jung Woo).
Tapi Jung Woo berkata kalau ia tak akan menangis lagi. Ia
menggenggam kedua tangan Soo Yeon yang terkembang dan siap saat Soo Yeon
bertanya tentang Hyung Joon. Jung Woo pun berkata, “Kang Hyung Joon adalah …
anak kakekku.”
Soo Yeon terkesiap kaget mendengar hal yang mustahil ini.
Tapi Jung Woo berkata kalau seumur hidup ia belum pernah bertemu dengan
kakeknya. Begitu pula dengan Kang Hyung Joon. Sekarang ia merasa sangat marah
karena ia tak tahu.Semua orang menyembunyikan kejahatannya, membuat masalahnya
bertambah besar.
Jung Woo tersenyum menenangkan Soo Yeon yang sudah hampir
menangis. Sekarang ia baik-baik saja. Angin memang bertiup sangat kencang sehingga ia banyak menangis. Ia mengembangkan
tangannya, dan berkatakalau mulai sekarang, ia yang akan menahan angin
itu,”Jadi tolong janganlah menangis.”
Soo Yeon mengangguk-angguk, mengiyakan. Jung Woo berkata
kalau besok, ia akan membuatnya tertawa, “Kita dapat hidup seperti itu dan
membuat kenangan indah.”
Buru-buru Soo Yeon mengusap air matanya dan tertawa kecil
pada Jung Woo, ikut mengembangkan tangannya. Seakan pertanda kalau ia pun juga
akan menahan angin itu, sehingga Jung Woo pun jangan menangis.
Di Bellez, Detektif Joo yang bertugas mengawal Soo Yeon,
memuji hasil karya Soo Yeon sebagai desainer. Ada udang di balik batu? Jelas,
karena Detektif Joo mengusulkan agar mereka melakukan kencan ganda. Jung Woo
dengan Soo Yeon, dan dia dengan..salah satu model yang dikenal Soo Yeon.
Ha! Kayanya detektif yang kemarin nggak sekali dayung dua
tiga pulau terlampaui, deh.
Tapi Soo Yeon mengiyakan, membuat Detektif Joo gembira dan
ia menetapkan target untuk menangkap Kang Hyung Joon secepatnya agar mereka
dapat berkencan dengan tenang. Ia menduga Hyung Joon pasti bersembunyi tak jauh
dari sini.
Hal ini membuat Soo Yeon menjadi was-was.
Mi Ran datang bersama Ah Reum. Dan Mi Ran langsung
menyibukkan diri dengan persiapan grand opening butik, membuat Ah Reum heran
dan bertanya pada ibunya apakah ibunya tak mau minta maaf? Mi Ran berkata kalau
bagaimanapun juga ia tidak mati dan Zoe, yang adalah Soo Yeon, juga sudah
kembali dari kematian.
Maka.. “Mari kita kerjakan bersama-sama,” kata Mi Ran sambil
menjabat tangan Soo Yeon dengan erat. Ah Reum dan Soo Yeon bengong melihat Mi
Ran yang berpura-pura tak terjadi apa-apa.
Dan Mi Ran pun naik ke atas dan kembali menyibukkan diri
dengan persiapan pembukaan toko. Ah Reum lah yang membereskan hal ini. Pada Soo
Yeon yang tampak kecewa, Ah Reum meminta agar Soo Yeon mengerti kalau ibunya
bersikap seperti itu karena sebenarnya ia menyesal. Soo Yeon mengangguk
mengerti.
Ia pun memperkenalkan diri sebagai fans Soo Yeon, karena ia
selalu mendengar nama Soo Yeon dari Jung Woo sejak kecil.
Di ruang kerjanya, Soo Yeon membuka kotak berisi sepasang
cincin dan tersenyum. Seolah membela diri, ia berkata sendiri, “Memang apa
salahnya kalau wanita yang meminta dulu?”
Mendadak Jung Woo masuk ke ruangannya, membuat Soo Yeon
panik. Buru-buru ia menyembunyikan kotak cincinnya di bawah syal, berpura-pura
bersikap biasa.
Jung Woo tak menyadari kegugupan Soo Yeon karena ia sendiri
juga gugup. Soo Yeon bertanya mengapa Jung Woo datang padahal ia jadwal
kerjanya sangat padat? Jung Woo menjawab kalau ada hal penting yang harus
dilakukannya.
Ia mengeluarkan payung kuning milik Soo Yeon, yang masih ada
name tag di gagangnya. Jung Woo bercerita kalau hatinya berdebar kencang saat
ia membuatkan name tag itu. Saat itu badannya basah kuyup saat payung itu
rusak.
Tapi perasaannya saat itu sangat bahagia, karena ia tahu
jika orang memberikan satu-satunya payung yang dibawa saat hari hujan sama
dengan memberikan semua yang dimiliki, “Kita harus mengajarkan hal ini pada
anak-anak kita saat mereka lahir.”
Soo Yeon terbelalak mendengar kata-kata Jung Woo. Apalagi
setelah itu Jung Woo berlutut di hadapannya dan berkata,
“Lee Soo Yeon, satu-satunya pacar si kelinci gila. Cinta
pertama Han Jung Woo,” Jung Woo mengeluarkan sebuah kotak dan berisi sebuah
cincin di dalamnya.
“Menikahlah denganku. Pada saat musim dingin berikutnya, di hari pertama turunnya salju.” |
Soo Yeon tersenyum dan malu-malu berkata kalau ia ingin hari
turunnya salju pertama itu segera datang. Dan matanya semakin berbinar saat Jung
Woo memasukkan cincin itu ke jari manisnya.
Tapi ia menghentikan Jung Woo yang bangkit ingin menciumnya.
Karena masih ada yang ingin ia lakukan terlebih dahulu. Mulanya ragu, tapi ia
menabahkan diri menanggung malu dengan mengambil kotak miliknya dan langsung menyorongkan
kotak itu ke tangan Jung Woo.
Jung Woo kaget mendapat kotak, bingung dan tak langsung
membukanya. Karena Jung Woo tak segera membukanya, Soo Yeon semakin gugup dan
ia menatap Jung Woo dengan tatapan ‘ayo buka’.
Jung Woo pun membukanya dan melongo.
Ternyata tak hanya Jung Woo yang berpikiran untuk melamar, Soo
Yeon pun juga ingin melamar Jung Woo. Bahkan Soo Yeon selangkah lebih maju.
Bukan memberikan cincin pertunangan, tapi cincin pernikahan.
Jung Woo tak dapat berkata apapun, hanya dapat menatap Soo
Yeon yang salah tingkah. Dan Soo Yeon pun buru-buru memeluk Jung Woo,
menyembunyikan wajahnya yang malu karena ia berkata, “Cincinnya sudah siap.
Nanti kita pakai saat pernikahan kita.”
Jung Woo tersenyum dan memeluknya lebih erat, “Jika saja aku
tadi tak melakukannya, pasti akan tak baik kelihatannya.”
Soo Yeon tersenyum dan mengagumi cincin pertunangannya.
Soo Yeon ingin menikah dengan Jung Woo? Tentu saja istri
pertama harus tahu. Mereka dikejutkan oleh kedatangan Detektif Joo yang mencari
Soo Yeon. Detektif Joo yang melihat mereka berpelukan langsung mengerang, “Aduh
perutku.. perutku..!”
LOL. Mereka buru-buru berdiri dan saling melepaskan pelukan.
Tapi Jung Woo tentu saja ingin memamerkan pada seniornya, “Hyung, Soo Yeon
telah melamarku,” dan ia mengacungkan kotak cincin itu pada Soo Yeon, “Apa yang
harus kulakukan?”
Soo Yeon sangat malu. Buru-buru ia merampas kotak itu dari
tangan Jung Woo.
Detektif Joo mengatakan kalau Jung Woo tentu harus menarik
Soo Yeon. Ia kemudian meminta Soo Yeon
untuk mengikutinya karena Kakek Choi ingin bertemu dengannya. Ia juga mengomeli
Jung Woo yang malah tak bekerja. Apakah Jung Woo sudah mencari tempat
persembunyian Hyung Joon?
Jung Woo menjawab kalau ia baru saja pergi ke tempat tinggal
kakeknya dulu, tapi tempat itu sekarang sudah menjadi lapangan golf. Dan ia
berencana mencari Hyung Joon di tempat lain.
Maakkk… rumah sebesar apa yang bisa dipugar menjadi lapangan
golf?
Karena ada Detektif Joo, Jung Woo hanya bisa bertatapan
dengan Soo Yeon. Tanpa kata, mereka berbicara. Jung Woo mengangguk, seakan
berpamitan pada Soo Yeon dan Soo Yeon mengedikkan kepalanya, seakan menenangkan
Jung Woo kalau ia akan baik-baik saja.
Detektif Joo yang melihat tapi tak mengerti bahasa kalbu
mereka, tahu diri. Ia mengerang lagi dan memanggil Soo Yeon, “Aduh perutku..
perutku.. Soo Yeon-ssi.. perutku..” dan meninggalkan ruangan itu.
Ha. Ada yang cemburu, nih..
Soo Yeon hendak pergi mengikuti Detektif Joo, tapi Jung Woo
menghentikannya. Ia mengeluarkan sebuah kotak kecil dan meminta Soo Yeon untuk
selalu tetap membawa barang. Saat ditanya benda apa itu, Jung Woo menjawab
kalau benda itu adalah asistennya, yang akan menggantikannya, mengikuti
kemanapun Soo Yeon pergi.
Dan sebelum pergi, Jung Woo pun mencium pipi tunangannya.
Soo Yeon dipertemukan lagi dengan Sekretaris Yoon a.k.a Yoon
Young Jae a.k.a Moon Hae Joon a.k.a Harry Borrison yang asli. Fiuhh.. banyak
sekali ya namanya. Walau namanya sebanyak itu. Young Jae mengaku tak mengetahui
nama Kang Hyung Joon.
Hal ini mengherankan Soo Yeon, yang berarti Young Jae
diminta membunuh oleh seseorang yang nama aslinya saja tak Young Jae ketahui.
Detektif Joo menambahkan kalau Hyung Joon yang seharusnya meloloskannya sudah
tersudut, sehingga jika sesuatu terjadi,
maka Young Jae tak akan dapat lolos lagi.
Tapi Young Jae tak mau mengatakan dimana Hyung Joon
bersembunyi, karena tak seperti Soo Yeon yang meninggalkan Hyung Joon, ia tak
akan pernah meninggalkan Hyung Joon.
Soo Yeon pun membalikkan pertanyaan itu pada Young Jae,
“Apakah kau tak pernah berpikir kalau kau sudah ditinggalkan oleh Joon? Kau
menunggunya. Tapi dimana dia sekarang?”
Whoaa… kayanya Soo Yeon pantas juga jadi investigator,
nih.
Bersama atasannya dan detektif Park, Jung Woo pergi ke rumah
lama Soo Yeon. Mereka berpencar untuk mencari Hyung Joon. Di dekat rumah Soo
Yeon, juga ada tempat persembunyian Hyung Joon. Namun ruangan itu digembok dari
luar.
Jung Woo mengintip dari teralis, dan melihat ada gambar yang
mirip dengan gambar di kamar 302. Gambar Hyung Joon dengan ibunya.
Young Jae mengira Soo Yeon menanyakan hal ini karena disuruh
oleh Jung Woo yang ingin mengetahui letak persembunyian Harry. Tapi Soo Yeon
berkata kalau ia melakukan hal ini atas inisiatif sendiri, tak seperti Young
Jae. Dan ia juga tak membunuh orang karena ia telah dipukuli oleh orang tuanya.
Itulah perbedaan Young Jae dengan dirinya.
“Apa gunanya mendapat kebebasan dengan cara kekerasan? Joon
mengatakan kalau dengan kekerasan kau akan bebas. Tapi bukan itu saja. Ia
bahkan membuatmu menjadi seorang pembunuh. Dan setelah itu, ia pergi
meninggalkanmu.”
“Dia akan menyelamatkanku. Dia akan menyelamatkanku! DIA
AKAN MENYELAMATKANKU!” teriak Young Jae histeris.
Sama seperti saat Jung Woo yang menyelamatkan Hyung Joon 14
tahun yang lalu dengan membuka paksa gembok yang terpasang di pintu, sekarang
pun Jung Woo juga membuka paksa gembok itu.
Namun di dalam ruangan itu tak ada apapun. Hanya gambar itu.
Walau sekarang berbeda. Anak laki-laki itu tak lagi menggandeng ibunya, tapi
menggandeng seorang anak perempuan berambut panjang dan yang tingginya tak jauh
beda dengannya.
Obsesi Hyung Joon yang sudah berubah dari ibu ke Soo Yeon.
Terdengar suara langkah pincang Hyung Joon. Jung Woo menduga
kalau Hyung Joon akan masuk ke dalam kamar. Maka ia berdiam diri.
Tapi rupanya Hyung Joon
sudah
mengetahui kalau ada Jung Woo di
dalamnya dan langsung mengunci pintu itu.
Dan posisi mereka terbalik dari 14 tahun yang lalu. Sekarang
Hyung Joon ada di luar sementara Jung Woo terkunci di dalam.
Jung woo menyuruh Hyung Joon untuk membuka pintu. Apakah
Hyung Joon ingat kalau ia pernah menyelamatkan Hyung Joon dari ruangan ini?
Hyung Joon tentu ingat, karena
itulah ia selalu mengatakan kalau sejak awal ia tak pernah membenci Jung Woo. Dan
Hyung Joon ingin bertemu dengan Zoe. Jung Woo menjawab kalau Hyung Joon bisa
menemuinya kalau Hyung Joon mengikutinya, “Dari sekian banyak polisi, bukankah
akan lebih baik jika aku yang menahanmu?”
Kata-kata Jung Woo ini
mengindikasikan sesuatu dan ia pun
bertanya, “Mengapa sekarang kau tak memanggilku bocah lagi? Apakah kau sekarang
tahu dimana semuanya mulai menjadi salah? Kau tak mengenalku, kan? Kita
seharusnya bisa mengenal dengan lebih baik. Semuanya ini karena Han Tae Joon.”
Jung Woo meminta Hyung Joon untuk
tak menyalahkan siapapun. Hyung Joon dapat memulai segalanya dari awal lagi.
Dan ia tak akan pernah tak mengenali Hyung Joon lagi, “Bocah.. Paman.. Ayolah
kita pergi bersama.”
Tapi Hyung Joon tak mau. Ia
buru-buru menutup jendela itu dari luar dan berkata kalau ia tak akan membenci
Jung Woo lagi jika Jung Woo membawakan Zoe padanya.
Mengetahui kalau Hyung Joon
kabur, Jung Woo mencoba mendobrak pintu itu. Pada percobaan ketiga, pintu itu
terbuka. Bersama dengan atasan Jung Woo dan detektif Park yang bertemu
dengannya, mereka mengejar Hyung Joon yang sudah menghilang.
Jung Woo dan kedua orang temannya
berpencar untuk mencari Hyung Joon. Dari suara langkah kakinya, Jung Woo dapat
mengejar Hyung Joon. Dan dari arah yang berlawanan, Atasan Jung Woo dan
detektif Parklah muncul, sehingga Hyung Joon buru-buru lari ke jalan besar.
Jung Woo berlari mengejar Hyung
Joon, tapi jaraknya lebih jauh dari kelompok atasannya. Melihat Hyung menghampiri
mobilnya, Para polisi mengacungkan pistolnya.
Jung Woo yang tak ingin temannya
menembak Hyung Joon, berteriak menghentikannya. Teman-temannya segera berhenti
Tapi Hyung Joon yang sempat
berhenti, segera berlari lagi. Detektif Park yang melihat kalau Hyung Joon
lari, refleks menembakkan pistolnya ke kaki Hyung Joon agar tidak kabur.
Jung Woo shock melihat Hyung Joon
yang terjatuh dan kakinya mengucurkan darah. Tapi Hyung Joon berdiri lagi dan
langsung masuk ke dalam mobil untuk segera pergi.
Para polisi itu berusaha mengejar
mobil Hyung Joon, tapi sia-sia.
Hyung Joon berhasil kabur dan
saat sendiri, ia menyadari kalau darah mulai mengucur dari kakinya. Ia menatap
tangannya yang penuh darah dan bagai orang gila, ia tertawa sekaligus menangis.
Teringat saat-saat kebersamaannya dengan Soo Yeon di Perancis, membuat ia
menangis tersedu-sedu.
Saat itu ia datang dengan membawa
sebotol anggur dan meminta Soo Yeon untuk meminumnya. sedang mengerjakan tugas
membuat baju yang harus diserahkan besok. Tapi Hyung Joon malah datang dan
mengajaknya minum, walau Soo Yeon memperingatkan kalau Hye Mi akan memukuli
dirinya jika Hyung Joon ketahuan masuk ke kamarnya.
Hyung Joon bertanya apakah Soo
Yeon mimpi buruk lagi? Siapakah orang yang membuat Soo Yeon tersiksa dalam
mimpi? Soo Yeon berkata kalau ia tak bisa mengingatnya, karena namanya juga
mimpi. Hyung Joon menawarkan untuk memukul orang yang menakuti Soo Yeon dan Soo Yeon tertawa karena apapun bisa dilakukan di dalam mimpi.
Hyung Joon tersenyum dan berkata
kalau ia memiliki 6 monster di dalam mimpinya. Dan monster-monster itu berusaha
ingin memberitahu rahasianya pada Soo Yeon.
Soo Yeon penasaran pada rahasia apa
yang dimiliki Hyung Joon dan Hyung Joon pun menaruh telunjuk di bibirnya, dan
menarik Soo Yeon lebih dekat, dan berkata, “Itu.. rahasia!”
Dan ia pun menutupi Soo Yeon
dengan selimut, mengagetkan Soo Yeon. Soo Yeon pun berusaha membalasnya. Itulah
salah satu kenangan yang diingat Hyung Joon akan Soo Yeon.
Di luar ada seseorang mengetuk
jendela mobilnya. Orang itu memberikan bungkusan, dan Hyung Joon memberikan
bungkusan yang berisi uang. Hyung Joon membuka isi bungkusan itu yang ternyata
adalah pistol. Hyung Joon membeli senjata itu di pasar gelap.
Detektif Joo menelepon Jung Woo
dan berkata kalau sebentar lagi ia (dan Soo Yeon) akan segera pulang.
Soo Yeon
yang mendengarkan pembicaraan Detektif Joo, khawatir mendengar ucapan
Detektif Joo yang menyuruh untuk memeriksa rumah sakit kecil, karena tak
mungkin Hyung Joon pergi ke rumah sakit besar. Saking khawatirnya, ia
tak
konsentrasi menata baju dan tangannya terkena jarum hingga berdarah.
Percakapan Detektif Joo berakhir,
dan sekarang gantian handphone Soo Yeon berbunyi. Dari nomor yang tak ia kenal.
Menduga nomor itu adalah nomor handphone Hyung Joon, Detektif Joo meminta Soo Yeon
untuk segera mengangkatnya. Dan Soo Yeon pun mematuhinya.
Ternyata nomor itu milik Han Tae
Joon yang memintanya untuk bertemu dengannya. Ada yang ingin ia bicarakan. Dan
dia sudah ada di depan butik Bellez, “Aku akan menunggu di mobil.”
Detektif Joo menelepon temannya
yang berjaga di luar untuk memastikan apakah memang ada Han Tae Joon di luar,
dan ternyata benar. Soo Yeon ingin menelepon Jung Woo lebih dulu. Menyadari
kalau Tae Joon pasti akan membawa Soo Yeon ke Hyung Joon, Detektif Joo meminta
Soo Yeon untuk menemui Tae Joon dan para polisi akan menguntit mobil Tae Joon,
sehingga mereka bisa menangkap Hyung Joon.
Di kantor, Jung Woo mendapatkan kiriman
sebuah paket yang sepertinya dari Hyung Joon. Isi paket itu adalah buku
keuangan rahasia Han Tae Joon dan sebuah USB. Perhatiannya teralih saat handphonenya
berbunyi. Dari Soo Yeon.
Soo Yeon memberitahu Jung Woo
tentang permintaan ayahnya. Jung Woo memintanya untuk menunggu kedatangannya sebelum
pergi menemui ayahnya. Tapi Soo Yeon meminta Jung Woo untuk tak khawatir,
karena ada Detektif Joo di sampingnya. Ia akan menemui ayah Jung Woo dan
meminta Jung Woo untuk segera datang.
Aihh… kenapa nggak mau nunggu
Jung Woo aja, sih? Sudah tau juga sifat Tae Joon seperti itu.
Jung Woo berusaha mencegahnya,
mengatakan kalau bagi Hyung Joon, Tae Joon sudah tak berguna lagi bagi Hyung
Joon karena ia baru saja mendapat buku keuangan ayahnya. Dan Soo Yeon mungkin
(target) yang berikutnya.
Soo Yeon kembali menenangkan dan
berkata kalau Hyung Joon sekarang terluka, jadi pasti tak dapat berbuat banyak,
“Jika ditunda lebih lama lagi, mungkin membutuhkan waktu lebih lama lagi untuk
mendapat kesempatan seperti ini. Cepatlah datang.”
Soo Yeon menemui Tae Joon dan memintanya untuk berbicara di dalam butik. Tapi Tae Joon tak mau dan malah mengajak Soo Yeon untuk
pergi, karena ia melihat banyak polisi yang berkeliaran dan Soo Yeon pun masuk
ke dalam mobil.
Aihh.. Soo Yeon!!
Detektif Joo dan beberapa polisi
membuntuti dari belakang.
Di dalam mobil, Tae Joon memuji
keberanian Soo Yeon yang mau mengikutinya walau tahu siapa yang sebenarnya yang
akan ditemui Soo Yeon. Soo Yeon mengatakan jika Tae Joon tetap meneruskan
perbuatannya ini (membantu Hyung Joon untuk mencelakakannya), Jung Woo tak akan
mau menemui ayahnya lagi.
Tae Joon meremehkan pendapat Soo
Yeon. Menurutnya, hubungan ayah-anak tak akan segampang itu putus, “Waktu Lee
Tae Soo meninggal, apa kau bukan anaknya lagi?”
“Saat aku menaburkan abunya, aku
menangis,” jawab Soo Yeon, “Tapi bukan menangis sedih tapi menangis karena aku
merasa hidup kembali. Apakah anda ingin Jung Woo memiliki perasaan sepertiku?”
Soo Yeon menutup mantelnya lebih
rapat, agar kotak GPS yang diberikan Jung Woo tadi siang tak terlihat. Tae Joon
melirik spionnya untuk melihat mobil Detektif Joo yang membuntutinya dan
tersenyum. Pada Soo Yeon ia berkata kalau Hyung Joon dan Soo Yeon menghilang,
maka semuanya (hubungannya dengan Jung Woo) akan kembali normal lagi.
Soo Yeon bertanya berapa banyak
Hyung Joon membayar Tae Joon untuk melakukan hal ini? Ia kasihan pada Jung Woo
(karena memiliki ayah seperti Tae Joon), tapi tahukah Tae Joon kalau Jung Woo merasa
kasihan pada ayahnya, “Sekali saja, demi Jung Woo. Hentikanlah semua ini.”
Tapi Tae Joon tak berniat untuk
berhenti. Di pertigaan, ia membelok cepat, dan sebuah truk langsung memotong
mobil Detektif Joo dan berhenti di depannya, sehingga Detektif Joo langsung
kehilangan mobil Tae Joon.
Saat mobil Tae Joon ditemukan,
Soo Yeon sudah menghilang. Hanya ada Tae Joon yang diam dan tersenyum kecil. Usahanya
berhasil, dan itu berarti uang.
Detektif Joo langsung menyuruh
rekannya untuk menangkap Tae Joon. Truk yang tadi menghalangi mobilnya, diduga
adalah anak buah Tae Joon dan juga segera ditangkap.
Jung Woo melacak kepergian Soo
Yeon melalui GPS, dan memberitahu seniornya kalau ia sudahmenemukan arah
kepergian Soo Yeon. Detektif Joo bertanya di mana, “RSJ Jaekyung? Terminal?
Atau mansion?”
Ternyata GPS membawa Jung Woo ke
gudang tua. Gudang tempat ia dulu disekap. Rintihan Soo Yeon kembali terngiang
di telinganya, memohon agar Jung Woo tak meninggalkannya.
Di depan pintu, Jung Woo
mengambil nafas panjang dan dalam pikirannya ia berkata pada Soo Yeon, “Ribuan
kali aku bermimpi tentang hal ini. Untuk menyelamatkanmu, kembali ke tempat
ini. Soo Yeon ah..”
Dan ia pun membuka pintu gudang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar