Selasa, 07 Mei 2013

Sinopsis I Miss You ep. 10-2


Soo Yeon masuk rumah dan melihat Hyung Joon tidur dengan memakai headphone. Buru-buru ia menyembunyikan sepatu ibu di punggungnya dan meletakkannya di bawah sofa. 



Tak ingin membangunkannya, Soo Yeon menyelimuti Hyung Joon dan mengucapkan selamat malam. Seperti biasa, ia membuka tangannya, menyihir Hyung Joon. Tapi kali ini Hyung Joon menangkap tangan dan membuka mata.

Soo Yeon terkejut melihat Hyung Joon ternyata belum tidur dan heran karena Hyung Joon terus memandangnya. Hyung Joon mengatakan kalau Soo Yeon berbau alkohol. Refleks Soo Yeon menutup mulutnya dan minta maaf.

Tapi Hyung Joon malah mengajaknya untuk minum di kedai lainkali. Walau ia membencinya, tapi karena Soo Yeon menyukainya, maka ia akan mencobanya, “Karena hanya akulah satu-satunya orang yang kau miliki.”

Soo Yeon hanya terdiam mendengar ucapan Hyung Joon. Hyung Joon bertanya apa yang dilakukan Soo Yeon hari ini. Soo Yeon tak mengatakan apa yang ia lakukan sebenarnya, hanya mengatakan kalau ia tak bisa bertemu dengan Craig (pengacaranya) maka ia hanya berjalan-jalan saja, karena besok ia sudah harus kembali ke Perancis.

Hyung Joon memberitahukan kalau Soo Yeon tak bisa meninggalkan Korea  sekarang, membuat Soo Yeon kaget. Hyung Joon langsung memeluk Soo Yeon dari belakang, “Hanya sepuluh hari, apakah tak apa-apa?”


Di luar dugaan Soo Yeon hanya berkata, “Ohh..” membuat Hyung Joon lega, karena ia takut Soo Yeon kesal, “Aku tahu kau ingin segera kembali ke Perancis. Ada seorang klien yang mengundangku makan malam di rumahnya. Apakah kau mau menemaniku?”

Soo Yeon bertanya bagaimana karakter klien itu, dan Hyung Joon mengatakan ia juga tak tahu. Ia minta Soo Yeon melihat orang itu dan memutuskan apakah ia adalah orang baik ataukah orang jahat.

Soo Yeon masuk ke kamar dengan menyembunyikan sepatu ibu di dalam mantelnya. Setelah aman dengan pintu tertutup, ia mengeluarkan sepatu itu dan bergumam minta maaf pada Harry.

Ia membuka lemari dan memasukkan sepatu ibu di bawah jaket milik Jung Woo. Ia emnyentuh jaket Jung Woo dan teringat ucapan Jung Woo yang telah memberikan mantra jubah menghilang di jaket itu. Ia tersenyum mengingatnya dan bergumam, “Sepuluh hari lagi.. itu melegakan.”

Sementara di kamar rahasia, Hyung Joon menyentuh foto ibunya dalam kegelapan dan termenung.

Di kantor, Jung Woo melihat foto-foto CCTV, namun ia tak mendapat petunjuk sedikitpun dari foto-foto itu. Ia hendak menelepon seniornya, tapi atasannya datang dan bertanya apakah Detektif Joon sudah mendapatkan alamat IP itu?

Jung Woo mengatakan kalau ia akan meneleponnya. Tapi bukannya menelepon Detektif Joon di depan atasannya, ia malah menyingkir pergi, membuat atasannya kesal.

Ternyata Detektif Joon sedang berada di rumah Soo Yeon untuk menunjukkan foto-foto CCTV di ATM. Jung Woo khawatir kalau seniornya itu akan menakut-nakuti Soo Yeon dengan foto-foto tersangka itu dan menyuruh seniornya untuk tak berlaku kasar pada Soo Yeon.

Detektif Joon meletakkan tangannya di dada dengan cukup lebay, seolah sakit hati dituduh Jung Woo seperti tadi. Maka ia bertanya pada Soo Yeon, “Apakah sekarang aku sedang bertindak kasar padamu?”


Soo Yeon yang polos, bingung akan pertanyaan Detektif Joon itu. Jung Woo belingsatan mendengar pertanyaan Detektif Joon tadi dan mengancamnya, “Hyung, kenapa kau mengatakan hal itu padanya? Jangan katakan kalau telepon ini dariku, ya.”

Detektif Joon mendesah lebay dan kembali bertanya pada Soo Yeon, “Apakah mungkin aku tadi mengatakan kalau telepon ini adalah dari Jung Woo?”

“Hyung!” Jung Woo semakin panik karena seniornya itu malah membuka kedoknya. Ia tak melihat kalau Soo Yeon tersenyum kecil mendengarnya. “Serius, deh. Kenapa kau melakukan hal ini?”

Detektif Joon malah memberikan handphone itu pada Soo Yeon.

“Kau cepat kembali dan cepat periksa alamat IP itu,” kata Jung Woo. Tapi yang terdengar di telinganya adalah suara lembut Soo Yeon yang menyapanya, “Halo?”

Ia mendengar kalau detektif Joon mengatakan kalau Jung Woo sangat mengkhawatirkan Zoe sehingga ia meminta Zoe mengatakan sesuatu untuk menenangkan Jung Woo. Hal itu malah membuat Jung Woo menjadi gugup, kembali seperti remaja lagi.

Ia ingin marah pada seniornya, tapi marahnya itu larut mendengar Soo Yeon menyapa, “Detektif Han ..” ia terpaku diam mendengarkan suara Soo Yeon,  “tolong kau tangkap pelaku itu demi aku.”


Jung Woo mengiyakan, tapi saat Soo Yeon akan memberikan handphone itu pada Detektif Joon, Jung Woo mencegahnya. Soo Yeon menempelkan handphone itu ke telinganya lagi, dan mendengar kalau Jung Woo berkata, “Aku pasti akan menangkap pembunuh itu, tapi..”


Soo Yeon-ah..setelah itu kau akan kembali ke Perancis bukan? Bisakah kau tetap tinggal di sini?”

Itulah kata-kata yang sebenarnya ingin diucapkan Jung Woo. Tapi kata-kata itu hanya sampai di dalam hatinya saja, karena yang keluar di mulut adalah, “Jika hyungku mengganggumu,  beritahu saja aku, ya,” katanya.


"Aku selalu menang kalau melawannya,” Jung Woo berhenti karena kata-katanya terasa seperti ia suka menang-menang, maka ia buru-buru menambahkan, “Err.. bukan karena aku kuat, tapi karena hyungku selalu membiarkanku untuk menang.” 

Aww…  Soo Yeon tersenyum mendengar Jung Woo kebingungan seperti itu.

Tapi Detektif Joon sudah mengambil handphone itu kembali dan mengatakan kalau ia tak begitu. Ia pun memutus pembicaraan setelah berkata kalau ia akan segera kembali ke kantor.


Dan Jung Woo pun tersenyum-senyum sendiri dan bergumam, “Suaranya di telepon pun.. masih sama.”


“Apakah kau menemukan sesuatu?” tanya Dayang Choi mengagetannya dari belakang. “Kudengar kau telah menemukan tentang pelaku yang mengirimkan dry es-nya?”


Jung Woo terkejut mendengar Dayang Choi mengetahui informasi hal itu, “Apa tak ada yang ibu tak ketahui di kantor polisi ini?”

“Kalau tak mau ketahuan, beritahu Detektif Joon agar tidak menelepon saat di toilet,” Dayang Choi malah mengomel dan mengatakan kenapa kantor polisi ini tak dapat menyimpan rahasia.


Jung Woo menggandeng Dayang Choi dan berkata kalau mereka akan baik-baik saja selama Dayang Choi menyimpan rahasia.


Soo Yeon meminta maaf karena ia tak banyak membantu, tapi bagi Detektif Joon, kedatangannya kali ini sudah membuktikan satu hal, “Kau benar-benar bukan pelakunya.” Soo Yeon heran, bagaimana Detektif Joon bisa menarik kesimpulan seperti itu?


Malu-malu Detektif Joon berkata kalau dibandingkan dengan pelaku yang menyamar itu, gerakan Soo Yeon terlalu glamour. Dan Detektif Joon pun membungkuk dan minta maaf.


Soo Yeon tersenyum mendengar pujian itu. Dan iapun berkata walau ia tak begitu yakin, “Tapi wanita dalam gambar itu, sepertinya bukan wanita muda. Mungkin karena pekerjaanku, bku biasanya dapat menebak hal-hal seperti itu. Caranya berpakaian dan caranya berjalan, sepertinya itulah dugaanku.”


Detektif Joon mengangguk dan akan mencari tahu lebih lanjut. Dan sebelum Detektif Joon pergi, Soo Yeon memintanya untuk menunggu sebentar.


Jung Woo memperhatikan foto pelaku yang ada di ATM, dan penasaran akan baju yang dipakai pelaku itu, “T-shirt? Long Johns?”


Detektif Joon mengagetkannya dengan menyapanya sebagai pewaris bank, “Kalau kau mau meminjamkan uang padaku, aku akan memberikan ini padamu,” ia menyodorkan jaket  menghilang Jung Woo.


Jung Woo terbelalak dan ingin merebutnya. Tapi Detektif Joon lebih cepat dan menariknya kembali.

Tapi Jung Woo tetap meraih jaket itu, sehingga Detektif Joon memberikannya sambil menaruh tangan di dadanya dengan lebay, “Walaupun aku tahu aku tak boleh memiliki perasaan itu padanya, tapi tolong beritahu dia kalau jaket itu membuatku selalu hangat,” dan iapun pura-pura menangis.


LOL, Jung Woo tahu kalau Soo Yeon tak mungkin mengatakan hal seperti itu dan tahu seniornya itu berniat menggodanya. Maka Jung Woo pun bertanya, “Apa yang sebenarnya ia katakan?”


Detektif Joon bertanya apakah Jung Woo benar-benar ingin tahu? Kali ini Jung Woo mengangguk dengan muka penasaran ingin tahu. Maka ia mengangsurkan jaket itu dengan tampang cuek, “Ini. Tamat.” katanya menirukan ucapan Zoe.

Kwak.. kwak.. kwak… Jung Woo pun kecewa. LOL, senior satu ini kayanya perlu dijitak, deh, mainin perasaan orang ajah..

Detektif Joon menebak kalau Jung Woo pasti kecewa mendengarnya. Tapi Jung Woo pura-pura tak peduli, dan mengatakan kalau  ia sebenarnya malah heran kenapa Zoe belum mengembalikannya, “Sekarang sudah makin dingin, jadi aku senang kalau jaket ini kembali,” kata Jung Woo cuek.


Ia pun memakai dan merasakan hangatnya jaket itu. Namun saat tangannya masuk ke saku, ia menemukan sesuatu. Kancing hitam. Ia teringat pada kancing yang pernah ia masukkan ke dalam gelas.


Detektif Joon pun mengingatnya dan bertanya, apakah kancing itu adalah kancing “Hujan.. tak hujan.. hujan.. tak hujan..”?


Jung Woo segera mengambil jaket yang pernah dibelikan ibu padanya, dan mencocokkan kancing itu. Dan sama! Jung Woo terbelalak, menyadari kalau Soo Yeon ternyata tak pernah membuang kancing itu.


Seniornya itu juga memberitahu dugaan Zoe yang menurutnya pelaku adalahseorang wanita tua.


Detektif Park dan Detektif Ahn memberitahu kalau mereka sudah menemukan alamat IP pemesanan dry ice itu. Dan IP itu berasal dari komputer Jung Woo, “Pelakunya menggunakan komputer Jung Woo.”


Mereka akhirnya memeriksa CCTV, untuk memeriksa siapa yang menggunakan komputer Jung Woo, tapi sambungan CCTV mati pada pukul 06.00 – 06.30 pagi di hari itu. Dan anehnya hanya CCTV di ruangan mereka saja yang mati.


Atasan Jung Woo menduga pasti orang dalam yang mematikan sambungan itu. Jung Woo mengusulkan untuk mendata siapa saja orang yang ada di dalam gedung pagi itu, “Karena masih pagi, pasti tak banyak orang yang telah datang. Jika kita dapat melihat orang-orang mana yang tak muncul di CCTV lain saat CCTV kita dimatikan, berarti kita dapat menemukan pelaku yang sebenarnya.”


Tapi detektif Joon keberatan. Bagaimana dengan kamar mandi dan ruang tidur yang tak ada kamera? Contohnya ia sendiri, ia sedang tidur di ruang tidur, “jadi apakah aku adalah pelakunya?”


Jung Woo mengatakan kalau pelakunya adalah seorang wanita, kalau tidak pria yang berbadan kecil. Atasan Jung Woo menyuruh mereka untuk mengirim semua data CCTV ini ke bagian IT, dan hasilnya akan mereka dapatkan dalam beberapa jam.


Hyung Joon dan Soo Yeon mengunjungi rumah Tae Joon. Betapa kagetnya Soo Yeon melihat istri kliennya adalah Mi Ran. Ia semakin kaget melihat Hyung Joon malah bersikap ramah pada Mi Ran.

Mi Ran yang berkata kalau ia tak menyangka akan kedatangan mereka, tersenyum dan berkata kalau pertemuan ini berarti adalah jodoh.


Setelah Mi Ran pergi, Soo Yeon mengungkapkan ketidaksukaannya kalau Mi Ran adalah orang yang mencuri desainnya (ohh.. ternyata Mi Ran membuat barang KW-nya Zoe) bahkan pernah mengancamnya dengan foto mereka berdua.


Tapi Hyung Joon berkata ia juga baru tahu kalau Mi Ran adalah orang yang sama dengan wanita yang mengirimkan email, “Apakah kau tak nyaman? Apakah kau mau kita pergi saja?”


Soo Yeon ragu namun melihat Tae Joon dan istrinya sudah datang, ia pun memasang muka sopan dan berkata sopan. Tae Joon pun berterima kasih karena mereka sudah datang walau dengan kondisi Hyung Joon yang berjalan masih dengan menggunakan tongkat.


Di meja makan, Mi Ran memuji Harry dan Zoe yang menurutnya sangat cocok dan seperti keluar dari lukisan. Harry pun balas memuji masakan Mi Ran dan mengundang mereka ke rumahnya dengan ia yang akan memasak.

Melihat Tae Joon tak peduli dengan Mi Ran, Hyung Joon mengkritik sikap Tae Joon. Dan hal ini membuat Tae Joon marah karena menganggap Hyung Joon tak sopan mengkritik orang yang lebih tua. 


Hyung Joon merasa kalau ia sudah merusak mood makan malam ini. Ia mengatakan kalau ia bersikap apa adanya karena ia ingin berteman dengan Tae Joon. Ia tak tahu bagaimana caranya berteman, tapi ia tahu bagaimana cara membuat uang banyak, “Jika tidak, bagaimana mungkin aku bisa menjadi direktur H Boutique dan mengurusi kontrak besar dengan usia semuda ini?”


Di ruang kerja Tae Joon, Hyung Joon mengatakan kalau ia sudah membuat kesepakatan dengan Shiosa. Tapi karena Tae Joon ingin berinvestasi, ia menawarkan untuk menanamkan investasi yang akan dikelola Shiosa.


Tae Joon merasa perundingan ini terlalu gampang, mengingat ini proyek besar dan pasti banyak calon investor yang juga ingin menanamkan modalnya, dan bertanya mengapa Harry mudah sekali membuat kesepakatan dengannya?


Harry pun menjawab, “Karena anda sedang beruntung. Tunanganku sudah tak sabar ingin kembali ke Perancis. Hanya ada satu yang kuanggap lebih penting dibandingkan uang, yaitu gadis yang sedang duduk di luar itu. Aku ingin segera menyelesaikan semuanya dan kembali ke Paris bersamanya.”


Tae Joon menyetujui tawaran Harry namun masih penasaran bagaimana kaki Harry bisa seperti itu. Harry pun tertawa kecil dan menjawab, “Apakah anda tidak ingat? Andalah yang menyebabkan kakiku seperti ini.”


Sekdir Nam merasa canggung, karena ia tahu apa maksud Hyung Joon sebenarnya, tentang anjing yang dulu pernah menggigitnya saat ia kabur dulu. Tapi Hyung Joon meneruskan, “Karena sepeda. Memang kenapa anda ingin tahu?”


Tae Joon mengatakan kalau untuk usia semuda Harry, tongkat yang ia pegang sangat cocok untuknya. Harry menjelaskan kalau tunangannya yang mendesain tongkat itu khusus untuknya.


Soo Yeon duduk di ruang tengah bersama Mi Ran dan Ah Reum. Soo Yeon jelas masih marah pada Mi Ran dan memintanya untuk melepas semua baju desainnya dari butik Mi Ran dan tak mengirimkan foto dan surat ancaman lagi padanya.


Mi Ran meminta maaf dan berjanji untuk mencopot semua baju desain Soo Yeon, namun meminta agar Soo Yeon tak memberitahukan hal ini pada suaminya. Mendengar apa yang sudah dilakukan ibunya, Ah Reum marah dan tak mau duduk lebih lama lagi karena ini benar-benar sangat melukai harga dirinya. Pada Soo Yeon, ia berkata kalau ia senang bertemu dengan Soo Yeon dan memuji baju desain Soo Yeon sangatlah bagus.


Ia pun pergi ke dapur dan menyuruh pembantu untuk menyiapkan makanan untuk kakaknya, Jung Woo. Mendengar nama itu, Soo Yeon terkejut. Dan hal ini tak luput dari pandangan Mi Ran. Ia teringat pada Jung Woo yang dulu memperingatkan kalau Mi Ran tak boleh mengganggu wanita yang di foto itu lagi.


Mi Ran pun bertanya pada Zoe dan bertanya apakah Zoe mengenal Detektif Han Jung Woo? Soo Yeon terkejut, tapi tak menjawabnya. Untunglah Hyung Joon sudah keluar dan mereka pun meminta diri untuk pamit.


Di kantor polisi, Jung Woo menghentikan Dayang Choi yang mengambil kertas fax dan menyuruhnya untuk segera pulang. Tapi melihat isi salah satu kertas fax yang menunjukkan kalau Dayang Choi adalah salah satu orang yang datang pagi-pagi di hari pemesanan dry ice, dengan berat hati Jung Woo mengatakan kalau Dayang Choi tak boleh pulang sebelum ia diperiksa.


Tapi Dayang Choi tak mau, karena anaknya, Bora, akan pulang cepat dan akan makan malam di rumah. Jika Bora marah, akan melebihi kemarahan atasan Jung Woo. Jung Woo pun menanyai apa yang dilakukan dayang Choi pada pagi itu.


Dayang Choi menjelaskan kalau sehari sebelumnya ia pulang cepat karena ada kelompok gangster yang ditangkap dan esoknya ia datang lebih pagi untuk membereskan segala kekacauan itu. Ia mengangkat tangannya, “Dan saat itu kau kan yang mengikat perban di tanganku ini, kan? Ayo diingat-ingat kembali,” kata Dayang Choi sambil pergi.

Jung Woo pun mengingatnya dan membenarkan pernyataan Dayang Choi. Walau kecurigaannya masih muncul tapi ia menganggapnya tak mungkin.

Namun saat ia menanyai polisi wanita yang ada di salah satu daftar tersangka, ia teringat tangan Dayang Choi yang diperban dan melihat foto pelaku di ATM. Tangan foto itu juga memakai kain yang sama dengan perban dayang Choi.


Ia juga teringat pada kata-kata Detektif Joon yang menyebutkan dugaan Soo Yeon yang pelakunya adalah wanita tua.


Ia segera pergi meninggalkan polisi wanita yang sedang ia tanyai itu, tak menyadari kalau Dayang Choi mengintainya dari kejauhan.


Ah Reum ternyata menumpang mobil Hyung Joon dan melihat Harry mengulurkan tangan dan Zoe menggenggam tangan itu. Ia bertanya apakah ia mengganggu mereka? Tapi Harry mengatakan kalau ia membiarkan Ah Reum pergi di kegelapan malam, ia yang akan dimarahi oleh Zoe. Ah Reum bertanya apakah mereka akan segera menikah, karena menurutnya Harry adalah tipenya banget.


Harry tersenyum dan berkata pada Zoe kalau kata-kata Ah Reum merupakan bukti kalau ia cukup populer di kalangan para gadis.


Alarm berbunyi di handphone Soo Yeon dengan ringtone yang sama dengan ring tone milik Jung Woo, Magic Castle.


Di saat yang sama, alarm Jung Woo berbunyi dan ia segera mematikan karena melihat Dayang Choi sudah hendak pergi. Ia memanggil Dayang Choi, tapi Dayang Choi tak mendengarnya. Ia pun mengejarnya.


Saat itu ia meminta seniornya untuk memeriksa latar belakang Dayang Choi. Ia memiliki dugaan tapi belum pasti. Ia meminta Detektif Joon untuk mengabarinya lewat SMS.


Soo Yeon segera mematikan alarm itu dan Hyung Joon berkata kalau Soo Yeon baru saja mengganti ringtone-nya. Namun Ah Reum mengenali ringtone itu sebagai ring tone favorit kakaknya. Soo Yeon sedikit heran tapi tak menanggapinya.


Mobil Hyung Joon sampai di depan kantor polisi dan Ah Reum berkata kalau ia akan turun. Ia juga tak lupa mengatakan kalau mereka memiliki masalah hukum, jangan segan-segan meneleponnya, “Karena kakakku, Detektif Han Jung Woo, adalah detektif dikenal disini.”


Soo Yeon terkejut, menyadari dugaannya benar. Ia melihat kalau Hyung Joon yang tak kaget mendengar informasi itu dan, tak mempedulikan ajakan Hyung Joon yang ingin minum di kedai, ia bertanya apakah Hyung Joon sudah tahu semua ini?


Hyung Joon mengakui dan dengan tenang ia berkata kalau Ah Reum adalah adik Jung Woo. Soo Yeon bertanya mengapa Hyung Joon membawanya untuk makan di rumah Jung Woo?

Dengan senyum yang berbeda seperti biasanya, Hyung Joon bertanya apakah hal itu sebuah masalah? Tentu tidak, kan, karena ia adalah Zoe dan bukannya Soo Yeon, “Kau bilang kau akan tetap tinggal di sisiku, kan? Jangan kembali ke Perancis sampai aku selesai dengan urusanku di sini. Tetaplah tinggal di sini, di sisiku.”


Jung Woo membuntuti Dayang Choi dan segera bersembunyi karena handphonenya berbunyi. Dari Ah Reum. Ia segera mematikannya. Namun Dayang Choi sudah hilang. Ia mencari-cari, tapi tak ada. Ia pun membuka handphonenya.


Tapi ternyata Dayang Choi memanggilnya. Jung Woo terkejut dan menghampiri Dayang Choi. Ia mengaku kalau ia mengikuti Dayang Choi kemari karena ingin membawa Dayang Choi lagi untuk melakukan tugasnya, memeriksa semua orang. Ia menarik tangan Dayang Choi, tapi Dayang Choi mengaduh kesakitan.


Dayang Choi pun mau ikut, tapi ia ingin membuat nasi dulu untuk putrinya, Bora dan ia mempersilahkan Jung Woo untuk masuk. Mulanya Jung Woo ragu, tapi ia pun mengiyakan tawaran itu.


Di rumah Hyung Joon, rupanya Soo Yeon mengunci kamarnya membuat Hyung Joon panik. Ia minta maaf dan berjanji tak akan berbuat sesuka hatinya lagi. Ia menggedor-gedor tapi pintu kamar Soo Yeon tak terbuka.


Sementara Dayang Choi membuat nasi di magic jar, Jung Woo melihat-lihat kondisi rumahnya yang kotor dan meminta Dayang Choi untuk tak hanya memperhatikan kebersihan kantor polisi tapi juga memperhatikan kebersihan rumahnya sendiri. Dayang Choi berkata kalau ia baru saja pindah ke rumah ini dan belum sempat beres-beres.


Dayang Choi menawarinya minum tapi Jung Woo ingin segera pergi ke kantor polisi. Tapi Dayang Choi bersikeras untuk mengambilkan Jung Woo minum.


Melihat ada wallpaper yang terkelupas, dayang Choi mencoba menempelkan dan meminta Jung Woo untuk mengambil selotip di laci bawah meja. Jung Woo sedikit ragu dan curiga, tapi ia tetap mengambilnya. 


Ternyata yang ia ambil adalah keranjang yang berisi baju SMP anak perempuan dengan label nama Choi Bora. Dayang Choi berkata kalau itu adalah seragam Bora, anaknya, “Bukan di situ, tapi di laci satunya.”


Jung Woo mengiyakan, tapi ia sudah waspada dan mengeluarkan borgol dari sakunya. Ragu-ragu ia membuka laci paling atas, tapi ia tak menemukan selotip. Ia pun membuka laci kedua.


Dan ternyata selotip itu memang ada. Selotip yang sama dengan yang ada dimulut Sang Deuk. Selotip yang ternyata bukanlah selotip melainkan lakban. Dan juga ada tali oranye yang mirip dengan tali untuk mengikat tangan Sang Deuk.

Jung Woo terbelalak. Terdengar suara Dayang Choi, “Ada bukan, selotipnya?” 


Ia pun berbalik, dan melihat Dayang Choi mengarahkan peredam kejut ke lehernya. Dan iapun pingsan.