Melihat Soo Yeon hanya termangu memegangi jaketnya, Jung Woo
membuka pintu mobilnya. Sepertinya ia pura-pura tak melihat kalau Soo Yeon
menangis.
Soo Yeon buru-buru menghapus air matanya karena Jung Woo menunduk, mendekatinya, “Kau sangat keras kepala. Bukankah tadi kubilang kalau kita tak punya banyak waktu lagi?”
Soo Yeon buru-buru menghapus air matanya karena Jung Woo menunduk, mendekatinya, “Kau sangat keras kepala. Bukankah tadi kubilang kalau kita tak punya banyak waktu lagi?”
Jung Woo meraih tangan Soo Yeon, tapi Soo Yeon menepisnya.
Ia memilih keluar sendiri dan meninggalkan jaket itu di dalam.
Akhirnya Jung Woo mengambil jaket itu lagi, dan menyampirkan
ke badan Soo Yeon, tapi Soo Yeon kembali menepisnya. Kali ini Jung Woo memaksanya
untuk memakai jaket itu, “Sudah kukatakan akan banyak wartawan di sana.
Dengarkanlah aku kecuali kau ingin terlihat oleh mereka.”
Dayang Choi tiba-tiba muncul dan menyapa Jung Woo. Ia
memberitahukan kalau lalat-lalat itu (para wartawan) sudah ada di kantor polisi
dan mengeluh karena mereka, ia tak dapat bersih-bersih. Jung Woo mengajak
Dayang Choi untuk makan setelah semua ini selesai. Dayang Choi tertawa
mendengar Jung Woo yang selalu mengajaknya makan.
Dayang Choi menatap Soo Yeon dan bertanya apakah ini gadis
itu? Jung Woo mengangguk mengiyakan. Dayang Choi hanya bisa mendesah, “Bukankah
sudah kukatakan untuk tak mempertaruhkan nyawamu untuk orang lain? Jika ia
melarikan diri, aku tak bisa apa-apa. Aku bahkan tak dapat mengejarnya karena
keseleoku ini.”
Jung Woo hanya tersenyum dan meminta mereka untuk segera
masuk, karena cuaca semakin dingin. Ragu-ragu, Soo Yeon meninggalkan Jung Woo
dan mengikuti Dayang Choi. Jung Woo hanya bisa memandangi punggung Soo Yeon.
Saat itu terdengar lanjutan buku harian Soo Yeon :
“Jika angin menggelitiki telingamu, itu berarti aku yang
memanggil namamu. Cobalah bentangkanlah tanganmu saat angin bertiup. Whoossh..
angin melewatimu, bukan? Itulah aku yang memegang erat tanganmu.
Janganlah
menangis walau itu menyiksa matamu. Aku akan selalu berada di sisimu.Lee Soo
Yeon, si tak nampak akan selalu nampak di hadapan Jung Woo.”
Dayang Choi membawa Soo Yeon masuk ke dalam kantor polisi
yang penuh oleh wartawan. Entah mantra
di jaket itu sangat manjur, atau para wartawan memang tak memperhatikan seorang
cleaning service, tapi Soo Yeon bisa melewati lobi dengan selamat.
Dayang Choi mengamati Soo Yeon dan menebak kalau Soo Yeon
bukan pembunuhnya, kan? “Tentu saja jika Detektif Han kami berkata kau tak
melakukannya, berarti kau tak melakukannya,” kata Dayang Choi sambil tersenyum.
Mereka berjalan lagi, dan Dayang Choi mengatakan kalau ia telah memilih Jung
Woo sebagai menantunya, “Jadi jangan pernah meliriknya.”
Melihat Soo Yeon gemetar, Dayang Choi meminta Soo Yeon untuk
tidak gugup, “Jika kau bersikap seperti itu, kau akan dituduh melakukan
perbuatan yang kau bahkan tak pernah melakukannya. Dan untuk kita berdua saja
yang tahu, jujur saja, membunuh bedebah itu bukanlah sebuah dosa. Jika aku
adalah ibu si korban, aku akan menemukan pembunuh itu dan akan memasakkan
sebuah masakan rumah.”
Soo Yeon malah terisak mendengarnya, membuat Dayang Choi menatapnya,
bersimpati padanya. Ia memuji Soo Yeon sangatlah cantik, “Ini pertama kalinya,
aku melihat seseorang yang lebih cantik dari anakku sendiri. Jadi janganlah
menangis.”
Soo Yeon memandang Dayang Choi yang tersenyum padanya dan
mengangguk. Ia mengikuti dayang Choi pergi.
Di ruang pemeriksaan, atasan Jung Woo menanyai Soo Yeon
dengan didampingi Detektif Joon. Tapi di dalam ruangan, Soo Yeon tak bisa
tenang. Ia terus menerus gemetar, tak bisa menjawab pertanyaan atasan Jung Woo
tentang hubungannya dengan Sang Deuk, dan apa yang sedang ia lakukan di parkiran
apartemen Sang Deuk.
Detektif Joon mengingatkan atasannya untuk santai. Dengan
ramah, ia menyodorkan gelas minum pada Soo Yeon dan memintanya untuk meminumnya
terlebih dahulu agar tidak gugup.
Hmm.. pandangan mereka saat Zoe akan meraih gelas itu,
terlalu berharap. Apakah mereka ingin mendapatkan sidik jari Zoe?
Sementara itu Jung Woo berlari bergegas menuju ruang
pemeriksaan.
Tapi Soo Yeon terlalu gemetar untuk mengambil gelas itu,
membuat kedua penonton itu kecewa. Akhirnya atasan Jung Woo bertanya, “Saat tabrakan
terjadi, dari kamera CCTV terlihat kalau
kau nampak sangat terkejut saat melihat Kang Sang Deuk. Kecelakaan mobil itu
bukanlah pertama kalinya kau melihat Kang Sang Deuk, bukan?”
Mendengar pertanyaan itu, Soo Yeon segera meraih gelas itu,
mencari pegangan, membuat Detektif Joon gembira dan tersenyum melihat keahlian
atasannya.
Jung Woo terus berlari, namun di tengah jalan, ada Harry
yang memanggilnya, menghentikannya. Harry sangat cemas akan keadaan Zoe dan
bertanya apa yang sebenarnya terjadi.
Jung Woo pun menjelaskan kalau ini berkaitan dengan
pertanyaannya sebelumnya tentang pria yang ditabrak Harry. Korban itu ternyata
mencuri handphone Zoe dan Zoe terlihat muncul di tempat parkir apartemen korban
itu, “Handphone Zoe ada di TKP.”
Harry terkejut mendengarnya. Jung Woo bertanya, kapan
pengacara Zoe akan datang? Harry menjawab kalau pengacaranya sedang menuju
kemari dari Hongkong. Jung Woo meminta Harry segera mendatangkan pengacaranya
secepat mungkin, karena sangat sulit baginya untuk menahan semua masalah ini.
Harry merasa bersalah, karena ialah yang menabrak orang itu,
“Zoe tak mengenal orang itu. Aku tak tahu apa yang terjadi, tapi tak ada alasan
bagi Zoe untuk berhubungan dengan orang itu.”
Oh my.. melihat muka Harry yang sangat stress dan menganggap
semua ini adalah kesalahannya, sepertinya Harry tak mengetahui apa yang terjadi
pada Soo Yeon 14 tahun yang lalu.
Jung Woo menatap lama pada Harry, menimbang-nimbang apakah
Harry tahu cerita tentang Soo Yeon yang sebenarnya (tentang pemerkosaan itu).
Sepertinya Harry tak tahu, maka Jung Woo pun tersenyum menenangkan, “Benar.
Karena itu lakukan apa yang bisa kau lakukan untuk membawa Zoe pulang ke rumah.
Aku akan menangkap pelaku sebenarnya dan semuanya akan segera selesai.”
Jung
Woo memegang bahu Harry, “Segeralah lakukan semuanya dengan cepat.”
Jung Woo meninggalkan Harry yang hanya bisa menghentakkan
tongkatnya dengan marah tak berdaya.
Atasan Jung Woo mencecar Zoe dengan pertanyaan tentang Sang
Deuk yang memakai handphonenya sebelum ia tewas.
Tapi Soo Yeon tak dapat
menjawab karena terlalu gemetar. Ingatannya kembali pada malam itu, saat Sang
Deuk meneleponnya dan memintanya datang ke rumahnya.
Jung Woo masuk dan marah karena atasannya sudah memeriksa
Zoe terlebih dulu. Ia meminta atasannya agar ia yang melakukan pemeriksaan, “Aku
tak akan menganggap enteng masalah ini. Aku akan menangkap pembunuh Sang Deuk
yang sebenarnya.”
Mereka tak menyadari kalau Soo Yeon semakin gemetar karena
ingatannya kembali pada 14 tahun yang lalu. Saat ia mengancam Sang Deuk untuk
tak mendekatinya dan memberitahukannya kalau ia adalah anak pembunuh, “Aku
dapat membunuhmu! Aku akan membunuhmu!” jeritnya putus asa.
Dan ingatan akan kejadian itu mengalir kembali padanya. Soo
Yeon sekarang sudah tenang namun dengan menutup mata ia berkata, “Apa
masalahnya? Lebih baik kalau ia dibunuh. Kenapa kau sangat ingin menangkap
pembunuhnya? Apa kau tak ingin orang itu dibunuh?”
Jung Woo menatap Soo Yeon tak percaya. Begitu pula atasan
Jung Woo. Jung Woo duduk dan mengingatkan Zoe kalau semuanya yang ada di sini
akan terekam, “Pikirkan dulu apa yang harus kau katakan.”
Soo Yeon mengatakan kalau ia melihat semuanya di surat kabar
tentang seorang siswa,”Kubaca kalau ia ditinggalkan karena pemerkosaan.
Bukankah pria seperti itu harusnya dibunuh saja? Apakah hanya aku yang
berpikiran begitu?”
Jung Woo menatap Soo Yeon, pilu. Ia tahu yang dibicarakan
Soo Yeon sekarang bukanlah Sang Deuk, tapi dirinya.
Atasan Jung Woo keluar karena mendapat telepon dari Detektif
Joon. Detektif Joon memastikan kalau berdasarkan pemeriksaan, sidik jari Zoe
yang tak sama dengan sidik jari Soo Yeon yang mereka dapatkan di mobil van 14
tahun yang lalu.
Petugas forensik itu bertanya pada Detektif Joon, mengapa
mereka harus memeriksa dengan sidik jari Soo Yeon? Bukankah Lee Soo Yeon sudah
mati? Detektif Joon menjawab kalau menurut Jung Woo, Lee Soo Yeon bangkit
kembali dari kematian.
Hyung Joon hanya dapat menunggu. Ia berpegang pada
tongkatnya yang tertulis Saouves Nous, Selgneur Dieu yang artinya Selamatkanlah
Kami, Tuhan.
Soo Yeon masih gemetar bahkan untuk menulis surat pernyataan.
Jung Woo menunggui Soo Yeon dengn sabar, sambil membaca-baca dokumen yang ada
di depannya, “Kau harus menulis semuanya agar kau bisa pergi. Atau sekarang kau
sudah bisa menjawab pertanyaanku dengan benar?”
Soo Yeon tak menulis, malah teringat kalau dulu hanya Jung
Woolah satu-satunya orang yang mau berteman dengannya walau ia anak pembunuh.
Jung Woo melihat jam di tangannya, dan melihat kalau Soo
Yeon nampak sangat tersiksa dan terluka. Dengan perlahan ia bertanya apakah Soo
Yeon baik-baik saja?
Soo Yeon malah meletakkan bolpennya dan berkata kalau lebih
baik mereka berbicara saja, karena ia melihat kalau Jung Woo sudah bosan karena
selalu melihat jam.
Jung Woo kembali mengingatkan kalau pembicaraan mereka di
sini semuanya terekam dan segala pernyataan pribadi, sebaiknya tidak dikatakan.
“Kau berharap kalau aku adalah Lee Soo Yeon, kan?” sela Zoe
tak menggubris perkataan Jung Woo. “Sehingga kau tak perlu melakukan semua proses
yang rumit ini, dan aku akan ditahan sebagai pelaku pembunuhan itu.”
Soo Yeon menebak kalau Jung Woo memang sengaja menunggunya
di hari pembunuhan itu, “Kau datang untuk menemuiku, kan? Bertanya apakah aku Lee
Soo Yeon dan memintaku untuk memanggil namamu. Apakah kau sedang mengujiku?
Karena kau ingin menahanku kalau aku benar adalah Lee Soo Yeon?” tuduh Soo Yeon
pada Jung Woo.
Jung Woo menatap Soo Yeon heran tak percaya pada
anggapannya. Apalagi saat Soo Yeon menebak karena itulah Jung Woo selalau ada didekatnya, “Anak
seorang pembunuh. Gadis yang diperkosa. Jika aku adalah Lee Soo Yeon, kau tak
perlu mencari bukti lainnya. Ya, kan Detektif Han?”
“Mengapa kau membengkokkan semuanya? Mengapa kau membuatnya
bersalah?” tanya Jung Woo, membicarakan Soo Yeon-nya. “Hanya karena mereka
adalah anak seorang pembunuh, apakah berarti mereka membunuh orang? Karena
mereka diperkosa, tak berarti mereka membunuh orang lain. Soo Yeon.. Soo Yeon
tak akan membunuh siapapun.”
Soo Yeon tercekat, teringat kata-kata itu pernah ia ucapkan
14 tahun yang lalu. Tapi ia tetap berkata dengan dingin, “Jika aku adalah Lee
Soo Yeon, kau adalah orang yang pertama yang akan aku bunuh.”
“Bahkan jika kau kau membunuhku,” Jung Woo menatap mata Soo
Yeon, “Aku tetap berharap kalau kau adalah Lee Soo Yeon.”
Keduanya sama-sama terdiam, saling memandang. Merasa air
matanya tak dapat ditahan, Jung Woo menunduk, mengalihkan pandangan mata agar
tak menatap Soo Yeon, memintanya untuk segera menyelesaikan apa yang tadi ia
tulis.
Atasan Jung Woo masuk dan mengatakan kalau Zoe tak perlu
menulis pernyataan itu. Harry dan Kedubes Perancis telah memberi jaminan agar
Zoe bebas.
Di dinginnya malam, Ibu Soo Yeon datang membawa makanan
untuk Jung Woo.
Soo Yeon keluar dari ruang pemeriksaan, melihat Harry tertunduk.
Soo Yeon menyapa Harry yang tersenyum lega melihatnya. Soo Yeon pun tersenyum
lega. Ia mengangguk saat Harry mengajaknya pulang ke rumah, “Ya, mari kita pulang
ke rumah.”
Dan Jung Woo menyaksikannya. Hatinya sangat tersiksa melihat
Soo Yeon tersenyum pada Harry, mengajaknya untuk pulang ke rumah. Kata-kata
itulah yang menguatkan mereka saat disekap di gudang 14 tahun yang lalu. Namun
saat itu ia tak berhasil membawa pulang Soo Yeon.
Harry melihat kehadirannya, maka Jung Woo pun memalingkan
badannya, menyembunyikan keresahan hatinya. Harry membimbing Zoe keluar.
Namun mereka berpapasan dengan ibu Soo Yeon yang masuk ke
kantor polisi. Soo Yeon pun melihatnya. Refleks, ia menunduk, menyembunyikan
wajahnya dan berjalan mengikuti Hyung Joon.
Ibu sebenarnya sedang melihat Jung Woo yang membalikkan
badannya, nampak sangat terluka. Ibu nampak khawatir melihatnya.
Tapi melihat seorang gadis yang lewat, membuat ibu mengalihkan
perhatiannya dari Jung Woo. Karena ibu melihatnya.
Ibu melihat gadis itu tertunduk saat berjalan mengikuti pria
di sebelahnya pergi. Seperti déjà vu, ibu seakan melihat Soo Yeon-nya yang tertunduk
saat kecil dulu.
Ibu juga melihat Jung Woo yang seakan tak melihatnya,
mengejar gadis itu.
Ibu terduduk, mencoba mencerna siapa yang sebenarnya ia
lihat tadi.
Soo Yeon masuk ke dalam mobil, namun pandangannya kembali terarah
pada kantor polisi, seakan ada yang tertinggal di sana.
Jung Woo bersembunyi di balik pilar, menunggu Soo Yeon benar-benar masuk ke dalam mobil dan seperti 14 tahun yang lalu, dan dalam hati ia berkata, “Soo Yeon, seperti luka di atas kakimu, kau pasti sangat terluka saat melihatku, kan? Maafkan aku. Aku akan menunggumu,”
Dan ia melambaikan tangannya seperti menyihir gadis itu, “Sssahhh.. Semua kenangan burukmu, sudah terhapus sekarang.”
Mereka pulang dan melihat rumah dalam keadaan berantakan. Harry berkata kalau polisi telah memberitahukannya kalau mereka akan menggeledah rumah untuk mencari handphone Zoe.
Soo Yeon meminta maaf karena ialah semua ini terjadi. Tapi Harry berkata kalau semua ini adalah salahnya. Seharusnya ia mencegah Zoe untuk datang ke Seoul dan membiarkannya untuk pulang ke Perancis lebih cepat lagi.
Seakan tak mendengar, Soo Yeon berkata kalau besok saja mereka akan membereskan barang-barang yang berserakan ini.
“Soo Yeon..” panggil Harry membuat Soo Yeon menghentikan langkahnya. “Selamat malam, Zoe.”
Sambil tersenyum samar, Soo Yeon mengucapkan selamat malam pada Harry.
Soo Yeon masuk ke kamar, dan teringat kata-katanya pada Jung Woo yang akan membunuh Jung Woo pertama kali, jika ia adalah Soo Yeon. Dan betapa Jung Woo akan membiarkannya untuk membunuhnya, jika itu membuat dirinya kembali menjadi Soo Yeon.
Ia menangis tersedu-sedu, dan menutupkan selimut di kepalanya, seperti ingin menutup diri dari dunia luar. Dunia luar yang selama ini ia tamengi agar tak masuk ke dalam dirinya lagi. Tapi dunia luar itu sudah terlanjur masuk ke dalam dirinya.
Jung Woo mencocokkan sidik jari yang ia dapatkan dari pintu mobil pada sidik jari yang ada di buku harian Soo Yeon. Dan ternyata cocok.
Ibu datang menemui Jung Woo, mengagetkannya. Tapi Jung Woo senang melihat ibu.
Ia memeluk ibu dan mengatakan kalau ia kangen sekali pada ibu.
Saat makan, Jung Woo mengambil buku harian Soo Yeon. Sambil main-main ia mengatakan kalau ini adalah bukti yang akan ia tunjukkan pada Soo Yeon nanti jika ia menemukan Soo Yeon yang mungkin berpura-pura tak mengenalinya.
Ia mengacungkan buku itu, pura-pura marah, “’Heh.. apakah kau masih pura-pura tak mengenalku setelah melihat ini?’ Aku akan katakan seperti itu padanya.”
Ibu memaksakan senyum melihat Jung Woo dan menyuruhnya makan lagi. Tapi sepertinya hanya pada ibu, Jung Woo bisa membicarakan Soo Yeon. Maka ia berkata kalau Soo Yeon tak mungkin tak mau mengenalinya.
“Kau tak tahu, kan? Soo Yeon.. selalu berjalan mundur, sehingga ia dapat melihat wajah tampanku. Kau juga melihatnya kan saat aku datang ke rumah untuk pertama kalinya, Soo Yeon selalu memandangiku. Jadi jangan khwatir. Soo Yeon akan pulang ke rumah walaupun ia hanya ingin melihatku,”
Mulut Jung Woo mengatakan kata-kata yang sangat percaya diri, tapi wajah Jung Woo mengatakan hal yang sebaliknya. Ia menunduk mencoba menyembunyikan tangisnya, “Karena ia merindukanku. Jadi.. aku akan menunggunya.”
Ibu hanya bisa menatap Jung Woo, kasihan melihat Jung Woo memasukkan semua makanan ke mulutnya, mencoba menahan isak tangis yang akan memperlihatkan perasaannya, namun gagal. Ia malah semakin tersedu-sedu.
Dengan sayang, ibu menghapus air mata di pipi Jung Woo, tapi itu malah ia semakin menangis.
Hyung Joon chatting dengan seorang teman yang menanyakan kondisi Zoe. Hyung Joon menjawab kalau Zoe lebih kuat dari penampilannya. Setelah sedikit menangis, Zoe akan baik-baik saja.
Teman itu memuji Hyung Joon yang sejak awal telah merubah rekam sidik jari Soo Yeon hingga berbeda dengan Zoe, sehingga Jung Woo pasti sekarang sudah menyerah. Hyung Joon membenarkan dan mengakui kalau hal itu membuatnya semakin marah. Teman itu menenangkan Hyung Joon dan mengatakan kalau Hyung Joon marah akan sangat menakutkan.
Hyung Joon tersenyum membacanya. Berkaitan dengan Tae Joon, mulanya ia berpikir akan membuat Tae Joon kelaparan hingga ia mati, tapi sekarang ia berubah pikiran. Ia akan memperlakukan Tae Joon seperti babi yang akan ia suapi makanan hingga ia mati kekenyangan. Temannya bertanya apakah Hyung Joon ingin melemparkan uang pada Tae Joon?
Menurut Hyung Joon, Tae Joon bukanlah orang yang tak akan melakukan apapun setelah ia melihat Zoe di pesta. Maka mereka membujuknya dengan uang, dan menyelesaikan masalah ini dengan cepat. Temannya itu mengerti, dan chatting itu pun terputus. Sebelum keluar chatting, Hyung Joon menghapus rekaman chatting itu.
Setelah itu ia melihat rekaman CCTV saat polisi menggeledah rumahnya. Ia melihat kalau polisi itu berkata kalau mereka ingin mencari tahu rahasia apa yang disembunyikan olehnya.
Detektif Joon datang ke rumah ibu untuk mengambil kimchi yang disiapkan oleh ibu Soo Yeon. Secara sepintas, ibu Soo Yeon bertanya tentang gadis yang dituduh membunuh Sang Deuk.
Dan sepertinya ibu cocok menjadi detektif, karena Detektif Joon tak merasa ia diinterogasi. Tanpa sadar ia menceritakan kalau gadis itu sangat kaya. Rumahnya memiliki lift dan dan kolam renag. Bahkan ia tak menyadari kalau ibu sedang mengorek dimana alamat rumahnya. Dengan suka rela, ia memberitahukan kalau rumah gadis itu adalah rumah paling besar di daerah Gangnam.
Mendapat segala informasi yang ia butuhkan, ibu menyuruh Detektif Joon untuk kembali ke kantor dengan membawa kimchi yang tadi ia bagi. Detektif Joon bengong melihat ibu pergi, “Buu… tempat kimchi ini tak ada tutupnya, ya? Minta tutup, dong.”
LOL, yang pinter itu ibu atau yang polos itu Detektif Joon, ya..
Para detektif itu berkumpul untuk membicarakan temuan baru mereka, yaitu transfer ATM untuk pembelian dry ice. Atasan Jung Woo meminta anak buahnya untuk mencari rekaman CCTV transfer uang tersebut.
Ternyata Jung Woo telah melakukannya. Ia telah mendapatkan foto rekaman itu, namun pelakunya memakai baju yang menutupi semua anggota badannya, ia tak dapat melihat pelaku itu dengan jelas. Dan ia membagi-bagi bukti foto yang ia dapat.
Atasan Jung Woo bertanya tentang Jung Woo yang tak tidur tadi malam karena menyelidiki hal ini? Jung Woo berkelit kalau ia sekarang akan tidur.
Pada anak buahnya yang lain, atasannya menyuruh mencari lokasi IP tempat pemesanan dry ice itu. Namun Jung Woo berkata kalau ia sedang mengurus surat pencarian resmi. Setelah surat itu keluar, mereka dapat meminta lokasi IP pada pihak yang terkait.
Atasannya kesal melihat kegigihan Jung Woo saat bekerja, “Apa kau mau mati kelelahan karena bekerja? Kau pergilah tidur,” dan ia melihat ke salah satu anak buahnya, “Kau, urus masalah ini. Jangan berhenti sampai kasus ini terungkap. Dan kau, awasi Zoe Lou karena ia masih tetap tersangka dalam kasus ini.”
Jung Woo menyela, “Apa sebaiknya saya juga ikut?”
“Kau, jangan dekat-dekat dengan kasus ini!” perintah atasan Jung Woo.
Jung Woo malah merengut mendengarnya, “Copot seragammu. Jangan dekat-dekat dengan kasus ini. Keluar dari sini. Aku bosan mendengarnya.”
“Aku juga bosan mengatakannya!” bentak atasan Jung Woo semakin kesal. LOL. “Sudah terbukti kalau gadis itu bukanlah Soo Yeon. Menyerahlah!”
Jung Woo malah semakin ingin mengganggu atasannya, “Haduh.. bagaimana ini? Sepertinya aku malah naksir dengannya,” kata-kata Jung Woo membuat atasannya mendelik, dan Jung Woo tersenyum, “Dia cantik, sih..”
Mereka pun duduk di ruang pemeriksaan, dan Harry bertanya apakah ini adalah tempat Zoe kemarin diperiksa. Jung Woo membenarkan dan bertanya bagaimana keadaan Zoe sekarang? Harry menjawab kalau mungkin Zoe terkejut, sehingga ia terus menerus menangis, walaupun biasanya ia tak mudah menangis.
Jung Woo merasa tak enak karenanya. Dan Harry tersenyum mengatakan kalau ia memang sengaja mengatakan hal itu.
Harry mengatakan kalau ia tak pernah tak menyukai Jung Woo. Maka ia menemukan jalan keluarnya. Ia mengajak Jung Woo untuk bertemu bertiga, “Marilah kita semua berteman. Kita bertiga.”
Harry mengatakan hal itu tak boleh terjadi. Tapi Jung Woo mengatakan kalau Hyung Joon tak usah khawatir, karena Zoe tak menyukainya, “Cinta bertepuk sebelah tangan, boleh kan?”
Harry mendesah dan bertanya apakah Jung Woo ingin menyatakan
perang? Kata orang, ia sedikit menakutkan kalau ia marah. Masih dengan tersenyum,
Harry bertanya apakah Jung Woo masih berpikir kalau Zoe itu adalah Soo Yeon?
“Kecuali wajah yang tak mirip,” sela Jung Woo langsung, “Dapatkan kau memberikan satu alasan mengapa dia bukan Soo Yeon? Katakan padaku kapan saja kalau kau mendapatkan alasan itu. Saat itu mari kita bicara lagi.
Ibu menunggu di depan gerbang, dan melihat kalau ada mobil yang keluar dari gerbang itu. Melihat sosok wanita yang ada dibelakang kemudi, ibu memicingkan mata, ingin melihat dengan lebih jelas wanita itu.
Zoe terkejut dan buru-buru menyembunyikan wajahnya. Tapi ia tak kuasa untuk tak melihat ibunya. Semakin ibu mendekat, semakin Zoe menjadi Soo Yeon.
Ibu terkejut melihat gadis itu. Tak butuh waktu lama baginya
untuk dapat melihat siapa sebenarnya gadis itu.
Dan ketika ibu menyentuh kaca mobilnya, Soo Yeon tak tahan lagi untuk tak melihat ibu yang tak pernah ia lihat selama 14 tahun ini. Soo Yeon memalingkan mukanya lagi, kali ini menatap ibunya, sambil menangis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar