Tae Joon mendatangi ruangan Hyun Joo (ibu Hyung Joon), tak mempedulikan tatapan Hyun Joo yang penuh
kegembiraan padanya. Anak buah yang menjaga Hyun Joo berkata kalau Hyun Joo
sudah tak sabar untuk bertemu dengannya.
Tae Joon mengatakan kalau itu pasti, karena ia telah
membiarkan dia hidup. Ia menyuruh anak buahnya untuk mendandani Hyun Joo
seperti orang normal, karena akan ada orang yang datang menemuinya.
Hyung Joon mendatangi kedai minum tempat Soo Yeon pernah minum,
tapi tak ada Soo Yeon di sana. Ia menghampiri meja tempat Soo Yeon dulu duduk,
dan menyadari di cuaca dingin seperti ini, meja ini adalah tempat yang paling
dingin. Tapi ia tetap saja duduk dan memesan sebotol soju.
Ia mengirim pesan pada Soo Yeon : Zoe, aku berada di tempat
yang kau sukai. Datanglah kemari setelah semua pekerjaanmu selesai. Ia tersenyum,
tapi tetap menggigil kedinginan
Masih dalam tidurnya, Jung Woo bergerak membuat kancing yang
ia pegang akan jatuh. Soo Yeon menadah ke bawah tangan Jung Woo, mencegah
kancing itu jatuh, tapi ternyata Jung Woo malah menggenggamnya.
Dan ia juga membuka mata. Soo Yeon terkejut, tapi Jung Woo
lebih terkejut lagi. Ia memanggil namanya sehingga Soo Yeon buru-buru bangkit.
Tapi Jung Woo menarik ujung roknya, “Kenapa kau ada di sini?”
Pertanyaan yang sama saat Jung Woo remaja sadar dari pingsan
saat ia diculik. Dan ia yang remaja saat itu menjawab ‘untuk menyelamatkanmu’ namun ia sekarang menjawab dalam hati,
“Karena aku merindukanmu. (Aku ingin menemuimu)”
Terdengar suara Mi Ran masuk ke dalam ruangan, sehingga Soo
Yeon buru-buru berdiri dan dengan cepat menutup tirai kamar, menyembunyikan
Jung Woo yang hendak menyusulnya berdiri di belakang tirai.
Soo Yeon mengomentari ruangan yang baru saja ia masuki, yang
merupakan tempat Mi Ran tidur saat ia capek setelah bekerja. Mi Ran mengiyakan
dan Soo Yeon menjauhi ruangan itu agar Mi Ran tak mendekati ruangan yang masih
ada Jung Woo di dalamnya, dan memandangi gaun putih yang ada di manekin.
Mi Ran tersenyum dan bertanya apakah Soo Yeon masih ingat
dengan gaun itu? “ Ini adalah karya pertama Zoe, bukan?”
Soo Yeon mengiyakan. Ini adalah karya pertamanya, walau ia
masih belum pintar, kemampuan menjahitnya masih kurang dan ia sering tertusuk
jarum, “Tapi sangat menyenangkan melihatnya lagi. Aku tak dapat melupakannya,”
Soo Yeon menatap gaun itu dan menyentuhnya, “Satu.. satu.. semuanya.”
Di dalam Jung Woo mendengar perkataan Soo Yeon, “Aku selau lelah,
hingga aku tak mau mengingatnya. Tapi setelah aku melihatnya lagi sekarang,
rasanya sangat menyenangkan melihatnya lagi.”
Soo Yeon bertanya pada Mi Ran, jika ia bekerja di butik ini,
apakah ia dapat melihatnya sesekali? Tentu saja Mi Ran sangat girang dan mengatakan
kalau tak hanya sesekali, Zoe dapat mengambil seluruh ruangan ini. Jika ia akan
bekerja dengan Zoe, ia akan berusaha semampunya.
Saat Soo Yeon meminta segelas air. Mi Ran yang masih senang,
langsung mengiyakan dan pergi mengambilkannya.
Jung Woo yang mendengar semua perkataan Soo Yeon, menatap
kancing yang sedari tadi ia genggam dan melihat bayangan Soo Yeon di balik tirai
tapi tak masuk.
Di balik tirai tanpa memandang Jung Woo, Soo Yeon berharap kalau
Jung Woo tak terluka lagi, “Aku.. sekarang.. baik-baik saja.”
Terdengar suara pintu terbuka, dan Jung Woo yang sudah ada
di belakang tirai langsung membukanya dan menarik Soo Yeon ke dalam, membawanya
untuk bersembunyi di balik dinding.
Dengan berbisik, Jung Woo berkata kalau besok
ia akan melupakan, “Hari ini saja. Hanya hari ini.”
Mi Ran heran dengan Soo Yeon yang sudah menghilang, dan
hendak mencarinya ke dalam ruang tidurnya.
Jung Woo dan Soo Yeon panik
mendengar langkah kaki Mi Ran, tapi untungnya Mi Ran menerima telepon, sehingga
ia langsung keluar kamar dan mematikan lampu.
Soo Yeon meminta Jung Woo untuk minggir, tapi Jung Woo
mengatakan kalau ia tak dapat melupakan dan meminta Soo Yeon untuk melakukan
sesuatu untuknya.
Dulu saat ia mengantarkan Soo Yeon pulang dengan bis dan
bertemu dengan keluarga Soo Yeon untuk pertama kalinya, Soo Yeon pasti tak tahu
kalau saat ia makan, rasanya seperti tercekik karena mendengar keluarga Soo
Yeon membicarakan ciuman pertama, “Karena di dalam bis.. denganmu.. kupikir itu
adalah pertama kalinya bibir kita bertemu. Kau pasti tak tahu, kan?”
Soo Yeon terpana, dan menatap Jung Woo. Tangannya terulur,
ingin menyentuh pipi Jung Woo, tapi Jung Woo menangkap tangannya,
menggenggamnya dan berkata, “Jadi.. jangan terkejut. Karena ini adalah bukan
yang pertama kalinya di antara kita.”
Dan Jung Woo pun menciumnya. Tak seperti saat ciuman pertama
mereka di bis, karena kali ini Soo Yeon tidak tidur dan membalas ciumannya.
Jung Woo memandangi Soo Yeon dan berbisik memanggilnya, “Soo
Yeon-ah..”. Dan kata-kata yang hanya pernah Soo Yeon tulis di buku harian
terngiang lagi di benak Soo Yeon , “Aku menyukai Jung Woo. Jung Woo ya..
bagaimana denganmu? Jung Woo ya.. saat salju turun, apa yang akan kau lakukan?”
Jung Woo remaja: “Aku akan menemuimu. Aku hanya memiliki seorang teman. Lee Soo Yeon.” |
Hyung Joon meminum soju dan mengernyit merasakan pahitnya
soju yang mengalir di tenggorokannya dan mengeluh, “Apa manisnya soju ini?”
Ia mendapat telepon dari Mi Ran yang menanyakan keberadaan
Zoe. Ia langsung bangkit mendengar Zoe yang hilang, namun karena buru-buru, tak
sengaja ia menyenggol tongkatnya hingga terjatuh.
Ia buru-buru mengambil
tongkat itu. Dan ia mendengar Mi Ran memanggil Zoe. Hyung Joon langsung
mendekatkan handphonenya ke telinga. Betapa kagetnya karena mendengar Mi Ran
juga memanggil Jung Woo dan bertanya apa yang sedang mereka lakukan.
Jung Woo berterima kasih pada Mi Ran yang tak menerima teleponnya (sehingga
ia dapat datang kemari dan bertemu dengan Soo Yeon –dee) namun besok ia minta
Mi Ran untuk mengangkat teleponnya, karena besok ia akan kembali.
Mi Ran memanggil-manggil Zoe, dan pegawainya mengingatkan
kalau Mi Ran belum memutus pembicaraan dengan Harry. Mi Ran kaget dan buru-buru
berbicara di handphone lagi. Tapi ia bingung, bagaimana menutupi hal ini.
Tapi Harry berkata kalau Mi Ran pasti kaget, karena
sebenarnya ia, Zoe dan Jung Woo saling berteman, “Bahkan mereka berjanji untuk
minum bersamaku.”
Mi Ran kaget mendengar kalau mereka bertiga saling mengenal.
Dengan ramah, Harry bertanya apakah Jung Woo dan Zoe sudah keluar? Kalau
begitu, mereka berdua pasti sedang menuju kemari untuk menemuinya. Hyung Joon
pun langsung mengakhiri pembicaraan.
Setelah tak berbicara lagi, terlihat kalau Hyung Joon sangat
geram.
Jung Woo mendapat telepon dari Harry dan Soo Yeon yang
melihatnya, meminta Jung Woo agar ia saja yang bicara dengan Harry. Tapi Jung
Woo menolak dan mengatakan karena ini handphonenya, maka ia yang akan
menjawabnya.
Harry tahu kalau Jung Woo sekarang sedang menyetir yang
berarti ia tak mabuk dan mengajak Jung Woo untuk minum bersama. Tapi Jung Woo
menolaknya karena ia sekarang sedang bersama dengan Soo Yeon, “Aku telah
menemukannya.”
Harry tersenyum dan menyelamatinya, namun meminta Jung Woo
untuk memberikan handphone itu pada Zoe. Jung Woo berkata kalau ia tak tahu
dimana Zoe dan memintanya mencari Zoe. Ia akan menelepon Harry lagi besok.
Dan ia mematikan handphonenya, menatap Soo Yeon dan
melanjutkan perjalanannya.
Hyung Joon tertawa kecil, namun matanya tak tertawa dan
berkata, “Menarik..”
Sepanjang perjalanan, Jung Woo menggenggam tangan Soo Yeon.
Soo Yeon mendengar alarm Jung Woo berbunyi namun Jung Woo tak mematikan, malah
memanggil Soo Yeon berulang kali, hingga Soo Yeon harus memanggil namanya untuk
menghentikannya, “Han Jung Woo..”
“Chajatta (Aku menemukanmu.. ),” kata Jung Woo tersenyum dan
menatapnya. Ia pun kembali memanggil nama Soo Yeon berulang-ulang hingga Soo
Yeon tersenyum. Namun kali ini Soo Yeon membiarkannya.
Mereka telah sampai di taman bermain yang dulu selalu mereka
datangi. Jung Woo seakan terpesona menatap wajah Soo Yeon yang tersenyum saat memandangi
taman bermain.
“Soo Yeon ah..”
“Hmm..”
Tatapan mereka bertemu dan Jung Woo tak dapat menutupi
kecanggungan yang tiba-tiba muncul karena Soo Yeon menjawab panggilannya dengan
kalem. Ia buru-buru keluar dan berkata, “Ayo kita keluar.”
Tapi ia tak menyadari kalau ia masih menggenggam Soo Yeon,
hingga Soo Yeon pun tertarik ke arahnya, menyenggol tuas wiper, sehingga wiper
langsung menghapus air hujan yang tidak turun.
Jung Woo buru-buru menunduk hingga kepalanya membentur
kepala Soo Yeon yang masih ada di dekatnya.
Aihh…
Keduanya sama-sama mengusap kepalanya dan tertawa geli.
Soo Yeon sudah duduk di ayunan dan terkejut saat merasakan Jung
Woo menyelimutinya dengan selimut yang ia ambil dari mobil. Dan Jung Woo pun
tersenyum menggodanya, “Ahh… jadi seperti ini wajahmu sekarang.”
Soo Yeon teringat kalau itulah yang diucapkan Jung Woo saat
remaja saat ia tak pernah menyembunyikan wajahnya. Namun kata-kata itu sekarang
juga mewakili kalau wajah Soo Yeon sekarang sudah berubah dari yang dulu.
Duduk
di ayunan itu, ia bertanya, “Apakah ayunan ini bertambah kecil? Atau karena
kita sudah bertambah besar.”
“Aku juga tak dapat berayun lebih tinggi lagi, karena kakiku
selalu terseret di tanah,” jawab Jung Woo.
Soo Yeon memandangi Jung Woo dan berkata kalau Jung Woo tak
pernah berubah dari saat mereka remaja dulu. Sedangkan Jung Woo merasa Soo Yeon
sangatlah cantik saat mereka bertemu pertama kali.
Soo Yeon kaget mendengar pujian Jung Woo. Dengan nada
bercanda, Jung Woo berkata “Saat kau memberikan payung itu kepadaku, kau
benar-benar sangat cantik. Benar. Benar-benar cantik,” Soo Yeon tersipu
mendengarnya. Dengan nada lebih serius, Jung Woo melanjutkan, “Juga sekarang.
Kau tak pernah berubah. Kalau seperti ini caramu bersembunyi dariku, apakah kau
pikir aku tak langsung mengenalimu?”
Soo Yeon menunduk dan mengayunkan ayunannya perlahan.
Ayunannya terhenti saat Jung Woo berkata, “Aku menyesal, maafkan aku.”
Soo Yeon menoleh dan memandang Jung Woo yang berkata kalau saat
ini ia tak akan mengatakan kata-kata itu. Karena saat ini, kata-kata yang ingin
ia keluarkan adalah jawaban yang pernah Soo Yeon tanyakan di buku hariannya, “’Aku
menyukai Han Jung Woo’, ‘aku benar-benar menyukainya’, ‘Jung Woo ya.. bagaimana
denganmu?’ Apa yang kau tuliskan di buku harian itu, aku ingin menjawabnya
sekarang.”
Jung Woo menatap Soo Yeon dan berkata, “Aku menyukaimu. Lee
Soo Yeon, aku menyukaimu.” Ia mendesah lega dan berkat kalau ia sekarang merasa
waktu akhirnya bisa berjalan kembali. “Lima belas, dan sedetik, dua detik, tiga
detik..”
Soo Yeon menatap Jung Woo dan berterima kasih karena masih
menyukainya, “Masa laluku yang penuh dengan kenangan buruk, juga kejadian malam
itu. Dan kau masih menyukaiku, terima kasih,” ia menunduk dan berterima kasih
karena Jung Woo tak melarikan diri karena benci padanya. Semuanya ini masih
cukup berat ia terima, “Jung Woo ya.. hingga akhir kau membuat kenangan manis,
terima kasih.”
Tapi Soo Yeon melanjutkan, “Harry, selama 14 tahun ini,
adalah satu-satunya keluargaku dan juga satu satunya temanku. Dan suatu hari,
kita akan menikah. Han Jung Woo, Lee Soo Yeon yang kau sukai, tak dapat kembali
sendiri dengan meninggalkan Harry.”
Jung Woo terpana, menyadari kemana arah pembicaran Soo Yeon.
Ia memanggil namanya lagi, tapi Soo Yeon, tanpa menatap Jung Woo berkata, “Kita..
akhiri saja sampai di sini.”
Soo Yeon buru-buru berdiri dan berkata kalau Harry pasti
sudah menunggunya dan ia harus segera kembali.
Jung Woo melihat Soo Yeon berjalan meninggalkannya. Ia teringat
saat remaja ia mencari Soo Yeon dan menemukannya di taman, bersembunyi
ketakutan dan malu. Ia teringat saat itu ia mengajak Soo Yeon untuk menjadi
temannya.
Maka ia berteriak, “Jadilah temanku!”
Soo Yeon terkejut. Ia menghentikan langkahnya, dan mendengar Jung Woo
melanjutkan permintaanya, “Jika tak mungkin sebagi Lee Soo Yeon,” dan Soo Yeon
mendengar langkah Jung Woo yang mendekatinya dan sekarang berdiri di
hadapannya.
“Zoe Lou, jadilah temanku.” |
Jung Woo menggenggam kancing, seolah menjadi jimat, dan
berkata dalam hati, “Jika aku seperti ini, kau tak akan pergi, kan?”
Soo Yeon menatap Jung Woo dan memanggil namanya. Dan kali
ini Jung Woo menjawab panggilan itu dengan berkata, “Zoe.”
Soo Yeon mengendarai mobilnya dan sampai ke depan gerbang.
Tapi ia tak langsung masuk.
Hyung Joon menatap mobil Soo Yeon dari kamera CCTV, menunggu
Soo Yeon membuka gerbang.
Kata-kata Jung Woo yang mengatakan kalau Jung Woo
menyukainya, terngiang kembali di telinganya. Ia juga teringat permintaannya
untuk mengakhir hubungan mereka sekarang karena ia tak bisa meninggalkan Harry.
Dan Hyung Joon melihat Soo Yeon memundurkan mobilnya dan
pergi kembali. Sia-sia ia berteriak pada CCTV, memanggil Zoe untuk kembali
karena Zoe tak mendengarnya.
Soo Yeon ternyata kembali ke sekitar rumahnya, dan melihat
lampu jalan yang masih berkedip-kedip terang dan redup. Ia melompat, memukul
tudung lampu itu, dan seketika itu juga lampu itu menyala terang. Ia tersenyum
puas dan berkata memarahi lampu itu, “Sudah kukatakan kan kalau berkedip-kedip
itu lebih menakutkan daripada benar-benar gelap.”
Jung Woo sepertinya tertidur di kantor polisi dengan semua kenangan
pada Soo Yeon yang masih menempel dalam ingatannya. Tak sadar, ia menggigil
kedinginan.
Lima belas. Satu detik, dua detik, tiga detik..
Soo Yeon mulai menghitung langkah dari lampu jalan, dan
berjalan menuju rumahnya. Dan saat hitungannya sampai 213, ia sudah sampai di
depan rumahnya, “Sekarang hanya butuh 213 langkah untuk sampai ke rumah.” Ia
tersenyum sedih dan berkata, “Hari ini, semuanya akan berakhir.”
Ia berbalik untuk kembali, tapi ada sesuatu yang menarik
perhatiannya.
Tulisan tangannya yang ada di dinding tangga. Tulisan yang
dulu ia tulis dengan menggunakan bata merah.
Namun tulisan itu tak memudar, malah semakin jelas dengan
setiap goresan yang sudah tercetak di dinding, seperti digurat ribuan kali
dengan bata merah.
Ia menangis, menyentuh guratan di dinding. Dalam hatinya
bertanya pada Jung Woo, apakah Jung Woo tahu? Ia tak menangis karena ia sedih,
tapi karena angin yang bertiup.
Dari kejauhan Soo Yeon mendengar suara wanita yang sedang
menelepon seseorang. Eun Joo. Eun Joo mengeluh kalau Jung Woo tak pernah
menelepon mereka lagi setelah Jung Woo keluar dari rumah ini.
Soo Yeon langsung bersembunyi, tapi ia mendengar kata-kata
Eun Joo yang ternyata sedang berbicara dengan Detektif Joon. Eun Joo tak tahu
bagaimana dengan kelanjutan penyelidikan pembunuhan ayahnya, Detektif Kim. Eun
Joo juga mengajak Detektif Joon untuk mengunjungi makam ayahnya di tebing akhir
minggu ini.
Soo Yeon terpana mendengar kata-kata Eun Joo, dan menyadari apa
yang terjadi pada Detektif Kim.
Soo Yeon menatap lampu jalan yang sekarang terang benderang.
Ia tak menyadari kalau Hyung Joon sedang memandanginya di dalam mobil.
Hyung Joon melihat kalau Soo Yeon mengambil handphonenya. Ia
bersiap-siap menerima telepon dari Soo Yeon, tapi handphonenya tak kunjung
berbunyi.
Ternyata Soo Yeon sedang menelepon Jung Woo, tapi tak
berhasil menghubunginya.
Hyung Joon melihat kalau Soo Yeon menelepon lagi, dan kali
ini ia menatap handphonenya, menunggu
handphone itu berbunyi, tapi handphonenya tetap gelap tak ada panggilan masuk.
Ia geram melihat handphonenya tak berbunyi dan menatap Soo
Yeon yang masih menempelkan handphone di telinga, jelas menunjukkan kalau ia
menghubungi seseorang, “Bodoh! Aku .. hanya membutuhkan satu. Dirimu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar