Ah Reum mencoba mencari tahu apa alasan ibu memberi kesaksian
palsu. Jika bukan karena uang, lalu apa alasannya?
Mi Ran ternyata lebih takut pada suaminya, maka ia tetap tak mau membuka mulut walau Ah Reum memintanya untuk mempercayai Jung Woo dan memberi pengakuan yang sebenarnya. Ia menganggap kalau Jung Woo sebenarnya masih membencinya. Dan Jung Woo yang memintanya berkata jujur, sebenarnya karena ia ingin menyelamatkan Soo Yeon. Setelah ia berkata jujur, ia takut Jung Woo akan berbalik untuk lepas dari tuduhan membuat kesaksian palsu.
Aihh… Mi Ran ini terlalu lama hidup bersama Tae Joon nih,
jadi nggak percayaan gini.
Ah Reum meminta ibunya untuk membuka mata. Jung Woo bukanlah
orang yang seperti itu. Kalau ibunya masih
seperti ini, Ah Reum mengancam tak mau menemui ibunya lagi, “Ayah tak pernah
sekalipun menengok ibu saat masih di UGD. Coba ibu pertimbangkan baik-baik.
Satu-satunya orang yang bisa ibu percayai hanyalah Kak Jung Woo.”
Mi Ran tetap ragu akan tindakan yang harus ia ambil. Ah Reum
meyakinkan kalau permintaannya ini adalah demi kebaikan ibunya sendiri. Jung
Woo harus menangkap pelakunya agar semua dapat berakhir.
Craig, pengacara Harry melaporkan kalau Zoe ada di kantor
polisi untuk diinterogasi. Walau menurut Craig,
Harry masih belum diperbolehkan pergi dari Korea, tapi Harry tetap
memintanya mencari cara untuk meninggalkan Korea, entah ke Jepang atau Cina,
“Karena aku tak berniat kembali lagi ke Korea, kau tak perlu merisaukan yang
lainnya. Aku juga tak akan pergi sendiri karena aku akan membawa Zoe dan
Ibuku.”
Craig mencoba menyela, tapi pikiran Harry penuh akan
rencananya. Ia akan mengganti nama lagi, dan meminta Craig untuk membuat nama
yang bagus untuk semua anggota keluarganya.
Sudah larut malam, tapi Hyun Joo masih sibuk dengan bunga
plastiknya. Sepertinya bunga plastik itu adalah simbol dari miliknyayang
berharga bagi dirinya (yaitu mungkin adalah uang). Karena begitu Soo Yeon
duduk, Hyun Joo langsung menarik bunga itu, dan mengatakan kalau itu adalah
milik Joon.
Hampir menangis, Soo Yeon berkata kalau Joon (panggilan Soo
Yeon pada Hyung Joon/Harry) tak menginginkan hal itu. Ia memohon agar Hyun Joo
cepat sembuh dan kembali pada Joon. Saat Soo Yeon mengatakan nama itu, Hyun Joo
menampakkan kalau ia sedikit ingat dengan nama itu dan menyebutkan bayi
berulang kali.
Soo Yeon ingin menyalahkan Hyun Joo atas apa yang terjadi
pada Jung Woo (yang juga terjadi padanya) dan pada Hyun Joon, “Jadi ibu harus
segera sembuh, karena saya tak mampu membenci
ibu bahkan marah pun tak bisa karena ibu seperti ini.“
Hyun Joo menatap lembut pada Soo Yeon dan kemudian
mengangsurkan bunga plastik itu pada Soo Yeon, dan mulai lagi memasukkan kunci
ke dalam bandul kalungnya.
Di dapur, Soo Yeon minum soju dan membuka foto yang
diam-diam ia ambil saat menguntit Jung Woo. Di foto itu, ia tuliskan kata-kata
yang pernah ia tuliskan di tembok 14
tahun yang lalu, “Bogoshipeo (Aku ingin menemuimu / Aku merindukanmu).”
Eun Joo datang dan bergabung untuk minum dengannya. Melihat
Soo Yeon masih bisa tersenyum, Eun Joo heran apakah Soo Yeon sudah gila atau
bodoh karena ia masih bisa tersenyum di saat sepert ini.
Soo Yeon berkata karena ia memang tak melakukan pembunuhan itu, dan ia
percaya Jung Woo akan dapat menyelesaikannya. Maka yang dapat ia lakukan
sekarang adalah mempercayai dan menunggu Jung Woo.
Mereka minum semakin banyak, dan Eun Joo menyuruh Soo Yeon
untuk mulai bertindak benar mulai sekarang (jangan seperti saat Soo Yeon
membohonginya di butik Bellez) dan pura-pura mengancam Soo Yeon agar tak mem-bully-nya,
mentang-mentang Soo Yeon adalah putri kandung ibu.
Tapi Soo Yeon malah tertawa mendengar kata bully itu, karena
sudah lama ia tak mendengarnya sejak jaman SMP. Dulu ia juga sering
dibully karena dicap sebagai anak
pembunuh.
Eun Joo menatap Soo Yeon yang tenang saat menceritakan
pengalamannya dan berkomentar, “Kau benar-benar telah mengalami semuanya, ya.
Tapi bagaimanapun juga, ibu adalah milikku.”
Soo Yeon tersenyum dan seakan membantah kalau bukan dirinya
yang perlu dikhawatirkan, “Ibu.. paling menyukai Han Jung Woo.”
Eun Joo pun juga mengiyakan karena ia dulu juga menyukai
Jung Woo. Tentu saja Soo Yeon kaget. Tapi Eun Joo menenangkan Soo Yeon, “Jangan
melotot padaku. Berkat dirimu, aku hanya
bisa memandangi dia selama 14 tahun ini.”
Soo Yeon merasa tak enak pada Eun Joo, tapi Eun Joo kembali
menenangkan Soo Yeon karena rasa sukanya tak cukup besar untuk menggantungkan hidupnya
pada Jung Woo yang menyukai Soo Yeon.
Menyadari banyak penderitaan yang dilalui Soo Yeon, walau sudah mabuk, Eun Joo menyuruh Soo Yeon untuk bercerita padanya jika Soo Yeon teringat pada kejadian buruk di masa lalunya, “Juga.. kau harus memanggilku kapan saja kau ingin munum.”
Soo Yeon tersenyum, “Kau juga. Jika kau merasa kangen dengan
ayahmu, kau harus memanggilku.”
Keesokan harinya, Soo Yeon mengajak ibu dan Hyun Joo untuk
membeli sepatu. Ibu sangat bahagia, apalagi Soo Yeon juga berkata kalau ia akan
membuatkan ibu baju juga.
Kebahagiaan itu ia tularkan pada Hyun Joo yang mulanya tak
mau mencoba karena ia terus memegang bunga plastiknya, akhirnya mau bercermin
untuk melihat sepatu yang dicobanya.
Di toko sepatu, tempat banyak orang berlalu lalang mencoba
sepatu, membuat Soo Yeon merasa mendengar suara langkah kaki Hyung Joon. Ia
mencari-cari sosok Hyung Joon, membuat detektif Ahn yang bertugas mengawal Soo
Yeon khawatir dan bertanya.
Tapi ternyata Hyung Joon memang datang untuk mengintip Soo
Yeon. Ia berdiri di luar toko, melihat betapa perhatiannya Soo Yeon pada ibunya
dan memeriksa kaki ibunya, “Bodoh! Apakah kau sudah lupa akan penderitaan yang
telah kau lalui karena ibuku?”
Soo Yeon kembali mendengar suara langkah Hyung Joon. Walau
langkah itu ternyata bukan milik Hyung Joon, tapi saat mencari-cari bunyi itu,
ia melihat kaki Harry yang muncul dari balik tembok. Karena Detektif Ahn masih
bersamanya, seakan ingin melindungi Hyung Joon, Soo Yeon membalikkan badan, tak
berani melihat Hyung Joon.
Hanya dalam hatinya, ia berkata pada Hyung Joon, “Joon ah,
janganlah takut. Semakin kau bersembunyi, pada akhirnya kau hanya akan merasa
semakin kesepian.”
Ternyata Hyung Joon memang ingin sendiri. Karena ia tak
datang ke kantor polisi untuk pemeriksaan, yang datang hanyalah Craig, yang
sebagai pengacara, memberikan kesaksian atas nama Harry. Kesaksian itu
mementahkan tuduhan polisi tentang kematian Detektif Kim dan pemalsuan dokumen.
Seperti yang diduga Jung Woo, semua tuduhan itu ditimpakan pada almarhum
Michelle Kim.
Atasan Jung Woo berkata kalau mereka masih berharap
kepolisian Perancis mau bekerja sama dengan mereka. Detektif Joo juga masih
berharap akan Mi Ran yang mau merubah kesaksiannya tentang siapa yang telah
meracuninya, “Dan lebih baik lagi jika ia mau memberitahukan rahasia tentang
ayahmu.”
Tapi menurut Jung Woo, hal yang terakhir itu sangatlah
mustahil karena tak ada bukti yang memberatkan ayahnya. Detektif Joo kesal dan
berandai-andai, kalau saja semua penjahat ada tandanya, misalnya tangannya merah
kalau pidana berat, dan tangannya kuning kalau pidana ringan.
Ha! Kalau gitu, nggak akan ada polisi, Bang.
Mendadak Detektif Park memanggil mereka karena sudah ada
balasan dari kepolisian Perancis. Jung Woo, satu-satunya orang yang bisa berbahasa Perancis, membacakan, “Tuan dan
Nyonya Borrison, yang mengadopsi Moon Hae Joon, meninggal pada tahun 1999, dan
dinyatakan kematian akibat kecelakaan. Kecelakaan mobil.”
Detektif Joo bertanya bukankah dulu Harry pernah berkata kalau
orang tuanya meninggal karena kecelakaan pesawat?
Di surat itu ternyata juga tertulis penyebab kecelakaannya,
yaitu rem dan kaleng soda. Dan polisi juga sedang memeriksa DNA yang ada di
kaleng soda dengan DNA Kang Hyung Joon yang sudah dikirimkan, apakah ada kecocokan
diantara kedua DNA itu. Juga, pasangan suami istri Borrison itu pernah
diselidiki atas dugaan penganiayaan anak di tahun 1999 pada anak angkat mereka,
Harry Borrison.
Jung Woo berkata kalau ia akan meminta pada kepolisian Perancis
jika mereka mempunyai foto lama mereka, dan Kakek Choi mengatakan akan lebih
baik lagi kalau ada foto si anak. Harry Borison.
Detektif Park yang belum paham, bertanya mengapa mereka
harus meminta foto itu (kan mereka sudah punya foto Harry). Detektif Joo pun
menjelaskan kalau ada foto itu, mereka dapat membuktikan dugaan kalau Kang
Hyung Joon adalah Kang Hyung Joon dan Sekretaris Yoon (Yoon Young Jae) adalah
Harry Borrison, “Kang Hyung Joon (dengan soda dan rem) menyelamatkan Yoon Young
Jae dari penganiayaan orang tua angkatnya. Karena itulah Yoon Young Jae berjanji
setia pada Hyung Joon, dan ia bersedia dikambinghitamkan.”
Jung Woo berkata kalau mereka sudah mendapatkan hasil DNA
dari Perancis dan mendapatkan foto Harry Borrison yang memastikan kalau itu
adalah Sekretaris Yoon, maka..
“Tangkap! Akan segera penangkapan!” teriak Detektif Joo antusias. “Kang
Hyung Joon.. diborgol!”
Di saat semua sudah tidur, Hyun Joo belum tidur. Ia
memandangi sepatunya dan memeluk sepatunya dengan sayang. Sepertinya perhatian
ibu dan Soo Yeon menyentuh perasaannya.
Ia menatap Soo Yeon yang tidur dan memberikan bunga plastik ke tangan Soo Yeon. Senyumnya hangat saat melihat betapa tenangnya Soo Yeon tidur di pelukan ibunya.
Ia menatap Soo Yeon yang tidur dan memberikan bunga plastik ke tangan Soo Yeon. Senyumnya hangat saat melihat betapa tenangnya Soo Yeon tidur di pelukan ibunya.
Mendadak terdengar suara dari luar, membuat Hyun Joo melihat ke luar jendela. Betapa
kagetnya ia melihat jendela itu terang. Ingatan akan kejadian 14 tahun yang
lalu, muncul kembali ke dalam ingatannya.
Ia teringat saat-saat terakhir ia melihat putranya, yang
terseok-seok di tengah hujan, dan Hyung Joon memanggil-manggilnya saat Perawat
Hye Mi membawanya pergi.
Hyun Joo gemetar ketakutan dan menutupi dirinya dengan
selimut. Namun ketakutannya menghilang, diganti dengan rasa penasaran akan bayinya
yang selama ini ia rindukan.
Dan ia pun berjalan keluar, tanpa mantel dan bertelanjang
kaki. Di bawah lampu jalan yang berkedip-kedip, membuatnya teringat teriakan
Joon-nya 14 tahun yang lalu, juga tangisan seorang pria saat di rumah Tae Joon,
menangis memohon agar ia mengingat kalau pria itu adalah Joon-nya
Ia juga teringat saat bagaimana ia menyuruh orang untuk
menculik Jung Woo, dan kemudian ada pria yang memperkenalkan dirinya dengan
ramah, sebagai Han Jung Woo.
“Aku memang bersalah.. aku memang bersalah. Apa yang aku
lakukan memang salah.. aku memang bersalah,” Hyun Joo menangis histeris dan ia
terjatuh, sehingga kalung yang selalu ia pegang pun ikut terjatuh.
Ia segera memungutinya, teringat saat Hyung Joon
mengembalikan kalung itu dan berkata kalau ia tak membutuhkannya. Ia pun menangis,
“Aku akan memberikan ini pada Hyung Joon! Hyung Joon… Hyung Joon..”
Dan ia menyusuri jalanan, mencari-cari Hyung Joon. Panik
saat ada orang menabraknya, dan malah ia yang meminta maaf, berulang-ulang
mengatakan, “Aku yang bersalah.. maaf.. maaf.. bukan aku… bukan aku..”
Di tengah lalu lalang orang, Hyun Joo hanya bisa menangis
ketakutan. Sendirian.
Hyung Joon tertidur di sofa, dan terbangun saat melihat
pecahan bandul yang dulu pernah ia berikan pada ibunya. Dan ia melihat sosok
anak kecil duduk di tangga, menunduk, seakan tak tahu apa yang harus ia
lakukan. Ia melihat dirinya sendiri, saat 14 tahun yang lalu.
Hyung Joon kaget dan berdiri hingga tongkatnya terjatuh,
namun ia tak mempedulikan tongkat itu. Ia berjalan menghampiri anak itu dan
menaruh telunjuk di bibirnya, memintanya untuk diam, “Kau tahu, kan? Han Tae Joon
ada di sini. Kau jangan keluar dulu.”
Hyung Joon kecil mengangguk patuh dan Hyung Joon tersenyum,
mengatakan kalau sebentar lagi mereka akan pergi, “Pada saat itu aku akan mengijinkanmu
keluar. Okay?”
Hyung Joon kecil tersenyum, senang mendengar kata-kata Hyung
Joon, dan mengangguk sambil menaruh telunjuk di bibirnya juga. Hyung Joon
membalas senyum Hyung Joon kecil dan membelai rambutnya.
Ia tak menyadari kalau ia tersenyum sambil menangis.
Sementara itu Hyun Joo meringkuk kedinginan sambil
memanggil-manggil putranya di dalam hatinya.
Soo Yeon yang terbangun tengah malam kaget melihat Hyun Joo
tak ada. Hanya ada bunga yang tertinggal, bunga yang tak pernah terlepas dari
tangan Hyun Joo. Mendapat firasat buruk, ia segera membangunkan ibunya.
Bersama-sama Eun Joo dan ibu, mereka berpencar mencari Hyun
Joo. Jung Woo kebetulan menelepon Soo Yeon dan ia pun ikut mencari Hyun Joo.
Di tengah jalan mereka bertemu, dan bersama-sama mencari Hyun
Joo. Hampir saja mereka putus asa jika mereka tak mendengar ada petugas yang
menemukan orang tergeletak di balik tumpukan barang.
Jung Woo segera melepas mantelnya dan Soo Yeon meminta Hyun
Joo untuk membuka mata dan jangan tertidur (karena jika tertidur bisa
hipotermia dan meninggal). Hyun Joo sepertinya sudah lemah dan tak dapat
membuka mata.
Sangat panik, Jung Woo segera meminta Soo Yeon untuk
menaikkan Hyun Joo ke atas punggungnya. Tapi Hyun Joo ternyata bisa membuka
mata walaupun lemah dan berkata Soo Yeon, “Joon-ah…”
Jung Woo dan Soo Yeon saling berpandangan mendengar Hyun Joo memanggil putranya dan seakan memohon Hyun Joo berkata, “Aku merindukannya… “
Soo Yeon dan Jung Woo mendatangi rumah Hyung Joon, dan ternyata
Hyung Joon sedang minum-minum. Soo Yeon meminta Hyung Joon untuk mengikutinya
dan Jung Woo menambahkan kalau ibu Hyung Joon berada dalam kondisi kritis, “Jangan
lakukan sesuatu yang nantinya kau sesali.”
Hyung Joon santai menghadapi mereka berdua. Tak tergerak
sedikitpun saat mendengar kondisi ibunya dari Jung Woo, “Aku tak punya ibu.
Jangan mengaturku. Aku malah kasihan padamu. Ayah dan ibu tiri seperti itu?
Kupikir kau akan menangkapku. Kenapa kau lama sekali?”
Soo Yeon meminta Hyung Joon untuk pergi bersama mereka atau
kalau tidak ia tak akan dapat menemui ibunya lagi. Tapi Hyung Joon malah
membentaknya, memintanya berhenti berpura-pura mengkhawatirkannya padahal ada
Jung Woo di sampingnya, “Kau tak bisa membodohiku.”
“Apakah kau benar tak akan menyesalinya?” tanya Soo Yeon sekali lagi. Tapi melihat Hyung Joon
masih tetap diam, Soo Yeon tahu jawabannya. “Bodoh! Ibu yang bertahun-tahun
telah kau cari. Memang kenapa kalau ia tak dapat mengenalimu?”
“Yang selalu ia lakukan adalah memanggil-manggil namamu.
Kalung yang ada ditanganmu, ia memegangnya erat sepanjang hari, dan
berulang-ulang kali mengatakan kalau kalung itu untukmu. Ibu yang telah kau
tinggalkan hanya tetap memanggil namamu.”
“Berhentilah membuat keributan dan keluarlah,” kata Hyung
Joon malas.
Jung Woo langsung menarik Hyung Joon untuk berdiri, dan
sangat marah saat berkata, “Bocah, berhentilah marah. Kalau ingat semua
kejahatanmu, aku tak ingin bersimpati padamu seperti ini. Tapi karena aku mengasihanimu,
kasihan karena kau menjadi rusak seperti ini, maka aku bersimpati padamu. Jadi
keluarlah sekarang.”
Tapi Hyung Joon mendorong Jung Woo dan membentak marah, “Terus
bagaimana? Setelah itu kau akan menahanku? Sampai aku mengaku kalau aku adalah
Kang Hyun Joon? Jadi aku pergi atas kemauanku sendiri, menangis dengan ibu di
dalam pelukanku dan mengakui kalau aku adalah Kang Hyun Joon?”
Hyung Joon berkata kalau ia sudah tahu niat asli mereka dan
ia tersenyum menantang mereka, “Aku tak mau pergi. Aku tak akan tertangkap.
Bawa dulu buktinya padaku!”
Ia mengambil tongkatnya dan memukul gelas di meja. Jung Woo refleks
langsung menutupi tubuh Soo Yeon sehingga pecahan kaca itu tak mengenainya. Seperti
Soo Yeon, Jung Woo pun tak menyangka Hyung Joon akan seperti ini, “Kang Hyung
Joon. Apakah akhirnya akan seperti ini? Setelah kau menangis menyebut ‘ibu..
ibu..’ setiap saat, akhirnya kau bersembunyi untuk menyelamatkan dirimu
sendiri?”
Jung Woo mengingatkan kalau Hyung Joon selalu berkata kalau
ia akan melakukan apa yang Soo Yeon inginkan, “Dan sekarang ia berlari
menemuimu. Walaupun kau telah menjebaknya menjadi seorang pembunuh, ia masih memberi
kesempatan pada orang sepertimu walau kau tak pantas menerimanya. Hanya inikah imbalan
yang dapat kau berikan?
Hyung Joon menyuruh Jung Woo untuk keluar. Tapi Jung Woo
masih belum selesai. Ia berkata kalau Hyung Joon tak pernah melakukan keinginan
Soo Yeon,
“Walau aku lebih suka memukulimu sampai mati, tapi Soo Yeon tak menginginkannya karena ia tak ingin melihatmu lebih terluka lagi. Itu yang disebut melakukan keinginan Soo Yeon.” Dan Jung Woo meminta Hyung Joon keluar (jika Hyung Joon ingin melakukan keinginan Soo Yeon).
“Walau aku lebih suka memukulimu sampai mati, tapi Soo Yeon tak menginginkannya karena ia tak ingin melihatmu lebih terluka lagi. Itu yang disebut melakukan keinginan Soo Yeon.” Dan Jung Woo meminta Hyung Joon keluar (jika Hyung Joon ingin melakukan keinginan Soo Yeon).
Tapi Hyung Joon malah tertawa, mengejek, “Apa kau kesini
untuk menyatakan perasaan cintamu? Kalau memang begitu, keluar saja dan lakukan
hal itu.” Tak hanya pada Jung Woo, ia pun bertanya pada Soo Yeon, apakah Soo
Yeon melakukan hal ini karena rasa tanggung jawabnya atas apa yang terjadi
padanya sehingga hatinya akan merasa lebih tenang? “Aku tak mau. Aku.. berharap
kalau bukan ibuku, melainkan kau yang akhirnya mati.”
Soo Yeon benar-benar tak percaya mendengar kata-kata Hyung
Joon yang ingin tinggal di dunia yang tanpa ada Soo Yeon di dalamnya. Ia
menunjuk rumahnya dan berkata kalau ini adalah surganya, “Jangan pernah kemari
lagi, tanpa ijin dariku.”
Jung Woo yang berkata kalau ini bukanlah surga. Penjara yang
paling buruk adalah penjara yang didiami sendirian, “Tak ada surga yang kau
tinggali sendiri. Kau memenjarakan dirimu sendiri karena dosa atas kejahatan
yang kau lakukan. Ini adalah nerakamu.”
Di rumah sakit, Tae Joon mendengar kabar kematian Hyun Joo
dan pada orang di telepon, ia bertanya, “Sekali lagi? Baiklah.”
Mi Ran yang mendengar hal itu, semakin ketakutan, dan diam-diam
ia memencet nomor telepon seseorang.
Hyung Joon menutup telepon dan menyalakan musik klasik
favoritnya, menenangkan diri. Kunci itu
terus tergenggam di tangannya.
Soo Yeon dan Jung Woo berziarah ke abu Hyun Joo. Soo Yeon
meletakkan bunga plastik milik Hyun Joo dan berkata betapa Hyun Joo merindukan
Hyung Joon selama belasan tahun. Jung Woo berkata kalau Hyun Joo tak meninggalkan
apapun kecuali luka untuk putranya.
Soo Yeon mengajak Jung Woo untuk pergi, karena Hyung Joon
tak akan berziarah kalau masih ada mereka di sini. Jung Woo pun mengulurkan
tangan, dan Soo Yeon pun menggenggamnya.
Terdengar suara langkah Hyung Joon dan tongkatnya, membuat
Jung Woo bertanya mengapa Soo Yeon membuat tongkat Harry seperti itu. Soo Yeon berkata
agar ia bisa menemukan dimana Harry berada.
Jung Woo mengerti dan mengatakan kepergian Hyung Joon akan
selalu bisa dikenali dari suara tongkatnya. Mereka pun pergi, berselisih jalan
dengan Hyung Joon.
Namun Hyung Joon masih bisa melihat kepergian mereka.
Hyung Joon pergi ke tempat abu ibunya, dan melihat kunci yang
mirip dengan yang ia pegang. Pada foto ibunya, ia menunjukkan kunci aslinya dan
berkata, “Inikah surga yang dulu pernah ibu katakan? Sekarang aku harus
mengembalikan dan lari bersembunyi. Sepanjang hidupku sampai aku mati, dengan
kaki seperti ini. Terima kasih.”
Foto Harry Borrison telah keluar. Dan Detetif Joo menelepon,
memberitahukan kalau laporan polisi Perancis telah ada. Dan DNA kaleng cocok
dengan DNA Kang Hyung Joon. Berarti ini adalah pembunuhan, “Mereka tak pernah memberi
keringanan pada kejahatan di bawah umur. Jadi entah itu Perancis ataupun Korea,
Kang Hyung Joon tak punya tempat untuk melarikan diri. Tangkap ia sekarang
juga. Kami sekarang sedang menuju rumah Harry.“
Jung Woo menatap Soo Yeon yang tampak sangat khawatir
mendengar berita itu. Ia mengeluarkan borgolnya, dan meminta Soo Yeon untuk tak
keluar dari mobil.
Saat ia hendak keluar, Soo Yeon memanggilnya. Dengan sepeda,
Hyung Joon menghampiri mereka dan berdiri tepat di depan mobil Jung Woo dan
tersenyum menatap mereka.
Terdengar bunyi SMS. Dari Ah Reum yang memberitahukan kalau
ibunya sudah mau berbicara. Yang meracuninya bukanlah Soo Yeon, melainkan Harry
Borrison.
Jung Woo tersenyum menatap Hyung Joon. Hyung Joon yang
mulanya tersenyum mulai gamang. Sementara Soo Yeon menatap mereka dengan
khawatir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar