Jung Woo menyebut ibu Soo Yeon dengan panggilan Aein, yang
di sini saya terjemahkan sebagai Cintaku (yang di subtitle disebut
lover/girlfriend). Dari awal Jung Woo dewasa, ia selalu menyebut ibu Soo Yeon
dengan kata aein. Menurut saya, Jung Woo memanggil Ibu Cintaku bukan karena ia cinta pada ibu (seperti laki-laki dan
perempuan), tapi karena ia tak ingin menyebut ibu Soo Yeon dengan ibu.
Mungkin suatu saat Jung Woo akan memanggil ibu Soo Yeon
dengan panggilan Ibu, setelah Jung Woo benar-benar menjadi menantunya.
Sinopsis I Miss You
Episode 11 – 2
Dan yang terjadi berikutnya adalah Bibi Choi digiring ke kantor polisi dengan wartawan yang mengerubutinya. Sementara Jung Woo berada di tangga darurat kantor polisi, nampak terluka saat membaca surat Bora pada ibunya.
Bu, ibu menyuruhku untuk cepat pulang sekolah sebelum gelap, tapi aku tak mendengarkan perintahmu. Maafkan aku.
Ibu selalu marah
melihat lututku lecet, tapi badanku semuanya lebam dan membiru. Maafkan aku.
Bu, walau pergelangan
tangan ibu sedang terluka, ibu menyetrika seragamku hingga licin. Maafkan aku
karena membuatnya kotor semua.
Ini seperti kecelakaan
mobil. Aku akan segera pulih. Aku juga ingin berpikir seperti itu. Tapi aku tak
sanggup. Maafkan aku.
Apakah kau baik-baik
saja? Orang-orang itu yang bertanya seperti itu padaku mulai tak bertanya lagi.
Tapi aku tetap mengalami mimpi buruk. Ibu juga tak bisa tidur nyenyak karena
aku selalu berteriak dan menangis, kan, Bu? Maafkan aku.
Orang-orang itu akan
keluar dari penjara setelah 5 tahun.
Soo Yeon berbaring sambil melihat televisi yang menayangkan
berita penangkapan Bibi Choi. Bibi Choi yang menutup wajahnya dengan masker
namun ia kemudian membuka maskernya dan berkata,
“Putriku sudah meninggal. Para penjahat itu tak hanya memperkosa anakku, tapi juga membunuhnya. Putriku sudah meninggal.” |
Ibu.. selamat
tinggal..
Ibu Soo Yeon mengemasi barang-barang di kamar Jung Woo.
O..oh.. apakah ibu ingin mengusir Jung Woo? Tapi ia nampak sedih sekali saat
melakukan hal itu dan ia menangis saat memandangi foto wisuda Jung Woo.
Soo Yeon masih berbaring di tempat tidur saat ia menerima
SMS dari Jung Woo. Ia langsung duduk dan membaca pesan Jung Woo,
Pelakunya
sudah ditangkap. Tapi mengapa hatiku sangat sakit sekali? Yang ingin kukatakan
sekarang adalah terimakasih karena kau tetap hidup. Terima kasih karena
memungkinkan untukku untuk menunggumu.
Hyung Joon masuk ke kamar Soo Yeon dan Soo Yeon buru-buru
menghapus air matanya. Melihat Hyung Joon menyadari kalau ia masih belum
berganti baju. Soo Yeon beralasan kalau kemarin ia ketiduran.
Hyung Joon tak mengomentari hal itu, hanya berkata kalau ia
akan pergi untuk menemui Craig (pengacaranya). Ia menghampiri Soo Yeon dan
mengusap rambutnya, “Aku tak tahu bagaimana aku harus menghadapimu. Aku tak
mungkin marah padamu terus-terusan, kan?”
Tak menatap mata Hyung Joon, Soo Yeon berkata tak masalah
kalau Hyung Joon ingin marah padanya. Tapi Hyung Joon berkata kalau ia tak akan
menghabiskan waktunya yang berharga ini untuk membicarakan Han Jung Woo.
“Kalau boleh jujur, sebenarnya aku cemburu. Ahh.. benar-benar
memalukan,” ia mendesah dan duduk di samping Soo Yeon. Ia meminta Soo Yeon
untuk tak mengingat saat-saat ia marah
kemarin karena ia tak bisa kehilangan Soo Yeon.
Soo Yeon mendapat telepon dan sesaat kemudian Mi Ran masuk
ke dalam rumahnya. Mi Ran langsung ber-oohh ahh.. mengagumi rumah Harry yang
trendy.
Whoaa.. Mi Ran ini tak merasa, ya kalau ia tak diharapkan di
rumah ini? Ia datang ke rumah Harry karena ia adalah fans-nya Zoe dan ia
membawakan makanan Korea seperti kimhi.
Mulanya Hyung Joon khawatir dan
bertanya apakah Soo Yeon akan baik-baik saja di rumah sendirian menghadapi Mi
Ran, tapi Soo Yeon menenangkan dan malah bertanya menggoda, “Apa kau bertanya
kalau kau khawatir?”
Hehe.. khawatir kalau Soo Yeon akan mengunyah Mi Ran
hidup-hidup karena kasus pencurian desain, kali.
Mereka duduk berdua dan Mi Ran mengatakan kalau Soo Yeon
tentu sudah melihat kehidupannya kemarin dan mengakui kalau ia paling suka
uang. Kata-kata itu membuat Soo Yeon geli karena kata-kata Mi Ran mirip sekali
dengan ibunya.
Kedatangan Mi Ran ke sini salah satunya untuk menceritakan tentang
Han Jung Woo. Ia memberitahu Soo Yeon kalau Jung Woo adalah anak tirinya yang
kabur dari rumah dan menasihati Soo Yeon agar tak terlalu dekat dengan Jung
Woo.
“Bahkan saat ia remaja, ia tergila-gila dengan seorang gadis..,” Mi Ran
menghentikan ceritanya, takut ceritanya melebar kemana-mana. “Pokoknya suamiku
telah memutuskan hubungan dengannya sejak 14 tahun yang lalu. Tolong rahasiakan
ini dari Harry.”
Soo Yeon tentu saja kaget mendengar hal ini. Ia tiba-tiba
berdiri dan berkata kalau ia baru saja ingat kalau ia memiliki janji bertemu
dengan orang lain dan berjanji akan mengunjungi Mi Ran di butiknya nanti.
Hyung Joon bertemu dengan pengacaranya, Craig, dan senang
saat mengetahui kalau Zoe sudah diperbolehkan untuk meninggalkan Korea. Ia juga
menerima amplop dari Craig yang bertanya apa yang akan Harry lakukan dengan
uang 20 milyar won itu?
Harry menjawab kalau ada sesuatu yang menjengkelkan telah
terjadi, “Cara paling efisien untuk mengatasi hal itu adalah dengan uang, kan?”
Hmm.. apa itu berarti Hyung Joon juga sedang menjebak Sekdir
Nam?
Ah Reum memergoki Sekdir Nam yang keluar dari ruang kerja
ayahnya dan curiga pada kelakukan Sekdir Nam yang mengatakan kalau ia sedang
disuruh oleh Presdir Han untuk mengambil dokumen. Tapi Ah Reum melihat kalau
tangan Sekdir Nam kosong, tak membawa satu dokumen pun.
Ia buru-buru menelepon ayahnya, melaporkan kejanggalan itu.
Dan Tae Joon pun langsung menyuruh sekretarisnya untuk segera kembali ke rumah.
Dan ternyata betul, Tae Joon mendapati kalau flash disk yang
ia masukkan ke dalam laci sudah menghilang. Ia sangat marah menyuruh Sekretaris
Park untuk menangkap Sekdir Nam.
Sekdir Nam menemui Hyung Joon dan untuk barter flash disc
dengan uang bayarannya. Hyung Joon memberikan sebuah amplop yang sepertinya
amplop itu berisi rekening dengan uang 20 milyar won yang sebelumnya diberikan
Craig padanya. Sekdir Nam berkata kalau ia tak akan melepaskan Hyung Joon jika
Hyung Joon menipunya.
Hyung Joon berkata kalau ia suka mempermainkan orang, tapi
ia tak pernah bermain-main dengan uang. Sekdir Nam memberikan flash disc itu
dan bertanya apakah Soo Yeon tahu kalau kejadian yang menimpanya adalah karena
ibu Hyung Joon? Pertanyaan yang separuh mengancam itu membuat Hyung Joon kesal.
Tak menjawab pertanyaan Sekdir Nam, Hyung Joon malah menyarankan
Sekdir Nam untuk segera melarikan diri sebelum ketahuan oleh Tae Joon. Sebelum
pergi ia mengancam Sekdir Nam untuk tak pernah mengungkit masalah Soo Yeon
lagi.
Sekdir Nam heran sekaligus khawatir dengan ancaman Hyung
Joon. Ia kemudian mengirim SMS yang terjadwal pada Jung Woo, Saat kau menerima SMS ini, aku sudah tak
berada di Korea lagi.
Bibi Choi berada di ruang pemeriksaan, dengan tangan
diborgol dan menatap foto mayat Kang Sang Deuk. Ia seperti tak mendengar atasan
Jung Woo yang menanyakan alasan pembunuhan Sang Deuk. Ia malah mengamati foto
Sang Deuk dan berkata,
“Walau badannya terbakar dan hatinya membeku, tapi orang
langsung mati ketika nafasnya terputus.” Ia pun juga mengagumi warna kain yang
menutupi wajah Sang Deuk.
Atasan Jung Woo bingung dengan jawaban bibi Choi dan
memintanya untuk menjawab dengan sungguh-sungguh. Tapi Bibi Choi ingin bicara
dengan menantunya saja.
Jung Woo menunggu kedatangan ibu Soo Yeon di luar kantor
polisi dan kaget melihat ibu membawa kotak besar dan menyuruhnya untuk masuk.
Melihat sikap ibu yang dingin, Jung Woo mengira ibu marah karena Jung Woo
membuatnya khawatir kemarin.
Mencoba meluluhkan hati ibu, Jung Woo bertanya makan malam
apa yang dibawa ibu kali ini? Tapi ibu tak menjawab, membuat Jung Woo
berpura-pura jatuh agar ibu berhenti dan melihatnya. Tapi ibu menoleh pun tidak
dan tetap melangkah masuk, membuat Jung Woo berteriak memanggil, “Cintaku!” dan
mengejar ibu.
Dari kejauhan di dalam mobilnya, Soo Yeon terpana melihat
kedekatan Jung Woo dengan ibunya, dan sepertinya mulai menyadari kalau apa yang
ia kira (kalau Jung Woo dan ibunya mengabaikan dirinya) tidaklah benar.
Jung Woo menceritakan kejadian kemarin dengan berlebihan,
mengharapkan reaksi dari ibu. Tapi ibu hanya diam dan menyuruh Jung Woo
meletakkan kotak itu di sini. Ia telah memasukkan sebagian barang-barang Jung
Woo dan akan mengirimkan sisanya ke rumah Jung Woo.
Tentu saja Jung Woo kaget mendengar ibu yang mengusirnya.
Ibu mengatakan jika ia melihat Jung Woo, hatinya selalu gemetar dan ia tak
dapat hidup seperti itu,
“Saat itu walau kau berusia 15 tahun, kau sudah gila karena
tanpa rasa takut kau kabur dari rumah hanya untuk mencari Soo Yeon. Dan aku
juga sudah gila karena menerimamu. Apa gunanya bicara panjang lebar? Kang Sang
Deuk sudah mati dan pembunuhnya sudah tertangkap. Kau sudah melakukan semua
yang harus kau lakukan. Sekarang pergilah.”
“Aku tak mau. Kalau kau ingin melakukannya, seharusnya kau
melakukan itu sejak dulu. Sekarang sudah terlambat. Aku..,” wajahnya nampak
kalau ia ingin mengatakan sesuatu mengenai Soo Yeon, tapi ia alih-alih
mengatakan itu, ia memeluk ibu dan berkata dengan riang,
“Aku tak dapat meninggalkan Cintaku ini. Kau pasti sangat khawatir, kan kemarin? Aku janji, tak akan membuat cintaku khawatir lagi.” |
Ibu mendesah dan berkata, “Jung Woo-ya.. lepaskanlah aku.”
Tertegun, Jung Woo melepaskan pelukannya pada ibu dan Ibu
berkata dengan mata tertutup, seperti tak tega melihat wajah Jung Woo, “Aku tak
ingin menemuimu lagi. Jika aku melihatmu, aku akan teringat banyak hal. Aku
ingin melupakan semuanya. Jadi pergilah.”
Kali ini Jung Woo berkata dengan serius, “Aku tetap tak mau.
Aku tak akan pergi. Aku akan menunggu Soo Yeon hingga ia kembali.”
Ibu menangis melihat kekeraskepalaan Jung Woo yang
mengatakan kalau ia memang sudah gila. Tapi ia juga seorang detektif. Tugas
detektif adalah menunggu. Ia juga seorang pria. Kata orang pria harus tahu
bagaimana caranya menunggu.
Jung Woo berkata jika ia mau melupakan Soo Yeon, ia pasti sudah
melakukannya dari dulu. Jika ibu membencinya karena terus teringat pada
kejadian itu, maka ibu boleh membencinya. Tapi kenangan menyakitkan itu adalah
miliknya. Ia yang bertanggung jawab pada kejadian itu, “Jadi jangan minta aku
untuk pergi lagi.”
“Ia tak ingin menjadi Lee Soo Yeon,” jerit ibu histeris,
membuat Jung Woo terpana. Begitupun Soo Yeon yang langsung menutup mulutnya,
mencegah agar isak tangisnya tak keluar.
Ibu menangis memohon pada Jung Woo, berkata kalau Soo Yeon
tak ingat akan kejadian itu bahkan kata orang, Soo Yeon juga tak tahu siapa ibu
kandungnya, “Gadis itu tak ingin kembali menjadi Lee Soo Yeon. Aku memang
pantas mati, Jung Woo. Bunuh saja aku. Tapi lepaskanlah dia. Aku juga
menyayangimu. Kau hidup ataupun mati, aku tetap menyayangimu.”
Soo Yeon mendekap mulutnya, menangis. Ibu mengatakan hal ini
untuk kepentingannya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya, seperti ingin berkata
kalau kata-kata ibu itu tidak benar.
Sedangkan Jung Woo masih tertegun mendengar kata-kata ibu,
dan ia terjatuh lemas mendengarnya.
Hyung Joon pulang ke rumah dan mencari Soo Yeon. Menyadari
Soo Yeon tak ada, ia berkata sendiri, “Pasti ke kedai minum lagi. Bukankah
sudah kubilang untuk pergi bersama-sama?”
Diantar oleh atasan Jung Woo, Ibu Soo Yeon menemui bibi
Choi.
Duduklah mereka berdua, ibu yang memiliki putri yang sama-sama telah
diperkosa. Bibi Choi hanya diam dan memandang ibu, dan ibu tak tahu bagaimana
berbicara pada orang yang telah membunuh orang yang telah memperkosa putrinya.
Tapi ia tak dapat menyembunyikan kesedihannya saat melihat
pergelangan tangan bibi Choi yang berdarah. Pergelangan tangan yang selalu
diperban.
Akhirnya bibi Choi yang bersuara dengan perlahan, “Tidakkah ini aneh?
Walaupun aku seperti ini (diborgol dan ditahan) aku merasa damai.”
“Ibu Bora, tak seharusnya aku melakukan hal ini. Tak
seharusnya aku mengatakan ini, tapi..” ibu Soo Yeon menatap bibi Choi dan
menangis, “Terima kasih… Aku sangat berterima kasih kau melakukan itu untukku.
Aku menyesal karena sepertinya kau yang akan mendapat hukumun demi diriku.
Maafkan aku..”
Dua orang yang tak saling mengenal dipertemukan di penjara
atas sebuah perbuatan jahat yang sama telah dilakukan oleh keduanya. Satu dalam
mimpi, dan satunya mewujudkan mimpi itu menjadi kenyataan.
Bibi Choi
menggenggam tangan ibu Soo Yeon yang masih menangis dan berkata kalau tak
seharusnya bibi Choi melakukan itu.
Dan hal itu membuat bibi Choi yang sejak tertangkap tak
menunjukkan sedikit perasaanpun, akhirnya menangis ketika tangannya digenggam
oleh seseorang yang benar-benar mengerti perasaannya.
Soo Yeon memperhatikan Jung Woo membuka kotak yang diberikan
ibu padanya dan mengambil payung kuning miliknya. Ada papan namanya di kotak
itu, yang berarti Jung Woo masih menyimpan semua benda miliknya.
Tiba-tiba alarm handphone Soo Yeon berbunyi, begitu pula dengan
alarm Jung Woo. Soo Yeon langsung mematikan alarmnya.
Namun ia masih mendengar suara alarm Jung Woo, yang berarti
Jung Woo belum mematikannya. Dan Ia mendengar Jung Woo berkata, “Lee Soo Yeon..
Apakah kau benar-benar sangat benci menjadi Lee Soo Yeon?”
Soo Yeon mundur, panik karena menyadari kalau Jung Woo tahu
akan kehadirannya. Ia pun segera meninggalkan tempat itu.
Tapi Jung Woo mengejarnya dan berteriak mengulang pertanyaan
itu lagi, “Apakah kau benar-benar sangat membenci Lee Soo Yeon?”
Soo Yeon berhenti, namun kemudian ia melanjutkan langkahnya
lagi, membuat Jung Woo mengejarnya lagi. Kali ini ia berhenti di hadapan Soo
Yeon dan menghentikan langkahnya, “Lee Soo Yeon.. Apakah kau memang
membencinya? Haruskah aku berhenti menunggunya?”
Soo Yeon tak menjawab, hingga Jung Woo bertanya lagi, “Benarkah
aku harus berhenti menunggunya?”
Dan Jung Woo pun memeluk Soo Yeon, mengulang pertanyaan itu lagi. Soo Yeon mencoba melepaskan diri,
namun Jung Woo tetap memeluk, mencegah Soo Yeon untuk menatap wajahnya, “Jangan
melihatku. Jika kau melihatku, pasti akan menyakitkan buatmu.”
Soo Yeon hanya bisa menangis dan Jung Woo mempererat
pelukannya, “Soo Yeon ah..”
Komentar :
Sepertinya di episode ini Jung Woo seperti tertampar akan
kenyataan yang disodorkan oleh Ibu dan Hyung Joon. Soo Yeon tak ingin bertemu
dengannya. Soo Yeon tak ingin menjadi Lee Soo Yeon lagi. Dan membaca surat Bora
membuat Jung Woo menyadari perasaan yang pasti juga dialami oleh Soo Yeon.
Ia, yang selama ini hanya melihat perasaannya saja, akhirnya
bisa melihat perasaan Soo Yeon yang sebenarnya. Dan ia pun bertanya langsung pada
Soo Yeon, apakah benar Soo Yeon benci menjadi Lee Soo Yeon? Apakah benar ia
harus berhenti menunggu Soo Yeon? Jika Soo Yeon menjawab iya, pasti Jung Woo
akan langsung mundur dari hadapan Soo Yeon.
Tapi, apakah memang itu perasaan Soo Yeon? Atau, lebih
tepatnya, pernahkah Soo Yeon memiliki perasaan sedih selama 14 tahun ini? Sepertinya
selama 14 tahun ini, ia tinggal dalam gelembung bahagia yang ia dan Hyung Joon
ciptakan.
Selama ini, Soo Yeon merasa bahagia, tanpa pernah menyentuh
perasaannya yang ia alami 14 tahun yang lalu. Jika saja Soo Yeon tak kembali ke
Seoul, mungkin Soo Yeon akan merasa bahagia, tapi hati kecilnya tak pernah
tentram, karena hati kecilnya menyimpan perasaan 14 tahun yang lalu itu.
Saat di lift, Hyung Joon berkata kalau ia tak ingin memulai
pertengkaran pertama mereka dengan topik Han Jung Woo. Whoa.. 14 tahun tanpa
pernah bertengkar? Coba angkat tangan, siapa yang pernah pacaran tanpa pernah
bertengkar? Tentu pernah, kan? Dan ini selama 14 tahun?
Dan kalau boleh saya menebak, walau pernah tidur seranjang
berdua, Soo Yeon tak akan bisa merasakan hubungan romantis dengan Hyung Joon.
Ingat saat pertama Hyung Joon menemui Soo Yeon? Membicarakan
masalah gadis yang ditampar Soo Yeon, Hyung Joon berkata. “Padahal gadis yang
aku cintai tak semudah itu menampar orang. Bagaimana jika wanita itu
melaporkanmu?” Dan Soo Yeon menjawab, “Karena pria yang aku sukai akan mengirim
pengacara paling mahal untukku. Kau akan melakukan hal itu, kan, Harry
Borrison?”
Hyung Joon secara terbuka mengatakan cinta. Tapi Soo Yeon
hanya mengatakan suka.
Soo Yeon harus berdamai dengan perasaannya dulu, baru ia
bisa move on. Entah move on ke Harry atau move on kembali ke Jung Woo atau move
on dengan orang lain.
Dan di episode ini, ia mulai berdamai dengan perasaannya.
Selama ini, ia merasa kalau ia telah ditinggalkan dan orang-orang itu telah
mengabaikan dirinya. Dan sekarang ia melihat betapa Jung Woo telah merubah
hidupnya, kabur dari rumah, demi Soo Yeon. Ibu sedih namun rela melepaskannya
ketika ia berkata kalau ia tak mau kembali, dan itu membuat ia menyadari kalau
yang tampak luar tak seperti di dalamnya.
Entah apa yang akan dirasakan Soo Yeon setelah ia mengetahui
kalau Detektif Kim meninggal karena menyelidiki dirinya yang hilang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar