Sabtu, 29 Juni 2013

Sinopsis I MIss You ep. 11-2

Jung Woo menyebut ibu Soo Yeon dengan panggilan Aein, yang di sini saya terjemahkan sebagai Cintaku (yang di subtitle disebut lover/girlfriend). Dari awal Jung Woo dewasa, ia selalu menyebut ibu Soo Yeon dengan kata aein. Menurut saya, Jung Woo memanggil Ibu Cintaku bukan karena ia cinta pada ibu (seperti laki-laki dan perempuan), tapi karena ia tak ingin menyebut ibu Soo Yeon dengan ibu.
Mungkin suatu saat Jung Woo akan memanggil ibu Soo Yeon dengan panggilan Ibu, setelah Jung Woo benar-benar menjadi menantunya. 
Sinopsis I Miss You Episode 11 – 2


Dan yang terjadi berikutnya adalah Bibi Choi digiring ke kantor polisi dengan wartawan yang mengerubutinya. Sementara Jung Woo berada di tangga darurat kantor polisi, nampak terluka saat membaca surat Bora pada ibunya.

Bu, ibu menyuruhku untuk cepat pulang sekolah sebelum gelap, tapi aku tak mendengarkan perintahmu. Maafkan aku.
Ibu selalu marah melihat lututku lecet, tapi badanku semuanya lebam dan membiru. Maafkan aku.
Bu, walau pergelangan tangan ibu sedang terluka, ibu menyetrika seragamku hingga licin. Maafkan aku karena membuatnya kotor semua.
Ini seperti kecelakaan mobil. Aku akan segera pulih. Aku juga ingin berpikir seperti itu. Tapi aku tak sanggup. Maafkan aku.
Apakah kau baik-baik saja? Orang-orang itu yang bertanya seperti itu padaku mulai tak bertanya lagi. Tapi aku tetap mengalami mimpi buruk. Ibu juga tak bisa tidur nyenyak karena aku selalu berteriak dan menangis, kan, Bu? Maafkan aku.
Orang-orang itu akan keluar dari penjara setelah 5 tahun.
Soo Yeon berbaring sambil melihat televisi yang menayangkan berita penangkapan Bibi Choi. Bibi Choi yang menutup wajahnya dengan masker namun ia kemudian membuka maskernya dan berkata,
“Putriku sudah meninggal. Para penjahat itu tak hanya memperkosa anakku, tapi juga membunuhnya. Putriku sudah meninggal.”
Ibu.. selamat tinggal..
Ibu Soo Yeon mengemasi barang-barang di kamar Jung Woo. O..oh.. apakah ibu ingin mengusir Jung Woo? Tapi ia nampak sedih sekali saat melakukan hal itu dan ia menangis saat memandangi foto wisuda Jung Woo.
Soo Yeon masih berbaring di tempat tidur saat ia menerima SMS dari Jung Woo. Ia langsung duduk dan membaca pesan Jung Woo,
Pelakunya sudah ditangkap. Tapi mengapa hatiku sangat sakit sekali? Yang ingin kukatakan sekarang adalah terimakasih karena kau tetap hidup. Terima kasih karena memungkinkan untukku untuk menunggumu.
Hyung Joon masuk ke kamar Soo Yeon dan Soo Yeon buru-buru menghapus air matanya. Melihat Hyung Joon menyadari kalau ia masih belum berganti baju. Soo Yeon beralasan kalau kemarin ia ketiduran.
Hyung Joon tak mengomentari hal itu, hanya berkata kalau ia akan pergi untuk menemui Craig (pengacaranya). Ia menghampiri Soo Yeon dan mengusap rambutnya, “Aku tak tahu bagaimana aku harus menghadapimu. Aku tak mungkin marah padamu terus-terusan, kan?”
Tak menatap mata Hyung Joon, Soo Yeon berkata tak masalah kalau Hyung Joon ingin marah padanya. Tapi Hyung Joon berkata kalau ia tak akan menghabiskan waktunya yang berharga ini untuk membicarakan Han Jung Woo.
“Kalau boleh jujur, sebenarnya aku cemburu. Ahh.. benar-benar memalukan,” ia mendesah dan duduk di samping Soo Yeon. Ia meminta Soo Yeon untuk tak mengingat saat-saat  ia marah kemarin karena ia tak bisa kehilangan Soo Yeon.
Soo Yeon mendapat telepon dan sesaat kemudian Mi Ran masuk ke dalam rumahnya. Mi Ran langsung ber-oohh ahh.. mengagumi rumah Harry yang trendy.
Whoaa.. Mi Ran ini tak merasa, ya kalau ia tak diharapkan di rumah ini? Ia datang ke rumah Harry karena ia adalah fans-nya Zoe dan ia membawakan makanan Korea seperti kimhi.
Mulanya Hyung Joon khawatir dan bertanya apakah Soo Yeon akan baik-baik saja di rumah sendirian menghadapi Mi Ran, tapi Soo Yeon menenangkan dan malah bertanya menggoda, “Apa kau bertanya kalau kau khawatir?”
Hehe.. khawatir kalau Soo Yeon akan mengunyah Mi Ran hidup-hidup karena kasus pencurian desain, kali.
Mereka duduk berdua dan Mi Ran mengatakan kalau Soo Yeon tentu sudah melihat kehidupannya kemarin dan mengakui kalau ia paling suka uang. Kata-kata itu membuat Soo Yeon geli karena kata-kata Mi Ran mirip sekali dengan ibunya.
Kedatangan Mi Ran ke sini salah satunya untuk menceritakan tentang Han Jung Woo. Ia memberitahu Soo Yeon kalau Jung Woo adalah anak tirinya yang kabur dari rumah dan menasihati Soo Yeon agar tak terlalu dekat dengan Jung Woo. 
“Bahkan saat ia remaja, ia tergila-gila dengan seorang gadis..,” Mi Ran menghentikan ceritanya, takut ceritanya melebar kemana-mana. “Pokoknya suamiku telah memutuskan hubungan dengannya sejak 14 tahun yang lalu. Tolong rahasiakan ini dari Harry.”
Soo Yeon tentu saja kaget mendengar hal ini. Ia tiba-tiba berdiri dan berkata kalau ia baru saja ingat kalau ia memiliki janji bertemu dengan orang lain dan berjanji akan mengunjungi Mi Ran di butiknya nanti.
Hyung Joon bertemu dengan pengacaranya, Craig, dan senang saat mengetahui kalau Zoe sudah diperbolehkan untuk meninggalkan Korea. Ia juga menerima amplop dari Craig yang bertanya apa yang akan Harry lakukan dengan uang 20 milyar won itu?
Harry menjawab kalau ada sesuatu yang menjengkelkan telah terjadi, “Cara paling efisien untuk mengatasi hal itu adalah dengan uang, kan?”
Hmm.. apa itu berarti Hyung Joon juga sedang menjebak Sekdir Nam?
Ah Reum memergoki Sekdir Nam yang keluar dari ruang kerja ayahnya dan curiga pada kelakukan Sekdir Nam yang mengatakan kalau ia sedang disuruh oleh Presdir Han untuk mengambil dokumen. Tapi Ah Reum melihat kalau tangan Sekdir Nam kosong, tak membawa satu dokumen pun.
Ia buru-buru menelepon ayahnya, melaporkan kejanggalan itu. Dan Tae Joon pun langsung menyuruh sekretarisnya untuk segera kembali ke rumah.
Dan ternyata betul, Tae Joon mendapati kalau flash disk yang ia masukkan ke dalam laci sudah menghilang. Ia sangat marah menyuruh Sekretaris Park untuk menangkap Sekdir Nam.
Sekdir Nam menemui Hyung Joon dan untuk barter flash disc dengan uang bayarannya. Hyung Joon memberikan sebuah amplop yang sepertinya amplop itu berisi rekening dengan uang 20 milyar won yang sebelumnya diberikan Craig padanya. Sekdir Nam berkata kalau ia tak akan melepaskan Hyung Joon jika Hyung Joon menipunya.
Hyung Joon berkata kalau ia suka mempermainkan orang, tapi ia tak pernah bermain-main dengan uang. Sekdir Nam memberikan flash disc itu dan bertanya apakah Soo Yeon tahu kalau kejadian yang menimpanya adalah karena ibu Hyung Joon? Pertanyaan yang separuh mengancam itu membuat Hyung Joon kesal.
Tak menjawab pertanyaan Sekdir Nam, Hyung Joon malah menyarankan Sekdir Nam untuk segera melarikan diri sebelum ketahuan oleh Tae Joon. Sebelum pergi ia mengancam Sekdir Nam untuk tak pernah mengungkit masalah Soo Yeon lagi.
Sekdir Nam heran sekaligus khawatir dengan ancaman Hyung Joon. Ia kemudian mengirim SMS yang terjadwal pada Jung Woo, Saat kau menerima SMS ini, aku sudah tak berada di Korea lagi.
Bibi Choi berada di ruang pemeriksaan, dengan tangan diborgol dan menatap foto mayat Kang Sang Deuk. Ia seperti tak mendengar atasan Jung Woo yang menanyakan alasan pembunuhan Sang Deuk. Ia malah mengamati foto Sang Deuk dan berkata,
“Walau badannya terbakar dan hatinya membeku, tapi orang langsung mati ketika nafasnya terputus.” Ia pun juga mengagumi warna kain yang menutupi wajah Sang Deuk.
Atasan Jung Woo bingung dengan jawaban bibi Choi dan memintanya untuk menjawab dengan sungguh-sungguh. Tapi Bibi Choi ingin bicara dengan menantunya saja.
Jung Woo menunggu kedatangan ibu Soo Yeon di luar kantor polisi dan kaget melihat ibu membawa kotak besar dan menyuruhnya untuk masuk. Melihat sikap ibu yang dingin, Jung Woo mengira ibu marah karena Jung Woo membuatnya khawatir kemarin.
Mencoba meluluhkan hati ibu, Jung Woo bertanya makan malam apa yang dibawa ibu kali ini? Tapi ibu tak menjawab, membuat Jung Woo berpura-pura jatuh agar ibu berhenti dan melihatnya. Tapi ibu menoleh pun tidak dan tetap melangkah masuk, membuat Jung Woo berteriak memanggil, “Cintaku!” dan mengejar ibu.
Dari kejauhan di dalam mobilnya, Soo Yeon terpana melihat kedekatan Jung Woo dengan ibunya, dan sepertinya mulai menyadari kalau apa yang ia kira (kalau Jung Woo dan ibunya mengabaikan dirinya) tidaklah benar.
Jung Woo menceritakan kejadian kemarin dengan berlebihan, mengharapkan reaksi dari ibu. Tapi ibu hanya diam dan menyuruh Jung Woo meletakkan kotak itu di sini. Ia telah memasukkan sebagian barang-barang Jung Woo dan akan mengirimkan sisanya ke rumah Jung Woo.
Tentu saja Jung Woo kaget mendengar ibu yang mengusirnya. Ibu mengatakan jika ia melihat Jung Woo, hatinya selalu gemetar dan ia tak dapat hidup seperti itu, 
“Saat itu walau kau berusia 15 tahun, kau sudah gila karena tanpa rasa takut kau kabur dari rumah hanya untuk mencari Soo Yeon. Dan aku juga sudah gila karena menerimamu. Apa gunanya bicara panjang lebar? Kang Sang Deuk sudah mati dan pembunuhnya sudah tertangkap. Kau sudah melakukan semua yang harus kau lakukan. Sekarang pergilah.”
“Aku tak mau. Kalau kau ingin melakukannya, seharusnya kau melakukan itu sejak dulu. Sekarang sudah terlambat. Aku..,” wajahnya nampak kalau ia ingin mengatakan sesuatu mengenai Soo Yeon, tapi ia alih-alih mengatakan itu, ia memeluk ibu dan berkata dengan riang,
“Aku tak dapat meninggalkan Cintaku ini. Kau pasti sangat khawatir, kan kemarin? Aku janji, tak akan membuat cintaku khawatir lagi.”
Ibu mendesah dan berkata, “Jung Woo-ya.. lepaskanlah aku.”
Tertegun, Jung Woo melepaskan pelukannya pada ibu dan Ibu berkata dengan mata tertutup, seperti tak tega melihat wajah Jung Woo, “Aku tak ingin menemuimu lagi. Jika aku melihatmu, aku akan teringat banyak hal. Aku ingin melupakan semuanya. Jadi pergilah.”
Kali ini Jung Woo berkata dengan serius, “Aku tetap tak mau. Aku tak akan pergi. Aku akan menunggu Soo Yeon hingga ia kembali.”
Ibu menangis melihat kekeraskepalaan Jung Woo yang mengatakan kalau ia memang sudah gila. Tapi ia juga seorang detektif. Tugas detektif adalah menunggu. Ia juga seorang pria. Kata orang pria harus tahu bagaimana caranya menunggu.
Jung Woo berkata jika ia mau melupakan Soo Yeon, ia pasti sudah melakukannya dari dulu. Jika ibu membencinya karena terus teringat pada kejadian itu, maka ibu boleh membencinya. Tapi kenangan menyakitkan itu adalah miliknya. Ia yang bertanggung jawab pada kejadian itu, “Jadi jangan minta aku untuk pergi lagi.”
“Ia tak ingin menjadi Lee Soo Yeon,” jerit ibu histeris, membuat Jung Woo terpana. Begitupun Soo Yeon yang langsung menutup mulutnya, mencegah agar isak tangisnya tak keluar.
Ibu menangis memohon pada Jung Woo, berkata kalau Soo Yeon tak ingat akan kejadian itu bahkan kata orang, Soo Yeon juga tak tahu siapa ibu kandungnya, “Gadis itu tak ingin kembali menjadi Lee Soo Yeon. Aku memang pantas mati, Jung Woo. Bunuh saja aku. Tapi lepaskanlah dia. Aku juga menyayangimu. Kau hidup ataupun mati, aku tetap menyayangimu.”
Soo Yeon mendekap mulutnya, menangis. Ibu mengatakan hal ini untuk kepentingannya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya, seperti ingin berkata kalau kata-kata ibu itu tidak benar.
Sedangkan Jung Woo masih tertegun mendengar kata-kata ibu, dan ia terjatuh lemas mendengarnya.
Hyung Joon pulang ke rumah dan mencari Soo Yeon. Menyadari Soo Yeon tak ada, ia berkata sendiri, “Pasti ke kedai minum lagi. Bukankah sudah kubilang untuk pergi bersama-sama?”
Diantar oleh atasan Jung Woo, Ibu Soo Yeon menemui bibi Choi.
Duduklah mereka berdua, ibu yang memiliki putri yang sama-sama telah diperkosa. Bibi Choi hanya diam dan memandang ibu, dan ibu tak tahu bagaimana berbicara pada orang yang telah membunuh orang yang telah memperkosa putrinya. 
Tapi ia tak dapat menyembunyikan kesedihannya saat melihat pergelangan tangan bibi Choi yang berdarah. Pergelangan tangan yang selalu diperban.
Akhirnya bibi Choi yang bersuara dengan perlahan, “Tidakkah ini aneh? Walaupun aku seperti ini (diborgol dan ditahan) aku merasa damai.”
“Ibu Bora, tak seharusnya aku melakukan hal ini. Tak seharusnya aku mengatakan ini, tapi..” ibu Soo Yeon menatap bibi Choi dan menangis, “Terima kasih… Aku sangat berterima kasih kau melakukan itu untukku. Aku menyesal karena sepertinya kau yang akan mendapat hukumun demi diriku. Maafkan aku..”
Dua orang yang tak saling mengenal dipertemukan di penjara atas sebuah perbuatan jahat yang sama telah dilakukan oleh keduanya. Satu dalam mimpi, dan satunya mewujudkan mimpi itu menjadi kenyataan.
Bibi Choi menggenggam tangan ibu Soo Yeon yang masih menangis dan berkata kalau tak seharusnya bibi Choi melakukan itu. 
Dan hal itu membuat bibi Choi yang sejak tertangkap tak menunjukkan sedikit perasaanpun, akhirnya menangis ketika tangannya digenggam oleh seseorang yang benar-benar mengerti perasaannya.
Soo Yeon memperhatikan Jung Woo membuka kotak yang diberikan ibu padanya dan mengambil payung kuning miliknya. Ada papan namanya di kotak itu, yang berarti Jung Woo masih menyimpan semua benda miliknya.
Tiba-tiba alarm handphone Soo Yeon berbunyi, begitu pula dengan alarm Jung Woo. Soo Yeon langsung mematikan alarmnya.
Namun ia masih mendengar suara alarm Jung Woo, yang berarti Jung Woo belum mematikannya. Dan Ia mendengar Jung Woo berkata, “Lee Soo Yeon.. Apakah kau benar-benar sangat benci menjadi Lee Soo Yeon?”
Soo Yeon mundur, panik karena menyadari kalau Jung Woo tahu akan kehadirannya. Ia pun segera meninggalkan tempat itu.
Tapi Jung Woo mengejarnya dan berteriak mengulang pertanyaan itu lagi, “Apakah kau benar-benar sangat membenci Lee Soo Yeon?”
Soo Yeon berhenti, namun kemudian ia melanjutkan langkahnya lagi, membuat Jung Woo mengejarnya lagi. Kali ini ia berhenti di hadapan Soo Yeon dan menghentikan langkahnya, “Lee Soo Yeon.. Apakah kau memang membencinya? Haruskah aku berhenti menunggunya?”
Soo Yeon tak menjawab, hingga Jung Woo bertanya lagi, “Benarkah aku harus berhenti menunggunya?”
Dan Jung Woo pun memeluk Soo Yeon, mengulang pertanyaan  itu lagi. Soo Yeon mencoba melepaskan diri, namun Jung Woo tetap memeluk, mencegah Soo Yeon untuk menatap wajahnya, “Jangan melihatku. Jika kau melihatku, pasti akan menyakitkan buatmu.”
Soo Yeon hanya bisa menangis dan Jung Woo mempererat pelukannya, “Soo Yeon ah..”

Komentar :
Sepertinya di episode ini Jung Woo seperti tertampar akan kenyataan yang disodorkan oleh Ibu dan Hyung Joon. Soo Yeon tak ingin bertemu dengannya. Soo Yeon tak ingin menjadi Lee Soo Yeon lagi. Dan membaca surat Bora membuat Jung Woo menyadari perasaan yang pasti juga dialami oleh Soo Yeon.
Ia, yang selama ini hanya melihat perasaannya saja, akhirnya bisa melihat perasaan Soo Yeon yang sebenarnya. Dan ia pun bertanya langsung pada Soo Yeon, apakah benar Soo Yeon benci menjadi Lee Soo Yeon? Apakah benar ia harus berhenti menunggu Soo Yeon? Jika Soo Yeon menjawab iya, pasti Jung Woo akan langsung mundur dari hadapan Soo Yeon.
Tapi, apakah memang itu perasaan Soo Yeon? Atau, lebih tepatnya, pernahkah Soo Yeon memiliki perasaan sedih selama 14 tahun ini? Sepertinya selama 14 tahun ini, ia tinggal dalam gelembung bahagia yang ia dan Hyung Joon ciptakan. 
Selama ini, Soo Yeon merasa bahagia, tanpa pernah menyentuh perasaannya yang ia alami 14 tahun yang lalu. Jika saja Soo Yeon tak kembali ke Seoul, mungkin Soo Yeon akan merasa bahagia, tapi hati kecilnya tak pernah tentram, karena hati kecilnya menyimpan perasaan 14 tahun yang lalu itu.
Saat di lift, Hyung Joon berkata kalau ia tak ingin memulai pertengkaran pertama mereka dengan topik Han Jung Woo. Whoa.. 14 tahun tanpa pernah bertengkar? Coba angkat tangan, siapa yang pernah pacaran tanpa pernah bertengkar? Tentu pernah, kan? Dan ini selama 14 tahun?
Dan kalau boleh saya menebak, walau pernah tidur seranjang berdua, Soo Yeon tak akan bisa merasakan hubungan romantis dengan Hyung Joon.
Ingat saat pertama Hyung Joon menemui Soo Yeon? Membicarakan masalah gadis yang ditampar Soo Yeon, Hyung Joon berkata. “Padahal gadis yang aku cintai tak semudah itu menampar orang. Bagaimana jika wanita itu melaporkanmu?” Dan Soo Yeon menjawab, “Karena pria yang aku sukai akan mengirim pengacara paling mahal untukku. Kau akan melakukan hal itu, kan, Harry Borrison?”
Hyung Joon secara terbuka mengatakan cinta. Tapi Soo Yeon hanya mengatakan suka.
Soo Yeon harus berdamai dengan perasaannya dulu, baru ia bisa move on. Entah move on ke Harry atau move on kembali ke Jung Woo atau move on dengan orang lain.
Dan di episode ini, ia mulai berdamai dengan perasaannya. Selama ini, ia merasa kalau ia telah ditinggalkan dan orang-orang itu telah mengabaikan dirinya. Dan sekarang ia melihat betapa Jung Woo telah merubah hidupnya, kabur dari rumah, demi Soo Yeon. Ibu sedih namun rela melepaskannya ketika ia berkata kalau ia tak mau kembali, dan itu membuat ia menyadari kalau yang tampak luar tak seperti di dalamnya.
Entah apa yang akan dirasakan Soo Yeon setelah ia mengetahui kalau Detektif Kim meninggal karena menyelidiki dirinya yang hilang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar