Detektif Kim mengantarkan Jung Woo pulang dan cukup kaget
melihat Jung Woo ternyata anak orang kaya. Ia, sebagai detektif, dapat
mengenali karakter orang dan ia tahu dengan melihat Jung Woo, dan ia meminta
Jung Woo tak merubah sifatnya hingga ia besar nanti. Sehingga Jung Woo dapat
mewujudkan mimpinya yang tak pernah kesampaian.
Jung Woo bertanya, mimpi menjadi apa? Menjadi orang dewasa
yang bertindak benar. Jung Woo terkejut melihat betapa sederhanyanya mimpi
Detektif Kim. Tapi menurut Detektif Kim, itu hal yang paling sulit dilakukan.
Dan ia meminta agar Jung Woo melindungi Soo Yeon mulai sekarang. Dan ia memberi
hormat pada Jung Woo, dan Jung Woo pun membalasnya.
Aww.. so sweet.
Tae Joon datang dan melihat Detektif Kim dan mobilnya yang
ada sirene polisi. Tae Joon cuek, dan malah masuk, tak menyambut tangan
Detektif Kim yang sudah terulur.
Jung Woo tak enak hati, tapi Detektif Kim menyuruhnya untuk
segera masuk. Walau setelah sendiri, ia bergumam kalau anaknya berkelakuan
baik, tapi ayahnya tidak.
Insting detektifnya segera muncul saat melihat ada mobil
yang mencurigakan yang ada di depan rumah Jung Woo. Ia memperhatikan ciri-ciri
mobil itu dan segera mencatat nomor polisinya saat mobil itu buru-buru pergi.
Tae Joon menghardik Jung Woo yang sembarangan bergaul. Penjahat
maupun Detektif adalah orang yang bergumul dengan lumpur. Jadi ia menyuruh Jung
Woo untuk tak bersentuhan dengan orang-orang yang tak berguna. Atau ia akan
mengirim Jung Woo kembali ke Amerika.
Jung Woo menghela nafas panjang mendengar ancaman ayahnya.
Ia menengadah ke langit dan mengulurkan tangannya. Menunggu hujan turun.
Soo Yeon masih duduk di tangga, dan kaget. Ia kemudian
mengeluarkan sesuatu dari balik jaketnya. Bwahaha.. LOL banget, ternyata
telepon cordless yang segede-gede gaban. Hehe.. tau sih ini tahun 1998, tapi
tetep saja kaget.
Ia terkejut mendengarkan
Jung Woo yang berkata, “Air mata itu turun kembali. Karena angin, aku
mengeluarkan air mata.” Tapi mendengar suara Jung Woo yang tertawa, ia
menganggap Jung Woo hanya bercanda.
Jung Woo mengaku senang berkunjung ke rumah Soo Yeon,
bertemu dengan Detektif Kim dan ibunya. Tapi tidak dengan Eun Joo, karena yang
selalu Eun Joo bicarakan hanya tentang ciuman.
Jung Woo langsung berhenti bicara dan teringat ciuman
tak sengajanya di bis.Ia pun buru-buru mengalihkan pembicaraan dan meminta Soo
Yeon untuk mempersiapkan hadiahnya, karena menurut ramalan cuaca, besok akan
hujan.
Tapi yang Soo Yeon dengar, besok malah akan bersalju. Tentu
saja itu tak boleh terjadi. Jung Woo bersikeras, kalau sebelum salju pertama
turun, harus turun hujan dulu. Memang apa yang akan Jung Woo lakukan saat salju
pertama turun? Jung Woo berkata kalau ia akan menemui Soo Yeon, kan Soo Yeon
adalah satu-satunya teman Jung Woo.
Aih.. co cwit banget, remaja telpon-telponan.
Soo Yeon sepertinya tak ingin menutup telepon, tapi akhirnya
ia menutupnya. Dan setelah itu ia menulis di dinding, “Aku rindu padamu”
Sebenarnya apa sih hadiah yang akan diberikan Soo Yeon? Ia
menggambar karikatur dirinya dan Jung Woo yang berada di bawah payung yang
sama, dan ehm.. first kiss?
Sementara itu Jung Woo bermain-main dengan Ah Reum sambil
menantikan hujan turun. Dan terdengar suara hati Soo Yeon yang menulis di buku
hariannya.
Datang.. tak datang.. datang.. tak datang.. Jung Woo menunggu hujan turun, aku menunggu salju pertama turun. Aku tak pernah menunggu sesuatu. Aku selalu berpikir melarikan diri. Tapi sekarang aku suka menunggu. Dan juga aku suka Jung Woo. Jung Woo-ya, apakah kau juga menyukaiku?
Dan ternyata hujan turun, Jung Woo buru-buru pergi. Soo Yeon
pun buru-buru pergi setelah menunggu cukup lama menanti ibunya yang memakai
payung kuningnya.
Ibu langsung menebak kalau Soo Yeon pasti akan menemui Jung
Woo. Ia menyuruh Soo Yeon agar segera pulang karena malam ini ia akan membuat
makanan enak dari uang gajinya dari Detektif Kim. Hari ini adalah hari ulang
tahunnya.
Di tengah jalan, Soo Yeon menyempatkan diri untuk memasang
jepit jemuran ke rambutnya.
Jung Woo pun berlari, namun berhenti saat melihat lampu di
tiang lampu mereka pecah. Ia memperhatikan lampu yang korsluiting, dan mendadak
ada orang menyergapnya dari belakang dan membiusnya hingga pingsan.
Soo Yeon yang sudah sampai, melihat Jung Woo diseret masuk
mobil. Ia berteriak-teriak pada pria penyergap itu, namun mobil itu langsung kabur. Soo Yeon
segera berlari mengejarnya.
Tiba-tiba mobil itu berhenti. Sesaat Soo Yeon terpaku
ketakutan. Tapi kemudian ia berlari menghampiri mobil itu dan melihat Jung Woo
pingsan di dalam mobil, ia langsung menggedor-gedor pintu itu agar mereka
membebaskan Jung Woo.
Pintu mobil terbuka, dan payung kuning Soo Yeon terbang,
kabur terkena tiupan angin.
Seperti yang diduga, komplotan penyergap itu adalah orang-orang
bayaran Hye Mi yang menyuruh mereka untuk melakukan tugasnya dan tak boleh
gagal. Hye Mi melihat Hyung Joon sudah mulai membaik, dengan kaki diperban dan
ia minum obat. Sekarang adalah saatnya untuk menemui ibu Hyun Joon, Hyun Joo.
Hyun Joo yang disekap di rumah sakit, melihat mobil Hye Mi
di seberang jalan. Hyung Joon yang tak sabar ingin menemui ibunya, langsung
keluar dari mobil. Untung Hye Mi masih bisa menahannya, walau Hyun Joo
meronta-ronta.
Hye Mi memberi isyarat pada Hyun Joo kalau perintahnya telah
diselesaikan. Hyun Joo mengerti isyarat itu dan meminta anak buah Tae Joon
kalau ia ingin bertemu dengannya. Mendengar kabar itu, Tae Joon tersenyum,
mengira Hyun Joo sudah mau mengaku.
Eun Joo menemukan payung kuning milik Soo Yeon dan menelepon
ayahnya, memberitahu kalau Soo Yeon pergi untuk menemui Jung Woo, tapi mereka
berdua tak dapat dihubungi. Eun Joo merasa khawatir ada sesuatu, namun Detektif
Kim menenangkan dan menyuruh Eun Joo
agar tak memberitahukan pada ibu Soo Yeon. Walau ia sendiri tampak
khawatir.
Jung Woo tersadar kalau ia berada di sebuah gudang dan dengan
tangannya yang terikat, ia mencoba mengeluarkan handphonenya dan men-speed dial
angka 1, tapi tak berhasil. Ia akhirnya menyadari kalau ia tak sendiri saat
mendengar erangan dari samping, dan betapa terkejutnya melihat Soo Yeon yang
mulai bangun. Sambil berbisik, Jung Woo bertanya apa yang dilakukan Soo Yeon di
situ? “Untuk menyelamatkanmu.”
Mereka beringsut saling mendekat, dan ketakutan saat
terdengar pintu terbuka dan suara kursi ditarik. Terdengar pula siulan gembira.
Tapi mereka tak menyadari kalau penculik itu bisa mengintip mereka, walau hanya
kakinya saja. Uhh.. menakutkan.
Jung Woo menoleh dan memberikan senyumnya yang paling ceria
dan mengajak Soo Yeon pulang. Soo Yeon pun mencoba tersenyum dan menjawab, “Ayo
kita pulang.” Ada pecahan kaca di dekat mereka, dan Jung Woo mencoba meraih salah
satu pecahan kaca itu
Tae Joon menemui Hyun Joo hanya untuk mendengar Hyun Joon
mengembalikan kata-katanya, “Temuilah anakmu, kalau dia belum mati.”
Buru-buru Tae Joon menelepon Mi Ran yang tak menyadari kalau
Jung Woo pergi dari rumah. Ia kembali menemui Hyun Joo dan dengan dingin ia
berkata kalau Hyun Joo tak akan bisa mengancamnya walau dengan nyawa Jung Woo.
Ia malah menyuruh anak buahnya menyeret Hyun Joo agar ia tak bisa melihat sinar
matahari lagi.
Hyun Joo tak takut mati dan ia berteriak menyumpahi Tae Joon
kalau Tae Joon tak akan pernah bia menemukan anak dan uangnya. Tapi Tae Joon
langsung pergi dari rumah sakit itu.
Hye Mi menunggu di luar dan menelepon orang bayarannya. Mereka
ingin segera menyerahkan Jung Woo dan temannya karena takut polisi mulai
mencari mereka. Hye Mi tak peduli akan gadis itu dan berkata akan mengambil
Jung Woo.
Hyung Joon melihat kalau lampu di kamar ibunya mati dan
berteriak panik. Hye Mi yang akhirnya melihatnya, menyalakan mobil dan segera
melarikan mobilnya, mengatakan kalau Hyung Joon harus melupakan ibunya.
Jung Woo mencoba memotong ikatan talinya dengan pecahan kaca
itu, namun tiba-tiba penculik itu menghampiri mereka. Dari cara jalannya dan
bagaimana ia mengusap hidungnya, terlihat kalau penculik itu sedang fly.
Ketakutan dan saling berpegangan tangan, Jung Woo memohon
agar pria itu meminta uang tebusan pada ayahnya. Tapi pria itu malah menarik
kaki Soo Yeon.
Jung Woo terbelalak, tak
berani menduga akan apa yang terjadi. Ia berteriak agar mereka dilepaskan.
Penculik itu menendang Jung Woo dan melakban mulutnya.
Soo Yeon berhasil melepaskan diri dan memukul penculik itu
dengan kayu. Ia berkata kalau ia adalah anak pembunuh dan ia juga bisa membunuh
pria itu. Tapi pria itu lebih kuat, dan Soo Yeon malah ditarik dan hanya
teriakan Soo Yeon yang terdengar. Jung Woo menangis dan berusaha secepat
mungkin untuk melepaskan tali itu.
Tak terlihat apa yang terjadi dengan Soo Yeon, tapi nampak
jelas wajah Jung Woo yang penuh ketakutan, amarah, panik dan kesedihan saat
mendengar suara pukulan dan Soo Yeon yang menjerit.
Pintu terbuka dan penculik lainnya masuk dan menghardik
temannya yang melakukannya lagi. Jung Woo menyadari kalau akhirnya talinya
terputus. Sementara Soo Yeon terbaring di tanah dengan baju berantakan dan muka
penuh darah.
Jung Woo shock melihat kondisi Soo Yeon, namun dia akhirnya
melihat pintu gudang terbuka.
Dan ia lari meninggalkan gudang.
What the ****?
Soo Yeon hanya bisa memanggilnya lirih tak tubuhnya tak bisa
digerakkan maka ia hanya bisa memandang kepergiaan Jung Woo . Tapi tubuhnya tak
bisa digerakkan.
Jung Woo lari keluar dan merasakan salju turun dan teringat
janjinya pada SooYeon : Di hari salju
turun, aku akan menemui Soo Yeon karena ia adalah satu-satunya temanku.
Para penculik itu akhirnya menyadari kalau Jung Woo kabur dan mereka mengejarnya. Jung Woo
berhasil lari hingga stasiun kereta dan bersembunyi di antara gerbong.
Tapi
para penculik itu juga berhasil mengejarnya dan berjalan memeriksa satu persatu
gerbong sambil mengatakan mereka bukanlah orang jahat, tapi jangan membuat
mereka marah dan menyuruh Jung Woo segera keluar agar bisa menyelamatkan
pacarnya.
Salju turun dan butirannya berhembus masuk dan menerpa wajah
Soo Yeon yang menatap kosong.
Jung Woo ke kota yang sudah sepi dan melihat ada telepon
umum. Ia segera menelepon ayahnya dan meminta agar menyelamatkannya dan Soo
Yeon. Ayahnya segera menuju ke stasiun tempat Jung Woo berada. Jung Woo juga
menelpon polisi, tapi tak sempat mengatakan lokasi tempatnya berada karena
penculik itu menemukannya.
Detektif Kim pergi ke rumah Jung Woo, tapi orang rumah itu
mengatakan Jung Woo sudah tidur. Ia mendapat telepon dari kantornya yang
mengatakan kalau ada yang bernama Han Jung Woo meneleponnya.
Para penculik itu mulai memukuli Jung Woo, tapi Tae Joon dan
gerombolan anak buahnya datang. Ia memohon pada ayahnya untuk menyelamatkan Soo
Yeon, tapi ayahnya malah menamparnya dan menyuruh salah satu anak buahnya untuk
membawa Jung Woo pulang.
Tiba-tiba ia melihat seseorang melintas di hadapannya dan ia
langsung menghentikan mobilnya. Ternyata itu adalah Soo Yeon berhasil kabur,
dan berkata lirih, “Tolong selamatkan aku…”
Hye Mi menyadari kalau inilah orang yang ikut ditangkap
bersama Jung Woo. Maka ia memundurkan mobilnya hingga Soo Yeon terjatuh dan
bersiap-siap..
Oh my.. apakah Hye Mi akan menabraknya?
Hyung Joon yang juga menyadari niat Hye Mi dan mengetahui
kalau gadis itu adalah gadis yang menyelamatkannya, berteriak bertanya apa yang
akan Hye Mi lakukan? Hye Mi mengatakan kalau gadis itu telah melihat wajah si
pelaku dan mereka bisa ikut tertangkap. Maka ia menekan gas dalam-dalam.
Soo Yeon hanya bisa diam terpaku penuh ketakutan melihat mobil
itu mengarah kembali padanya.
Detektif Kim mencoba melacak
panggilan telepon itu, melihat ada kebakaran di atas bukit (anak buah Tae Joon
mencoba melenyapkan bukti) saat ia berhenti di persimpangan rel kereta api.
Karena melihat api itu, ia tak menyadari kalau banyak mobil lewat yang di
dalamnya ada Tae Joon dan Jung Woo yang mengenalinya.
Ibu mulai cemas, dan Eun Joo
menenangkannya dengan tidak mengatakan apapun.
Saat Detektif Kim tiba di gudang,
semuanya sudah hangus terbakar. Tapi ia menemukan jepit jemuran, yang menurut
teman-temannya itu adalah barang sepele, tapi ia tahu pasti jepit itu adalah
milik Soo Yeon.
Maka ia menyelidiki sendiri dan menemukan jejak kaki. Dan
insting detektifnya langsung merekonstruksi kejadian kemarin.
Jung Woo memohon agar ayah
menemukan Soo Yeon, “Untuk menyelamatkanku, maka Soo Yeon.. “ Jung Woo tak
dapat meneruskan kalimatnya. Dan ayah bertanya apa yang telah Jung Woo lakukan
pada Soo Yeon yang ingin menyelamatkannya. “Kau meninggalkan orang yang
menyelamatkanmu?”
Jung Woo tahu ia salah. Saat itu
semuanya serba menakutkan sehingga ia tak berpikir jernih. Dengan dingin
ayahnya mengatakan kalau sampai ada sesuatu yang terjadi pada gadis itu,
berarti Jung Woo yang membunuhnya.
Ih, kejam banget bicara seperti
itu pada putra sendiri. Tae Joon meninggalkan Jung Woo yang tenggelam dalam
penyesalan. Jung Woo menahan tangan ibu tirinya dan memintanya agar tak
meninggalkannya. Tapi ibu tirinya juga menjawab dingin kalau ia sudah
memperingatkan Jung Woo untuk tetap pulang ke Amerika. Ini akibatnya kalau Jung
Woo tak menurutinya, “Jadi jangan sekali-kali bersikap sok di hadapanku lagi.”
Ugh… worst parent ever.
Detektif Kim menyusuri jalanan dan
menemukan bercak darah dan sepatu milik Soo Yeon. Hingga ia sampai di pinggir
jalan raya. Ia menemukan genangan darah yang sudah mengering dan hampir
tertutup oleh salju.
Ia menangis pedih, menyadari apa yang mungkin terjadi.
Ia berteriak di depan rumah Jung
Woo dan memanggilnya. Tapi yang keluar malah anak buah Tae Joon yang menyuruh
Detektif Kim untuk datang lagi dengan membawa surat penggeledahan resmi jika
Detektif Kim ingin masuk ke dalam rumah.
Dengan bantuan temannya, ia
menemukan kalau ada mobil yang bernomor polisi sama dengan yang pernah ia lihat
kemarin malam. Tapi temannya ogah-ogahan membantunya lagi, karena tahu Soo Yeon
adalah anak pembunuh.
Belum selesai ia membujuk
temannya, atasannya memarahinya karena mencoba masuk ke rumah Tae Joon, Presiden
Direktur Perusahaan Samil. Apalagi atasannya tahu kalau ia juga sedang
mencari-cari anak Lee Tae Soo, si pembunuh. Jika wartawan tahu kalau kasus Lee
Tae Soo adalah salah tangkap, maka mereka semua akan tamat riwayatnya.
Atasannya langsung mengambil
lencana polisinya dan menskors Detektif Kim, yang berarti Detektif Kim akan
mendapat hukuman jika ia melakukan penyelidikan tak resmi.
Detektif Kim ditelepon Eun Joo,
dan ia buru-buru pulang ke rumah. Ternyata ibu ingin pergi menemui keluarga yang
dibunuh itu. Detektif Kim mencoba menenangkan ibu karena dua kasus ini tidak
berkaitan. Tapi ibu menangis dan mengatakan kalau Detektif Kim sendiri juga
mendengar ancaman ibu korban akan mencelakai Soo Yeon.
Ia memohon agar Detektif Kim
menjelaskan pada keluarga korban kalau Detektif Kim salah tangkap orang dan
ayah Soo Yeon tak bersalah. Detektif Kim berkata kalau kejadiannya tak seperti
itu dan berjanji untuk membawa Soo Yeon kembali.
Tapi terlambat bagi Eun Joo. Ia
shock mendengar ucapan ibu. Berarti ayahnya berbohong. Katanya ibu Soo Yeon adalah istri
polisi rekan sekantor ayahnya, tapi ternyata ayah membohonginya. Eun Joo
berkata kalau ayahnya lebih memilih mati daripada berbohong, “Apakah Soo Yeon
tahu ayahnya bukan seorang pembunuh?”
Eun Joo menangis melihat
kenyataan yang sebenarnya. Ayahnya yang selalu menyuruhnya untuk tidak
berbohong, tapi ternyata malah berbohong. Jika ayahnya berbohong padanya, pada
siapa lagi ia harus percaya?
Jung Woo tidur memanggil-manggil
Soo Yeon dan memimpikan kejadian di gudang itu.
Betapa ia meninggalkan Soo Yeon
dan saat ia kembali ke gudang, ternyata Soo Yeon sudah hilang. Dan Jung Woo
terbangun.
Ia langsung keluar kamar menuruni
tangga, mencari-cari Soo Yeon. Mi Ran, ibu tirinya, yang sedang bersama Ah Reum
terkejut, mencoba menahan Jung Woo agar jangan memasuki ruang kerja ayahnya.
Tapi terlambat.
Jung Woo tetap
memanggil-manggil Soo Yeon dan menyerbu masuk ke kamar ayahnya, bertanya tentang keberadaan Soo Yeon. Saking
histerisnya, ayah terdorong hingga ke meja dan berteriak, “Mana Soo Yeon, Yah?
Ayah berjanji untuk menyelamatkan Soo Yeon, dimana dia?”
Komentar :
Saat Tae Joon terdorong ke meja,
di atas meja ada plastik yang mirip dengan plastik tempat Detektif Kim menaruh
jepit jemuran Soo Yeon. Apakah benar jepit itu ada di tangan ayah Jung Woo?
Entah bagaimana perasaan Jung Woo
jika benar ayahnya menggunakan pengaruhnya untuk menghentikan pencarian
Soo Yeon.
Saya jadi mengerti mengapa drama
ini disebut hide and seek drama. Drama dimana Soo Yeon bermain petak umpet, tak
ingin ditemukan oleh Jung Woo. Apakah terjadi rape (maaf, tapi saya tak tega
untuk mengatakan itu dalam bahasa Indonesia)? Tapi dua kali Jung woo berkata, “Untuk
menyelamatkanku, maka Soo Yeon.. “ dua kali itu pula dia menghentikan
kalimatnya.
Apakah terjadi kejadian itu?
Apakah karena rasa bersalahnya, Jung Woo tak berani mengatakan apa yang terjadi pada
Soo Yeon?
Tindakan Jung Woo meninggalkan
Soo Yeon, dapat dimengerti. Catat, ya: dimengerti bukan dibenarkan.
Scriptwriternya telah konsisten menunjukkan itulah sifat remaja Jung Woo. Dulu
saat ia mengetahui Soo Yeon adalah anak pembunuh, ia refleks langsung menjauh
dan menghindari Soo Yeon. Badannya bertindak dulu tanpa dipikir.
Walau begitu. Soo Yeon dapat
mengerti alasan Jung Woo. Stigma anak pembunuh membuat Soo Yeon sadar akan
posisinya.
Tapi Jung Woo yang menyadari
kalau tak seharusnya ia menjauhi Soo Yeon hanya karena kesalahan ayahnya,
merasa frustasi (ia melepaskan kemarahannya saat berayun di taman bermain) dan
akhirnya mendatangi rumah Soo Yeon dan menjadi teman Soo Yeon satu-satunya.
Untuk ini, Soo Yeon sangat bersyukur.
Namun apakah kejadian kemarin
sama dengan kejadian kali ini?
Yang pertama Jung Woo pikirkan
dan lakukan adalah melarikan diri. Mungkin yang dipikirkan Jung Woo adalah
mencari pertolongan secepat-cepatnya. Jika ia membawa Soo Yeon, pasti
kemungkinan mereka tertangkap akan semakin besar.
Tapi yang dipikirkan Jung Woo
berbeda dengan apa yang dipikirkan Soo Yeon. Soo Yeon yang selama hidupnya
merasa ditolak oleh semua orang (termasuk ibunya yang cari selamat sendiri)
melihat Jung Woo meninggalkannya.
Jika dia memang nanti hidup
(pasti Soo Yeon tak jadi ditabrak, kan? Kalau tidak drama ini pasti sudah
berakhir), apakah ia mau bertemu dengan Jung Woo? Orang yang pernah
meninggalkannya? Karena orang yang ia coba selamatkan, ia diculik dan…
Karena berbagai alasan, ia ingin
bertemu dengan Jung Woo. Karena berbagai alasan, ia juga akan bersembunyi dari
Jung Woo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar