Dokter memberitahu kalau lebih baik Jung Woo dirawat di
rumah sakit, karena obat penenang yang ia berikan hanya bersifat sementara dan
tak baik bagi tubuhnya yang masih remaja. Tapi Tae Joon tak mau dan menyerahkan
Jung Woo dirawat oleh Mi Ran.
Jung Woo meringkuk seakan tak bernyawa di tempat tidurnya.
Hanya air mata yang mengalir yang menandakan dia masih hidup. Ah Reum menangis
melihat keadaan kakaknya dan mencoba membangunkan kakaknya dengan menyanyikan
sebuah lagu. Tapi Jung Woo tak bergerak, hanya air matanya yang terus mengalir.
Namun Jung Woo langsung panik ketakutan saat mendengar suara ibu Soo Yeon memanggil-manggil Jung Woo di luar. Jung Woo semakin meringkuk dan berbisik gemetar, “Maafkan aku.. aku yang salah.. aku yang salah..”
Di luar ibu Soo Yeon yang ditemani Eun Joo, masih berteriak memanggil Jung Woo. Namun yang keluar adalah dua bodyguard yang meminta ibu pergi. Ibu menarik-narik mereka menjauh hingga Eun Joo bisa menyelinap masuk.
Eun Joo langsung masuk rumah, dan walau Mi Ran dan bibi pembantu mencegahnya, ia berhasil menemukan kamar Jung Woo dan menguncinya dari dalam.
Jung Woo ternyata bersembunyi di bawah meja, dan menolak berbicara walau Eun Joo sudah mengeluarkan buku harian Soo Yeon dan mengatakan kalau Jung Woo tak akan mengabaikan Soo Yeon lagi. Ia membacanya di buku harian Soo Yeon, “Jadi, katakan dimana Soo Yeon?”
Dengan kunci cadangan, Mi Ran berhasil membuka pintu kamar Jung Woo dan membawa Eun Joo keluar. Namun buku harian Soo Yeon tertinggal di hadapan Jung Woo.
Detektif Kim menemukan mobil penculik itu dan membuka mobil
yang sudah kosong. Ia menyuruh temannya untuk memeriksa mobil itu, tanpa
terlewat sedikitpun.
Sementara itu penculik yang ditangkap mulai disiksa oleh Tae Joon. Bertanya tentang keberadaan Soo Yeon? Tentu tidak. Tae Joon bertanya tentang Hye Mi, yang diduga adalah biang keroknya. Tapi penculik itu tak tahu karena mereka berhubungan hanya lewat telepon. Tae Joon akan mengampuni penculik itu jika penculik itu bisa membawanya kepada Hye Mi.
Jung Woo akhirnya meraih buku harian yang ada di depannya. Membuka satu per satu halaman di buku itu, seperti terdengar suara Soo Yeon yang menyuarakan apa yang tertulis di buku itu.
“Aku menyukaimu.. aku tak menyukaimu.. aku menyukaimu.. aku tak menyukaimu.. Jika tetesan air turun dan membuat lima lingkaran.. itu berarti aku menyukaimu. Akan kukatakan hal itu saat hujan turun. Hadiah kecilku untukmu.”
Dan Jung Woo teringat saat-saat ia pulang sekolah, belajar bersama, dan ternyata Soo Yeon menulis tentang kejadian hari itu. Saat ia menggigit bolpennya, saat ia membuat catatan dengan bolpen itu, saat ia menengadah melihat langit, saat ia menggelembungkan pipinya, bahkan saat ia menguap.
Ia yang tak bisa makan atau minum sesuatu yang panas, Ia yang selalu menghafal tabel perkalian dari belakang, dan bagaimana ia tertidur setelahnya.
Betapa Soo Yeon memperhatikan dirinya secarai detail. Menurut Soo Yeon, jia Soo Yeon memanggilnya, ia selalu menoleh dan melihat dari kiri.
Jung Woo tak dapat menahan dirinya dan menangis tersedu-sedu membaca tulisan Soo Yeon :
“Angin bertiup, aku teringat padamu. Karena angin membuat mataku berair, dan itu membuatku teringat padamu. Jika aku berlari hingga kehabisan nafas, aku teringat padamu.
Lampu jalan berkedip-kedip, aku teringat padamu. Dari lampu itu ke rumah: 280 langkah, aku teringat padamu.
Aku selalu mengingatmu yang menghapus semua kenangan burukku. Han Jung Woo, apa yang akan kau lakukan pada saat salju pertama turun?”
Jung Woo menangis tersedu-sedu, teringat janjinya pada Soo Yeon kalau ia akan menemui Soo Yeon, karena Soo Yeon adalah satu-satunya temannya.
Namun di hari saat salju pertama turun, ia malah meninggalkannya. Masih teringat jelas di ingatannya, bagaimana Soo Yeon yang tergeletak, menatapnya tak berdaya.
Detektif Kim pulang ke rumah dan mengambil buku-buku pelajaran Soo Yeon yang telah dipersiapkan Eun Joo untuk mengambil sidik jari Jung Woo.
Sebelum pergi ia mendapat telepon dari temannya yang telah mengidentifikasi kalau darah yang ada di sepatu adalah darah Soo Yeon.Dan di sepatu itu juga ada bukti kalau Soo Yeon tak hanya diculik, “Ada bukti telah terjadi pemerkosaan.”
Detektif Kim jatuh terduduk, lemas memikirkan apa yang terjadi pada Soo Yeon. Ia hanya bisa menggenggam tangan putrinya, menangis danbertanya-tanya mengapa yang terjadi sangatlah menjijikkan?
Namun saat itu juga kemarahannya muncul. Ia menyumpahi para bajingan itu dan berkata pada putrinya, “Eun Joo-ya, lihatlah aku. Mulai sekarang aku tak lagi mencari untuk Soo Yeon, tapi untukmu. Aku mencari tak lagi sebagai detektif, tapi sebagai ayah. Jadi aku akan melakukan semuanya. Aku akan melakukan segalanya untuk menangkap mereka. Dan aku tak akan melepaskan mereka. Dapatkah aku melakukan hal itu? Bolehkah aku menjadi gila dan melakukannya?”
Eun Joo pun meminta ayahnya untuk seperti itu, “Kalau ayah tak melakukannya, aku malah akan sangat marah sekali. Temukanlah merka. Dan bawa Soo Yeon kembali.
Detektif Kim berbuat cepat, karena esoknya ia sudah mendapatkan surat penangkapan untuk Han Jung Woo, walau atasannya sudah mencoba untuk mencegahnya. Tapi ia tetap akan meneruskannya.
Detektif Kim tiba di rumah Jung Woo dan bertemu dengan Tae Joon. Kedatangannya ini adalah untuk menangkap Jung Woo atas tuduhan penculikan dan tindak perkosaan.
Dan ia pun mengeluarkan surat penangkapan yang menyebutkan kalau dalam mobil van yang menculik Soo Yeon ada pula sidik jari Jung Woo. Maka hanya Jung Woo-lah satu-satunya orang yang bisa dicurigai.
Tae Joon dan Mi Ran mencoba menahan Detektif Kim, dan betapa terkejutnya mereka melihat Jung Woo turun dan berkata, “Kenapa Anda lama sekali?”
Detektif Kim trenyuh melihat betapa pucatnya Jung Woo yang seperti mayat hidup turun dan menyerahkan tangannya untuk diborgol, “Tangkaplah aku.”
Jung Woo tak berkedip saat Detektif Kim minta maaf karena ia sekarang sedang sedikit gila dan memborgolnya.
Ternyata Detektif Kim menangkap Jung Woo tapi tak dibawa ke kantor polisi. Ia malah membawa Jung Woo ke tepi sungai. Hanya itulah satu-satunya cara untuk membawa Jung Woo keluar dari rumah Jung Woo dan berbicara padanya.
Sementara itu, anak buah Tae Joon mulai bergerak cepat untuk menyelamatkan Jung Woo. Dengan bantuan penculik yang mereka tangkap, mereka berhasil menemukan penculik satunya dan melemparkan jaket rajutan Soo Yeon.
Di tepi sungai, Jung Woo mengaku kalau ia melarikan diri sendirian, “Soo Yeon mencoba menyelamatkanku, tapi aku melarikan diri.”
Detektif Kim tak menyalahkan Jung Woo dan bertanya apakah ada yang ingin Jung Woo katakan pada Soo Yeon, karena ada yang ingin ia sampaikan juga pada Soo Yeon, “Soo Yeon.. bukanlah anak seorang pembunuh.”
Jung Woo terbelalak mendengar cerita Detektif Kim kalau sebelum ayah Soo Yeon dihukum mati, sebenarnya mereka berhasil menangkap pelaku sebenarnya. Tapi mereka memilih untuk tetap membiarkan ayah Soo Yeon dihukum mati.
Whoaa…
“Akulah yang menjadikan Soo Yeon sebagai anak pembunuh,” kata Detektif Kim getir. Ia minta maaf pada Jung Woo, tapi Jung Woo berkata kalau permintaan maaf Detektif Kim baiknya diberikan langsung pada Soo Yeon.
Dan ia akan membantu Detektif Kim untuk menemukan Soo Yeon, “Apa yang harus saya lakukan? Tanyakan apa saja dan saya akan menjawab semuanya.”
Eun Joo pulang sekolah dan teringat Soo Yeon saat melihat baju Soo Yeon yang dijemur. Sementara ibu hanya bisa menangis di samping seragam sekolah Soo Yeon.
Jung Woo mencoba mengingat-ingat tentang pria itu. Ia
teringat melihat kalau salah satu buku jari kanan orang itu hilang, dahinya
terluka dan ucapan ‘Kau nge-es lagi, ya?’.
Detektif Kim mengerutkan kening, mengetahui kalau es itu adalah nama salah satu jenis narkoba. Ia menunjukkan foto mobil van yang ditangkap CCTV, dan Jung Woo langsung mengenalinya. Baju dan topi yang dipakai benar-benar milik penculik itu.
Detektif Kim menepuk bahu Jung Woo bangga. Pecandu dengan jari yang hilang. Dengan ciri tersebut, polisi pasti dapat menangkap mereka.
Ia memberikan sepatu milik Soo Yeon yang ia temukan dan memberitahu kalau hanya itu yang tersisa setelah kebakaran yang menghanguskan gudang. Menurut catatan penculik itu kabur sebelum kebakaran terjadi. Ia menduga kalau Soo Yeon dibawa kabur oleh salah satu penculik sementara penculik lainnya membakar gudang.
Tapi Jung Woo mengatakan kalau hal itu tak mungkin terjadi, karena ayahnya sudah datang sebelum polisi datang dan menangkap satu dari penculik itu. Detektif Kim mengatakan kalau ia akan menyelidiki lebih dalam lagi, tapi Jung Woo akan langsung menanyai ayahnya tentang apa yang sebenarnya terjadi.
Ia bangkit, tapi ditenangkan oleh Detektif Kim. Tak seharusnya Jung Woo mencurigai ayahnya. Dan Detektif Kim mengacak-acak rambut Jung Woo, dan menyuruhnya untuk segera pulang dan beristirahat.
Tapi Jung Woo hanya diam menatap Detektif Kim, sehingga Detektif Kim memaksakan senyum dan berkata, “Aigyoo..” dan mengusap-usap kepala Jung Woo, menenangkannya.
Oh my.. mungkin baru sekarang Jung Woo mendapat usapan di kepalanya. Selama ini saya tak pernah melihat Tae Joon mengusap kepala putranya dengan sayang sepertiitu.
Mendadak, handphone Detektif Kim berdering dan betapa kagetnya mereka saat mendengar laporan dari kantor polisi kalau polisi sudah menemukan Soo Yeon.
Buru-buru detektif Kim kembali ke kantor dan menemui saksi yang melihat ada seorang pria memanggul seorang gadis berambut panjang yang memakai atasan putih.
Polisi mulai mencari di tepi sungai. Walau Detektif Kim bersikeras mengatakan kalau gadis yang dimaksud bukan Soo Yeon karena sepatu SooYeon berada 2 km dari lokasi ini, tapi anjing polisi menemukan sesuatu di dalam tanah.
Jung Woo masih duduk di tepi sungai, melakukan apa yang sering dilakukan Soo Yeon saat menunggunya. Ia melempar batu ke dalam sungai dan bergumam, “Ia datang.. Ia tak datang.. ia datang.. ia tak datang…”
Betapa terkejutnya Detektif Kim, saat mereka menggali dan menemukan jaket rajutan Soo Yeon terkubur di dalamnya. Jaket rajutan yang sengaja ia berikan pada Soo Yeon, kembaran dengan Eun Joo. Ia berteriak marah dan frustasi, “Siapa mereka? Siapa bajingan itu?!”
Dan temannya di kantor polisi menemukan data seorang pecandu yang mempunyai jari yang hilang seperti yang dikatakan Jung Woo. Orang itu memang memiliki catatan hukum sebagai pecandu dan pemerkosa.
Maka ia membuntuti penculik lainnya pergi ke suatu tempat. Tapi sepertinya penculik itu menyadari dan membiarkan dirinya dibuntuti oleh Detektif Kim.
Tae Joon menyuruh anak buahnya untuk memblokir terminal, stasiun dan bandara. Walau hal itu sudah dilakukan oleh pihak polisi, ia menyuruh anak buahnya untuk melakukan sendiri karen ia sudah tak percaya para polisi setelah kejadian hari ini. Ia bahkan akan mencarinya sendiri.
Betapa beda perlakuan ayah Jung Woo dan Detektif Kim pada Jung Woo. Tadi rambut Jung Woo diacak-acak sayang oleh Detektif Kim, tapi saat Jung Woo pulang, Tae Joon membodoh-bodohinya karena berani mengikuti polisi tepat di hadapannya.
Jung Woo hanya bisa minta maaf. Tapi ia bertanya dimana penculik yang waktu itu ditangkap oleh ayahnya. Ia mendengar kalau gudang tempat mereka disekap terbakar dan sehingga menyulitkan polisi untuk menemukan Soo Yeon. Ia melihat pria satunya melarikan diri, maka tinggal pria yang ayahnya tangkap.
“Orang itu lolos karena saya,” sela anak buah Tae Joon. “Saya akan menjemput teman Tuan Muda, tapi gudang itu sudah terbakar.”
Tae Joon menyuruh anak buahnya berhenti berbicara dan menyuruh anak buahnya untuk mengirim Jung Woo ke Amerika atau ke rumah sakit jiwa, asal Jung Woo hilang dari pandangannya.
Jung Woo mencoba mengejar ayahnya, tapi anak buah Tae Joon
menahannya. Ia berjanji untuk meneruskan pencarian Soo Yeon dan lebih baik Jung
Woo pergi ke Amerika untuk sementara waktu. Ia juga menduga kalau penculik itu
juga yang membakar.
Mendengar hal yang tidak cocok dengan cerita Detektif Kim, membuat kecurigaan Jung Woo muncul. Tapi ia tak berkata apapun.
Detektif Kim masuk ke ruang karaoke tempat kedua penculik itu bertemu dan langsung memperkenalkan diri sebagai ayah Soo Yeon. Ia juga langsung memukul penculik (yang jarinya tidak hilang) dan memborgolnya.
Pada penculik satunya, ia bertanya keberadaan Soo Yeon, tapi penculik itu malah mengejeknya. Ia yang melakukan penculikan dan pemerkosaan pasti hanya masuk penjara selama 7 tahun. Apalagi saat itu ia sedang nge-es, sehingga saat itu ia sedang tak normal. Berarti hukumannya akan lebih ringan, “Tiga tahun? Atau bahkan dua tahun?”
Ejekan itu membuat Detektif Kim marah, tapi ia masih mencoba perasaannya. Ia memukuli penculik itu hingga terkapar dan mengeluarkan borgolnya. Tapi saat ia hendak memborgolnya, tangan kanan itu tak memiliki jari manis, persis seperti kata-kata Jung Woo.
Saat itu juga Detektif Kim meledak marah. Ia memukuli penculik itu berkali-kali tepat di kemaluannya. Tak peduli kalau penculik itu mengerang dan berteriak kesakitan, tapi Detektif Kim terus memukulinya.
Bayangan Soo Yeon yang pertama kali ia temukan di balik selimut di rumahnya sendiri, bayangan Soo Yeon yang meminta ampun pada ibunya yang ingin menukar anaknya dengan anak korban yang dibunuh oleh ayahnya dan bayangan keceriaan Soo Yeon saat jepit rambutnya diambil dan dijadikan rebutan bersama di malam itu, semuanya melintas di pikirannya.
Ia berteriak sambil terus memukuli orang itu, “Bajingan! Apakah kau kesakitan? Apakah kau yang sakit? Apakah itu sakit?!”
Detektif Kim mengendalikan emosinya dan dengan cukup tenang ia bertanya dimanakah mereka menyembunyikan Soo Yeon. Tapi rupanya penculik itu memang gila, karena diantara rasa sakit yang ia rasakan, ia malah tertawa dan menjawab, “Plung! Aku melemparnya, karena ia juga berisik sepertimu.”
Wajah Detektif Kim memucat mendenga pengakuan itu. Dan penculik itu menikmati penderitaan Detektif Kim, dan menambahkan, “Maksudku, aku membunuhnya.”
Dan rekonstruksi pembunuhan Soo Yeon dilakukan di tepi sungai, disiarkan secara langsung oleh banyak stasiun televisi dan masyarakat sekitar yang penasaran akan kasus Soo Yeon. Jung Woo hanya bisa menatap televisi rumah sakit dengan pedih, begitu pula dengan Detektif Kim yang sendirian di kantor polisi.
Tapi tidak dengan ibu Soo Yeon. Ia berada di lokasi rekonstruksi dan memohon agar ia dapat berbicara dengan penjahat itu. Ia memohon pada rekan Detektif Kim untuk bertanya tentang Soo Yeon. Para detektif itu mengenal ibu Soo Yeon dan menyuruh penjahat itu untuk mendekati ibu Soo Yeon, tapi menyuruh para wartawan tak memotretnya.
“Kenapa kau melakukannya,” tanya ibu dengan gemetar. “Kenapa ..kenapa kau melakukan hal itu pada anak yang masih muda, yang lemah.. tak berdaya.. Kenapa kau melakukannya?”
Penjahat itu tak menjawab, hanya berkata pada polisi yang mendampinginya kalau sudah selesai dan ia ingin pergi.
Dan saya ingin berteriak, bukan kau yang berhak menyuruh untuk diam ataupun pergi! Bukan kau yang memiliki kekuasaan di sini dan menyuruh polisi!
“Kenapa dari sekian banyak orang, kau memilih melakukannya pada Soo Yeonku?” ibu histeris dan menuntut jawaban, “Kenapa kau melakukannya?”
Penjahat itu akhirnya ditarik pergi, tapi ibu masih belum selesai, “Kau tak membunuhnya, kan? Soo Yeonku masih hidup, kan? Aku tak akan berkata apapun, aku tak akan menyalahkanmu. Apapun yang kau lakukan tidak masalah. Semuanya tak masalah, asal Soo Yeon-ku masih hidup. Kumohon! Kumohon!”
Jung Woo melihat ibu Soo Yeon menangis histeris di televisi, dan ia hanya bisa menutup matanya, tak mau membuka matanya, walau Mi Ran menggoncangkan tubuhnya. Ia malah berlari keluar rumah sakit dan terus berlari.
Menuju taman bermain. Berharap Soo Yeon bersembunyi di bawah luncuran. Tapi tak ada. Tak seperti sebelumnya, ketika Soo Yeon mendapat masalah yang tak dapat ia hadapi dan ia hanya bisa bersembunyi di situ, kali ini Soo Yeon tetap tak ada di sana.
Dan bayangan Soo Yeon muncul dengan tersenyum manis, bertanya padanya. Sama seperti dulu, “Apakah kau akan kembali lagi besok?”
Jung Woo tertegun menatap Soo Yeon yang tersenyum padanya dan berkata, “Tidak. Besok.. lusa.. besoknya lagi.. dan besoknya lagi.. aku akan datang setiap hari.”
Soo Yeon tersenyum dan menghilang.
Terdengar suara derit ayunan, dan harapan Jung Woo muncul kembali. Ternyata ayunan itu kosong, hanya angin yang mengayunkannya, membuat harapan itu runtuh.
Jung Woo mengingat-ingat ucapan detektif Kim yang mengatakan kalau dari catatan pelaku kabur sebelum terjadinya kebakaran. Ia juga teringat ucapan anak buah ayahnya dan kata-kata ayahnya yang menyuruh Jung Woo untuk tak melibatkan polisi. Menduga ayahnya memiliki hubungan dengan kejadian ini, ia segera berlari.
Ia lari ke dalam rumah, dan tanpa mempedulikan ibu tirinya, ia masuk ke dalam ruangan ayahnya, mengunci diri dan Ah Reum yang kebetulan juga ada di dalam.
Ia membongkar seluruh meja ayahnya, dan membuka laci yang terkunci. Dan I amenemukan foto-foto Detektif Kim, dan resume-nya
Juga handphonenya yang terjatuh di gudang itu (ternyata dugaan saya di episode 3 salah, bukan jepit rambutan melainkan handphone Jung Woo).
Gemetar, ia menjawabnya. Dan terdengar suara Soo Yeon yang memanggil-manggil namanya. Namun belum sempat ia menjawabnya, sambungan itu terputus.
Ternyata Hye Mi yang mendorong Soo Yeon dan menutup telepon itu. Ia menarik Hyung Joon yang langsng memeluk Soo Yeon dan meminta Hye Mi untuk juga menyelamatkan Soo Yeon, karena Soo Yeon pernah menyelamatkannya.
Ternyata tak hanya telepon Soo Yeon yang diambil, tapi juga handphone Jung Woo. Ayahnya merampas handphone itu dan menampar anaknya yang bersikeras kalau yang menelponnya adalah Soo Yeon. Ia mengatai anaknya sudah gila karena Soo Yeon sudah mati.
Jung Woo membantahnya. Soo Yeon masih hidup. Ia memohon pada ayahnya agar memberikan handphone itu padanya. Ia harus segera menyelamatkan Soo Yeon. Bukankah dulu ayahnya berkata kalau Soo Yeon mati berarti ia yang membunuhnya? “Bagaimana mungkin aku bisa tahan hidup seperti ini?”
Ah Reum membela kakaknya dan berkata kalau handphone itu benar-benar berbunyi. Tapi Tae Joon malah membuangnya, hingga Ah Reum menangis. Tae Joon menyuruh Mi Ran untuk memasukkan Jung Woo ke rumah sakit jiwa.
Jung Woo menatap handphonenya yang sudah hancur dan menatap ayahnya geram, “Sebenarnya ayah tak pernah mencarinya, kan? Waktu ayah berkata kalau ayah akan mencari Soo Yeon, sebenarnya itu bohong, kan? Walaupun Soo Yeon masih hidup, ayah masih tetap tak berniat mencarinya, kan?!”
Tae Joon mengiyakan hal itu. Kenapa juga ia harus mencari Soo Yeon, anak seorang pembunuh? “Kenapa aku harus mencari sampah seperti itu? Kau pikir aku membesarkanmu agar kau bisa melakukan hal itu?”
Ayah menyuruh Jung Woo untuk mengemasi barangnya dan kembali ke Amerika secepatnya.
Jung Woo memunguti handphonenya dan menghadap ke ayahnya. Ia bertanya apakah ayahnya hanya bisa memercayainya? Tentu saja ayah mengiyakannya. Seperti yang ia katakan dulu, ia hanya bisa mempercayai putra satu-satunya.
Jung Woo kembali ke kamar dan mengambil buku harian Soo Yeon. Tak mempedulikan ucapan ayahnya, ia pergi meninggalkan rumah.
Detektif Kim menghancurkan kantor polisi, sehingga teman dan atasannya berdatangan. Atasannya mencoba menenangkan kalau kasus Lee Soo Yeon telah selesai, dan kasusnya sudah diserahkan ke kejaksaan. Tapi Detektif Kim tak mempercayainya, “Kasus ini bahkan belum pernah dimulai, jadi kenapa bisa selesai? Apakah kau ingin tahu apa yang dinamakan selesai itu?”
Detektif Kim membanting komputer dan melempar kursi. Atasannya mengancamnya akan memecat detektif Kim, tapi detektif Kim memang berniat mengundurkan diri. “Memalukan untuk menjadi detektif. Jika ada orang muncul dan berkata ia membunuhnya, apakah itu berarti itu yang sebenarnya? Kau tak membutuhkan petunjuk, bukti ataupun motif. Kau tak memerlukannya, kan? Salama Kang sang Deung berkata kalau ia membunuh Soo Yeon, itu artinya ia mati? Apakah Soo Yeon benar-benar mati?!”
Para polisi itu terdiam, tak bisa menjawab.
Tiba-tiba Jung Woo berlari masuk dan berkata pada Detektif Kim, “Paman, Soo Yeon .. masih hidup.”
Mendengar satu orang berkata padanya, sesuatu yang juga diyakininya, Detektif Kim menjadi tenang dan berkata lembut, “Aku tahu.”
Tapi Jung Woo menganggap Detektif Kim hanya mengiyakan ucapannya saja, maka ia mengulang pernyataannya lagi. Tapi Detektif Kim memang tahu, “Aku sudah tahu itu, anak nakal.”
Jung Woo berlutut di hadapan Detektif Kim, “Tolong temukan dia, Kumohon, aku percaya pada Paman. Kumohon temukanlah dia, Paman.”
Dan ia berpaling pada semua polisi dan menangis memohon, “Saya mohon.. temukanlah dia.. Saya percaya pada paman semua. Ada yang harus saya sampaikan padanya.. saya .. saya merindukannya.”
Sementara itu Hye Mi memutuskan untuk meninggalkan Hyung Joon jika Hyung Joon bersikeras tetap membawa Soo Yeon. Ia merampas kalung Hyung Joon dan beranjak pergi.
Tapi kata-kata Hyung Joon menghentikannya. Kalung itu tak berguna kalau tak ada dirinya. Ia baru diperbolehkan mengambil uang itu setelah ia berumur 18 tahun. “Jika gadis itu tak pergi, aku juga tak akan pergi kemana-mana.”
Pada Soo Yeon, Hyung Joon meminta Soo Yeon untuk ikut dengannya karena Soo Yeon telah dinyatakan mati. Ia menunjukkan koran yang ada foto Soo Yeon di halaman pertama. “Lihat, tak ada nama Han Jung Woo di situ. Apa kau sudah sadar? Kenapa Han Jung Woo menutup teleponnya? Karena ia tak mau menunggumu.”
Soo Yeon, yang hidungnya diperban, menjerit histeris. Ia menjerit-jerit, menolak kata-kata Hyung Joon, dan semakin histeris denggan menarik-narik baju dan memukul-mukul dirinya, seolah tak ingin mendengarkan kata-kata Hyung Joon yang mungkin sebenarnya juga disuarakan hati kecilnya.
Dan adegan itu muncul kembali. Adegan di episode 1, dimana
Jung Woo berlari menemui Soo Yeon dan melindunginya, “Lee Soo Yeon, kali ini
jangan lepaskan tanganku.”
Adegan dimana Hyung Joon menangis (di episode 1 ada sebuah tubuh yang tergolek di samping Hyung Joon), dan ada suara tembakan dengan Jung Woo yang terjatuh dengan luka di pelipis.
Dan ada dua anak yang bergandengan tangan (sepertinya Soo Yeon dan Hyung Joon), dengan sosok Soo Yeon perlahan-lahan menghilang, dan terdengar suara : “Maafkan aku.” “Untuk apa?”
Adegan dimana Hyung Joon menangis (di episode 1 ada sebuah tubuh yang tergolek di samping Hyung Joon), dan ada suara tembakan dengan Jung Woo yang terjatuh dengan luka di pelipis.
Dan ada dua anak yang bergandengan tangan (sepertinya Soo Yeon dan Hyung Joon), dengan sosok Soo Yeon perlahan-lahan menghilang, dan terdengar suara : “Maafkan aku.” “Untuk apa?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar